USAI

Satu bulan sudah Aira berkomunikasi secara intens dengan kempat pria yang ia kenal dari aplikasi datting melalui whatsapp pribadinya.

Drrrt... drrrt...

"Siapa sih yang chat malam-malam begini?" Gerutu Aira, ia mengambil handphone di atas meja samping tempat tidurnya, kemudian ia membukanya.

^^^Alvino: ^^^

^^^Ai, besok siang kamu ada waktu tidak? Kita ketemuan yuk, aku ingin mengenalmu lebih jauh.^^^

Aira nampak berfikir sejenak, ia menggingat jika besok chelsee sedang ada Outing Class di mana dalam kegiatan tersebut orang tua tidak di perkenankan untuk ikut dalam kegiatan tersebut, para orang tua hanya mengantar dan menjemput anak-anaknya sesuai dengan jadwal yang telah di berikan.

'Tidak salahnya juga untuk mencoba bertemu, siapa tahu kita cocok' gumam Aira.

Aira:

Boleh, jam 11.00 di Beetle House Restaurant.

^^^Alvino: ^^^

^^^Ok, see tomorrow.^^^

Aira:

See you.

"Hoooam.." Aira menaruh kembali handphonenya di tempat asal, kemudian ia tidur memeluk putrinya.

Keesokan harinya sesuai dengan janjinya, pukul 11.00 Aira menemui Alvino di Beetle House Restaurant. Aira mengenakan vintage dress yang membuatnya tampak begitu cantik, ia mempertegas penampilan dengan updo hairstyle dan juga nude lipstick.

Dari kejauhan Aira melihat sosok yang tak asing baginya, sosok tersebut tak lain adalah mantan direkturnya.

"Pak Alex? Untuk apa Pak Alex ada di sini?" Gumamnya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri berharap ada pengunjung lain di restaurant tersebut.

Alex melambaikan tangannya ke arah Aira, memberi kode kepadanya untuk mendekat. Tak percaya begitu saja dengan alex, Aira pun mengambil handphonenya, ia menghubungi Alvino.

"Ayo Vino cepat angkat telephonenya." Ucap Aira, ia menjadi panik ketika Alex beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampirinya.

"Alvino Alexander." Alex mengulurkan tangan kanannya sambil memperlihatkan handphonenya yang berdering, mendapat panggilan masuk dari Aira.

"Ya, saya Aira." Aira mematikan handphonenya, kemudian dengan ragu-ragu Aira menjabat tangan Alex.

"Mari kita duduk, aku sudah pesan tempat di sana." Alex mengajak aira untuk duduk, Aira menganggukan kepala mengikuti Alex dari belakang.

Alex menarik kursi untuk Aira dan mempersilahkan Aira untuk duduk.

"Terima kasih, Pak Alex." Aira pun duduk di hadapan Alex.

"Kamu mau pesan apa Ai?" Alex memanggil waiters untuk mencatat pesanan Aira.

"Mc Punch." Ucap Aira kepada waiters, kemudian waiters tersebut pergi setelah mencatat pesanan Aira.

"I haven't seen you for a while, how are you?" Alex mulai membuka percakapannya.

"Good." Jawab Aira sambil tersenyum.

"You got pretty." Puji Alex, ia terpesona melihat penampilan Aira yang semakin cantik.

"Thank you." Aira menjadi risih dengan tatapan mata Alex.

"Jadi, Alvino yang selama ini chat denganku adalah Pak Alex?" Aira tak mengetahui jika Alvino adalah Alex karena Alex tak menunjukan wajah aslinya dengan jelas di foto profil baik di whatsapp maupun aplikasi datting.

"Ya, kamu benar. Panggil nama saja seperti biasanya, aku bukan atasanmu lagi." Tangan Alex perlahan memegang tangan Aira, namun Aira menghindarinya.

Percakapan mereka terhenti ketika seorang pelayan datang membawa pesanan Aira dan Alex.

"Maaf, Vino sepertinya hubungan kita harus berhenti sampai di sini. Karena setahuku kamu sudah memiliki keluarga." Aira kembali melanjutkan percakapannya setelah waiters pergi meninggalkan meja mereka.

"Haha... Aku kira kamu sudah dewasa, ternyata hanya usiamu saja yang dewasa namun pikiranmu masih sangat polos.''

"Maksudmu?"

"Aku menggunakan aplikasi tersebut memang untuk mencari hal baru, keluar sejenak dari rasa bosan dengan kehidupan rumah tanggaku yang begitu-begitu saja. Ai, bukankah kita ini adalah simbiosis mutualisme, di mana kamu membutuhkan uang untuk menghidupi anakmu dan aku membutuhkan kepuasan." Alex menjeda kalimatnya sesaat.

"Selain itu kamu juga pasti sudah sangat kesepian dan merindukan belaian dari seorang pria bukan?" Alex kembali berusaha menggenggam tangan Aira, namun lagi-lagi Aira menghindarinya.

"Maaf sepertinya anda salah orang, terima kasih atas makan siangnya, permisi." Aira beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkah pergi meninggalkan Alex.

"Aira, kita lihat saja nanti kamu pasti akan jatuh kepelukkanku." Alex tersenyum melihat kepergian Aira.

Sementara itu setelah keluar dari restaurant, Aira bergegas pergi ke sekolah untuk menjemput putrinya.

"Aku memang bukan orang kaya raya yang hidup bergelimangan harta, tapi aku merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini, aku bisa memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak kepada Chelsee dengan uang yang halal." Gumam Aira, sambil memacu kendaraan roda duanya.

Beberapa minggu pasca pertemuannya dengan Alex, membuat Aira menarik diri, ia sudah tidak tertarik untuk melanjutkan chat dengan ketiga pria yang ia kenal dari aplikasi datting.

"Ia sayang engga apa-apa kok, yang penting kamu selamat, hati hati ya." Ucap winda, kemudian ia menutup telephonenya.

Aira yang sedang merekap hasil penjulan, tak sengaja mendengar percakapan Winda dengan kekasihnya karena winda duduk tepat di samping Aira.

"Aron telat lagi jemput kamu?" Tanya Aira.

"Ia Bu, tadi katanya ban motornya bocor jadi harus ke bengkel dulu."

"Win, kamu pernah takut Aron selingkuh?" Tanya Aira kembali sambil menatap Winda.

"Enggak." Winda menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu saat ini, perselingkuhan menjadi issue yang paling seter dibicarakan dimedia. Tapi aku percaya tidak semua pria seperti itu, masih banyak pria-pria yang setia di luaran sana. Dan aku yakin, Bu Aira pasti akan segera menemukannya." Ucap Winda.

"Aamiin, terima kasih ya."

"Sama-sama Bu, aku pulang dulu ya bu Aira. Aron sudah datang."

"Hati-hati ya Win, jangan lupa besok kita dekorasi untuk lamaran."

"Siap Bu, bye Bu Aira. Assalamualaikum." Winda memakai tas selempangnya kemudian ia berjalan menghampiri kekasihnya yang menunggunya di depan toko bunga milik Aira.

''Walaikumsalam." Jawab Aira.

Dari pintu kaca tokonya, Aira melihat Aron membantu Winda mengenakan helm, setelah Aron dan Winda duduk di motor, Aron memasukan tangan Winda ke dalam saku jaketnya agar Winda tidak kedinginan terkena angin malam.

"Yeah, I hope that someday." Aira mematikan laptopnya kemudian ia menghampiri putrinya yang tengah bermain bersama asisten rumah tangganya.