"Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan wali yang ditugaskan oleh ayah saya?"
Amara yang muda dan cantik memiliki kehidupan yang bahagia dan sempurna; ia dicintai oleh orang tuanya, sukses dalam studinya, dan telah menjadi direktur perusahaan sejak usia sembilan belas tahun.
Namun, di balik permukaan yang di irikan semua orang itu, ada sesuatu yang membuatnya sedih. Melihat pria yang dikaguminya sejak kecil menikah dengan wanita lain, Amara yang sombong hampir tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dan kesedihan di hatinya.
Di sisi lain, Akmal yang tahu dirinya tidak boleh jatuh cinta, namun tanpa sadar dirinya terus memperhatikan Amara. Saat melihat Amara bersama pria lain, ia peduli dan cemburu...
Akankah roda takdir menuntun keduanya untuk saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HF Bab1. Keberangkatan
Disebuah gedung yang luas yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang tersusun rapi, dan di atas sana berdiri sepasang pengantin yang sedang tersenyum bahagia. Dua sejoli yang baru saja sah menjadi suami istri dan sedang merayakan resepsi pernikahannya.
Dan seorang gadis cantik hanya duduk diam sambil memegangi gelas berisikan minuman yang baru saja ia teguk, rasanya begitu haus dan kering bagian tenggorokannya. Bahkan minuman yang baru saja masuk kedalam mulutnya tidak membuat tenggorokannya basah.
"Sayang kita pulang, besok kamu harus berangkat pagi." Arabella menyentuh bahu putrinya yang duduk sendiri.
Wajah sedihnya berganti dengan senyuman saat menatap sang Mama.
"Arjun kemana Mah?" tanya Amara yang tidak melihat adiknya bersama sang mama.
"Dia sudah ke mobil dengan ayah mu,"
Amara memilih berdiri dan menaruh gelas yang ada ditangannya diatas meja.
"Kamu tidak berpamitan dulu," Arabella melirik pengantin di atas singgasana.
"Mama kan sudah, jadi sama saja kan."
"Kau ini," Arabella menggandeng tangan putrinya untuk keluar dari ballroom pesta yang masih berlangsung.
*
*
"Tidak ada yang tertinggal? coba cek lagi sayang," Arabella terus saja bicara membuat Amara menjadi pusing.
Semua yang meyiapkan Mamanya bahkan Amara sendiri memilih diam menonton mamanya yang sibuk mengemas barang apa saja yang dia bawa.
"Mah," Amara memeluk mamanya yang sibuk sendiri, membuat Arabella yang hendak menutup koper terhenti.
"Tidak ada yang tertinggal Mama sendiri yang menyiapkan." Ucap Amara yang memeluk Mamanya erat.
"Hm, mama hanya tidak ingin ada yang tertinggal," Arabella mengusap lengan putrinya yang memeluknya dari belakang.
Amara terseyum, mendengar suara serak Mamanya pasti wanita yang dia cintai ini sedang menangis.
"Lima tahun Mah, tidak lama. Mama bisa berkunjung sekalian berlibur." Ucap Amara berusaha membuat hati Mamanya membaik.
Tapi bukanya baik, Arabella justru semakin terisak pilu, tidak ia bayangkan jika putri sulungnya akan menempuh pendidikan di negara orang, sebagai ibu yang tidak pernah jauh dalam kurun waktu lama tentu saja Arabella merasakan sedih yang tak terkira.
"Mama hanya belum percaya jika kamu sudah besar dan akan menuntut ilmu di negeri orang, kamu tidak ingin di sini bersama Mama. Banyak kampus terbaik dalam negeri kenapa kamu memilih untuk pergi ke Ausie." Tanya Arabella dengan wajah berlinang air mata.
Amara hanya tersenyum, "Bosen mah, Ara ingin cari suasana baru. doakan Ara mah."
Keberangkatan Amara ke Ausie memang mendadak meskipun sudah lama dibicarakan tapi Arabella dan Maher tidak menyangka jika putrinya mengambil keputusan yang sangat jauh dari ekspektasi mereka.
Mereka pikir Amara hanya bicara semata, tapi saat meminta ijin keduanya tertegun dan melihat kesungguhan dalam mata putrinya itu.
Di bandara Maher menurunkan koper putrinya dari bagasi mobil, Maher dan Arabella mengantar putrinya ke bandara untuk melepas kepergian Amara selama lima tahun mendatang.
"Jaga diri baik-baik sayang, jangan pernah mematikan ponsel mu agar kami bisa menghubungi mu." Titah Arabella yang memiliki rasa cemas berlebihan.
Amara justru terkekeh mendengar penuturan Mamanya.
"Mah, meksipun aku mematikan ponsel tapi orang-orang ayah tidak akan mematikan informasinya." Katanya sambil melirik ayahnya yang terkekeh mengangguk.
Maher merangkul bahu istrinya. "Jangan terlalu cemas, putri kita bisa jaga diri, di sana orang-orang ku yang akan menjaganya." Katanya sambil menenangkan sang Istri yang sepertinya sangat berat di tinggalkan Amara.
Keduanya mengantar Amara sampai kedalam di mana orang yang mengantar tidak bisa lagi masuk lebih dalam, Amara tersenyum saat hendak memberikan kelengkapan tiket dan paspor pada pihak pengecekkan.
Sedangkan di kediaman Maher, seorang pria baru saja datang dan kembali buru-buru masuk kedalam mobil saat baru tahu jika atasanya sedang mengantar putrinya ke bandara.
Akmal menghubungi nomor Amara namun tidak di angkat, tidak kehabisan akal Akmal menghubungi nomor Maher dan langung tersambung.
"Bapak di mana?" tanya Akmal to the poin setelah sambungan telepon terhubung.
Akmal menelan ludah mendengar penuturan Maher di seberang sana.
"Apa harus ke Ausie? kenapa mendadak sekali, maksudnya apa dia menghindari sesuatu?"
"Maksud kamu apa Akmal?"
Akmal memejamkan matanya sekilas, dan menarik napas berulang kali untuk menetralkan napasnya yang tiba-tiba memburu.
"Tidak pak, saya akan menuju bandara."
Akmal semakin cepat melajukan mobilnya, pria itu menyingkat waktu untuk sampai ke bandara karena mengemudi dengan kecepatan diatas rata-rata.
Sampainya di dalam bandara Akmal melihat Maher dan istrinya sedang berdiri melambaikan tangan membuat Akmal segera berlari mendekati keduanya.
Hah
Napas Akmal memburu, wajahnya berkeringat hanya karena berlari tadi.
"Kau kemari!"
Maher menaikan sebelah alisnya saat melihat aisistennya tiba-tiba berdiri di sampingnya.
"Ya, bukankah aku juga harus melepaskan kepergian calon bos ku?"
Maher mendengus kesal, "Seharusnya kau sedang bercinta di dalam hotel dan tidak keluar, kasihan istrimu yang justru kau tinggalkan."
Akmal hanya menatap Maher sekilas, pria itu tertegun menatap gadis yang beberapa waktu lalu baru merayakan kelulusannya.
"Semoga impian mu tercapai,"
*
*
Hayooo loooo mana nih dukungan untuk Amara wkwkwk
Jangan lupa LIKE KOMEN subscribe yaaaa😘
menunggu lama ternyata dpt bekas siapa tuh
akhirnya jika org yg berjuang tk mu menyerah maka kamu sendiri yg mengalami penyesalan