Hari ini adalah hari pernikahan Almira dan Galang. Semua tamu sudah berkumpul di ruangan akad.
" Dimana pengantin laki-laki nya? Akad harus segera di mulai." Tanya pak penghulu pada Almira.
Almira tersentak diam. Masalahnya sudah hampir setengah jam dia duduk di sana sendiri. Namun Galang belum juga terlihat.
Almira menoleh ke kiri. Dia menatap wanita yang akan menjadi ibu mertuanya yang duduk tidak jauh darinya. Zora, mamanya Galang tersenyum getir sambil mengangguk pada Almira. Meminta Almira menunggu sebentar lagi.
Sebab sebelumnya Galang sudah mengirimkan pesan, bahwa dia tidak akan datang untuk menikahi Almira.
Almira yang mengetahui hal itu tidak bisa berkata apa pun. Dia hanya dengan airmata yang terus menetes membasahi pipi nya.
Tapi dengan tegas Aksa, Abang dari Galang melangkah maju dan mengatakan siap untuk menggantikan posisi Galang untuk menikahi Almira.
Mampukah Almira menerima pernikahan ini? Menikah dengan laki - laki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Kamar
*****
" Harus bilang sama mas Aksa nih...." Kata Almira keluar dari kamar.
" Tapi aku mau ke dapur dulu ah. Haus."
Almira pun dengan semangat antusias nya menuruni anak tangga dengan pelan karena semua lampu di ruangan itu sudah mati.
" Aaa...."
Almira merasa jantungnya hampir melompat keluar dari dada saat ia menjerit karena kaget. Cahaya lampu yang sudah mati membuat sudut rumah terasa menyeramkan, dan kehadiran Aksa yang tiba-tiba di depannya semakin membuatnya terperanjat.
" Kmu kenapa, Almira?" Tanya Aksa kaget dengan suara teriakan Almira.
Aksa pun menyalakan lampu di sana.
" Almira... Kamu kenapa menjerit?" Tanya Aksa lagi.
" Mas Aksa! Kamu ini kenapa tiba-tiba muncul seperti itu sih? Aku pikir kamu hantu tadi?" Omel Almira sambil menahan debar di dadanya.
" Hantu? Kamu pikir saya hantu? Di rumah sendiri kamu takut sama hantu?"
Ledek Aksa terkekeh.
" Siapa suruh muncul tiba - tiba."
" Jadi seorang Almira takut sama hantu?"
Aksa hanya tersenyum lebar, matanya berbinar menikmati reaksi Almira.
" Nggak usah ketawa. Nggak lucu. Kalau tadi Mira kena serangan jantung bagaimana? Terus Mira pingsan dan mati? Suka kamu? Kebiasaan deh... Muncul tiba - tiba. Mas Aksa ngagetin Mira tau, Mas. Aduh... Jantung Mira jadi deg - dengan gini."
Senyumnya itu, yang biasanya menenangkan, kini justru membuat Almira semakin kesal.
Aksa mendekat dan menepuk-nepuk bahu Almira, masih dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
"Maaf, ya. Saya tidak sengaja. Biasa nya jam segini kamu tidak pernah keluar kamar lagi."
" Tapi Mira mau ke dapur. Mau minum, haus. Tadi mama telpon. Mama bilang ..."
" Ssttt... Saya sudah tahu." Potong Aksa menutup bibir Almira dengan jari telunjuk nya.
" Ya sudah. Sekarang kamu masuk kamar. Cepat cepat cepat."
" Kok malah di suruh ke kamar? Cepat apa nya?" Tanya Almira heran.
" Cepat pakai jilbab kamu. Galang sama Hilda mau datang. "
" Iya, iya. Sebentar. Sudah bikin Almira jantungan, sekarang nyuruh - nyuruh lagi. " Omel Almira lagi.
" Tapi Almira haus, mas. Mau minum dulu."
" Sudah. Pakai jilbab kamu dulu. Biar saya yang buat kan minum kamu."
Aksa mengayunkan tangan nya menyuruh agar Almira segera ke kamar dan memakai hijab nya.
*
*
*
Tak sampai menunggu lama, Galang dan Hilda sampai di rumah Aksa. Setelah memarkirkan mobil nya, Galang membantu Hilda yang sangat lemas keluar dari kamar nya.
" Ayo, Hilda masuk. Kenapa kamu bisa sampai sakit? Sudah makan?"
Almira membantu Hilda berjalan menuju sofa.
" Kita ke kamar saja ya. Badan kamu panas sekali."
Setelah membawa Hilda ke kamar nya, Almira kembali ke rumah tamu.
" Sayang. Kamu temani Galang di sini sebentar ya. Saya masih ada pekerjaan sedikit." Pamit Aksa yang langsung bangkit dari duduk nya.
" Sudah berapa hari Hilda sakit?" Tanya Almira sesaat setelah dia mendudukkan tubuh nya di sofa.
Galang melihat ke sekitar. Memastikan Aksa susah hilang dari ruangan itu.
" Almira... Kamu tidak lupa dengan janji kita kan?" Ujar Galang.
Almira mengerutkan dahi nya heran dengan ucapan Galang pada nya.
" Hah? Janji? Janji apa?" Tanya Almira.
" Aku mau kamu bercerai dengan mas Aksa dan ikut dengan ku ke London. Sesuai keinginan kita sewaktu kita merencanakan pernikahan kita." Jawab Galang dengan serius.
Almira menggeleng tidah habis pikir dengan pikiran Galang saat ini.
" Kamu pasti ngantuk, Lang. Sebaik nya kamu menyusul Hilda saja ke kamar, istirahat. Nanti kalau mama dan papa sudah sampai, Aku akan bangunin kamu. Oke." Kata Almira.
Galang mendesah panjang. Kembali memastikan situasi aman dan menetap Almira.
" Aku akan tetap menceraikan Hilda dan kembali merebut hati kamu, Mira. Kamu yang seharus nya menjadi milik aku. Bukan menjadi milik mas Aksa."
" Kamu sadar nggak sih kamu bilang apa sekarang ini? Kamu berniat menceraikan istri yang masih ingin memperjuangkan rumah tangga kalian? Kamu gila, Lang. Kamu terlalu terobsesi dengan keinginan kamu tanpa kamu memikirkan perasaan orang - orang di sekitar kamu. Perasaan Hilda. "
" Perempuan itu yang telah menghancurkan mimpi kita. Memisahkan kita." Sahut Galang.
" Stop. Berhenti bicara tentang kita. Kita sudah lama tidak ada lagi dalam pikiran dan hati aku. Mendengar nya saja aku tidak suka. Kalau mas Aksa dengar, dia pasti marah."kesal Amira.
" Siapa yang marah?" Sahut Aksa tiba - tiba.
" Mas Aksa..."
" Ini mas, Almira bilang mama dan papa pasti marah karena aku tidak mencari rumah tapi malah tinggal di mesa dengan lara karyawan proyek." Jawab Galang.
" Nggak masalah sih. Kamu kan tidak Thu kalu Hilda mau menyusul kamu. Tapi setelah ini harus kamu pikirkan. Hilda tidak akan nyaman tinggal dengan karyawan proyek dalam satu mess."
" Iya, mas."
" Mama dan papa sudah berangkat. Masih lama lagi sampai. Sayang, kita istirahat yuk. Saya sudah ngantuk." Ajak Aksa.
Aksa mengulurkan tangan nya ke hadapan Almira. Dan dengan lembut Almira menyambut uluran tangan itu membuat hati Galang semakin terbakar api cemburu.
" Kita istirahat dulu ya, Lang. Kamu juga istirahat. Temani istri kmu di kamar. Kalau butuh sesuatu, kamu panggil saja." Pesan Aksa.
" Iya, mas." Jawab Galang.
" Berani - berani nya mereka bermesraan di depan aku." Bathin Galang menggeram.
*
*
*
Almira heran saat Aksa terus menarik tangan nya masuk ke dalam kamar Aksa.
" Loh... Kok ke kamar mas Aksa? Kamar Mira kan..."
" Ssttt... Jangan berisik nanti Galang dan Hilda dengar. Kamu harus tidur di kamar saya selama mereka ada di rumah."
" Kenapa?"
" Tanya kenapa lagi? Mama dan papa pasti curiga kalau melihat kita pisah kamar. Saya sudah bereskan barang - barang kamu tuh. Mama dan papa akan tidur di kamar kamu selama mereka tinggal di rumah kita."
" Owww takut ketahuan nih cerita nya." Ledek Almira.
" Kamu hanya akan tidur di kamar saya sampai mereka pulang. Dan saya janji, saya tidak akan ganggu dn sentuh kamu sedikit pun. Promise."
" Mas Aksa... Mira ini kan istri mas Aksa. Mas Aksa bebas melakukan apa pun dengan Mira. Termasuk menyentuh Almira. Saya nggak akan marah karena saya nggak mau jadi istri yng durhaka, menolak sentuhan suami nya."
Aksa tersenyum mendengar ungkapan hati dari Almira.
" Saya tidak menyentuh kamu sebelum hati saya dan hati kamu menjadi satu. Sebelum kita saling mencintai satu sama lain. Ini bukan sol sentuhan atau kewajiban sebagai seorang suami dan istri. Ini soal hati kita. Saya ingin kita melakukan nya bukan karena tanggung jawab. Tapi karena kita sudah siap dengan hati kita." Jawab Aksa dengan manis nya sampai membuat Almira tersenyum meleleh mendengar nya.
" Insha Allah. Almira akan selalu berdoa semoga Allah segera membuka pintu hati kita untuk saling menerima. Agar kita bisa menjadi satu. Saling melengkapi satu sama lain. Saling menerima kelebihan dan kekurangan kita." Ucap Almira.
" Aamiin." Jawab Aksa.
" Mungkin seharus nya kita lebih sering menghabiskan waktu berdua untuk semakin dekat." Ujar Aksa.
" Menghabiskan waktu berdua?" Gumam Almira.
" Iya, jalan - jalan. Makan, belanja. Yah... Kemana pun yang kamu mau. Agar kita punya waktu saling mengenal satu sama lain. Bicara dari hati ke hati."
" Ngedate?"
" Semacam itu lah. Tapi lebih tepat nya, kita melakukan tahap pacaran setelah kita menikah."
Almira tersenyum dan mengangguk - nggak lucu.
" Kenapa senyum? Nggak mau?" Tanya Aksa.
" Mau banget. Kita bisa rencana kan ini setelah mama dan papa kembali ke Jakarta nanti. Dan sebagai pengingat... Mas Aksa belum ngajak Mira bulan madu setelah pernikahan kita." Jawab Almira cengengesan.
" Saya akan atur waktu nya." Sahut Aksa ikut tersenyum.