NovelToon NovelToon
Setelah 100 Hari

Setelah 100 Hari

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Itha Sulfiana

"Setelah aku pulang dari dinas di luar kota, kita akan langsung bercerai."

Aryan mengucapkan kata-kata itu dengan nada datar cenderung tegas. Ia meraih kopernya. Berjalan dengan langkah mantap keluar dari rumah.

"Baik, Mas," angguk Anjani dengan suara serak.

Kali ini, dia tak akan menahan langkah Aryan lagi. Kali ini, Anjani memutuskan untuk berhenti bertahan.

Jika kebahagiaan suaminya terletak pada saudari tirinya, maka Anjani akan menyerah. Demi kebahagiaan dua orang itu, dan juga demi kebahagiaan dirinya sendiri, Anjani memutuskan untuk meninggalkan segalanya.

Ya, walaupun dia tahu bahwa konsekuensi yang akan dia hadapi sangatlah berat. Terutama, dari sang Ibu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak lagi

Saat Anjani kembali membuka matanya, silau sinar lampu membuat ia memejam kembali. Aroma obat-obatan khas rumah sakit tercium cukup tajam di hidungnya.

Perempuan itu tampak meringis sebentar lalu membuka matanya kembali secara perlahan. Ruangan berwarna putih bersih itu cukup familiar. Saat ia mengangkat tangan kirinya, dijumpainya jarum infus yang tertancap dipunggung tangannya.

"Siapa yang membawaku kemari?" gumamnya perlahan.

Dia berusaha untuk bangun. Namun, tubuhnya terasa sakit semua. Ingatan tentang kejadian sebelumnya tiba-tiba berkelabat dalam kepalanya.

"Mama..." lirih Anjani.

"Anjani."

Perempuan itu sontak menoleh ke sumber suara. Untuk sepersekian detik, ia tampak tertegun.

"Jadi, yang aku lihat sebelum pingsan... benar-benar dia?" lirih Anjani dalam hatinya.

"Bagaimana keadaan kamu?" Pria itu perlahan mendekat. Sepasang matanya tampak dipenuhi kekhawatiran. Tanpa sadar, dia mengelus kepala Anjani kemudian memeriksa luka yang wanita itu derita secara seksama.

Lengan Anjani tampak memar karena berusaha melindungi wajahnya dari pukulan sang Ibu. Sementara, kepala bagian belakangnya harus menerima sepuluh jahitan akibat hantaman vas bunga yang sang Ibu lakukan terhadap dirinya.

"Aku baik-baik saja," jawab Anjani. Dijauhkannya tangan pria itu dari tubuhnya.

Mulai sekarang, keduanya harus menetapkan batasan. Surat perjanjian cerai sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak. Itu artinya, tinggal selangkah lagi hubungan mereka akan benar-benar kembali menjadi asing.

"Tubuh kamu penuh dengan bekas memar. Kepala kamu juga sampai berdarah. Andai aku datang sedikit terlambat, mungkin kamu hanya akan tinggal nama saja, Anjani," kata Aryan panjang lebar.

"Terima kasih sudah membantuku," ucap Anjani sambil tersenyum. "Oh iya, Mama dimana?"

"Dia di rumah. Sedang tertidur pulas karena diberi obat penenang oleh dokter."

"Syukurlah!" ucap Anjani sambil bernapas lega.

Aryan menatap perempuan itu dalam-dalam. Dia tak habis pikir dengan jalan pikiran Anjani. Setelah mendapatkan penyiksaan seperti itu dari sang Ibu, dirinya tetap terlihat tegar dan berusaha kuat. Dia bahkan tak terlihat membenci sang Ibu sama sekali.

Padahal, yang dilakukan oleh sang Ibu adalah kekerasan yang hitungannya cukup keras hingga mengancam nyawa.

"Kenapa kamu pulang sendirian? Kenapa tidak mengajakku juga? Andai kita datang bersama, mungkin kamu nggak akan dipukuli sampai seperti ini."

"Kita akan bercerai. Jadi, untuk apa kita harus datang bersama?" sahut Anjani dengan dingin.

"Setidaknya, kita bisa menjelaskan semuanya secara bersama-sama kepada Mamamu. Mungkin, beliau tidak akan mengamuk andai kita bisa memberinya pengertian."

"Nggak perlu," tolak Anjani. "Sebenarnya, aku bisa sendiri andai calon istri dan calon mertuamu tidak ikut campur. Penyakit depresi Mamaku nggak mungkin kambuh andai bukan mereka yang memancing."

Kali ini, Aryan tak bisa memberi pembelaan apapun kepada Luna. Anjani benar. Luna dan kedua orangtuanya adalah dalang dibalik semua ini. Mereka bertiga adalah provokator yang mendorong Ibu kandung Anjani jadi tak terkendali.

"Apa Mama kamu selalu melakukan hal seperti itu setiap kali dia kambuh?"

Anjani menghela napas panjang kemudian mengangguk. "Iya. Dia selalu seperti itu. Dia selalu melampiaskan amarah akibat kegagalannya mempertahankan suaminya kepadaku."

"Jadi, ini bukan pertama kalinya?" tanya Aryan dengan suara serak.

"Tentu saja bukan," jawab Anjani. "Kakiku bahkan pernah patah karena didorong dari tangga lantai dua di rumah kami."

Degh!

Hati Aryan serasa mencelos. Tak ia sangka jika hidup Anjani ternyata seberat ini. Memiliki Ibu yang menderita depresi telah membuat perempuan itu banyak menderita.

"Anjani... Apa kamu tidak pernah berpikir untuk mempertahankan rumah tangga kita?" tanya Aryan lagi.

Perempuan itu menatap Aryan tanpa berkedip kemudian menggelengkan kepala dengan pelan. "Tidak ada yang perlu dipertahankan. Sejak awal, pernikahan ini seharusnya memang tidak pernah ada."

"Kenapa kamu harus bilang seperti itu, Anjani? Apa kamu nggak mau mempertahankan pernikahan ini? Bukannya... Kamu sangat mencintaiku?"

"Setelah pulang dari sini, aku akan langsung keluar dari rumah kamu," lanjut Anjani yang membuat lamunan Aryan jadi terputus.

"Kenapa harus keluar? Rumah itu akan jadi milik kamu."

"Nggak perlu," tolak Anjani. "Aku nggak butuh rumah itu."

"Kenapa nggak butuh? Bukankah, kamu pernah bilang kalau kamu sangat suka dengan rumah itu?"

Tatapan Aryan terlihat sangat sendu dan diliputi rasa kecewa. Hal itu pun membuat Anjani jadi tersenyum miring.

"Kamu benar-benar aneh, Aryan. Kenapa kamu mendadak jadi perhatian seperti ini? Bukankah, dari dulu kamu selalu bilang kalau rumah itu sebenarnya kamu buat untuk kekasihmu? Jadi, berikan saja rumah itu untuknya. Tidak usah mengasihani aku."

"Tapi, aku..."

"Sudahlah," potong Anjani cepat. "Aku lelah. Aku ingin tidur sebentar."

Aryan pun menghela napas panjang. "Baiklah. Selamat beristirahat!"

Anjani tak menjawab. Dia membaringkan kembali tubuh lelahnya diatas tempat tidur pasien lalu menutup mata secara perlahan.

Dia tidak berbohong. Dia benar-benar sangat lelah.

***

"Kak Aryan.." seru Luna saat Aryan datang menemuinya di penginapan tempat dia dan keluarganya menginap.

Aryan tidak seramah biasanya. Pria itu memasang tampang datar saat Luna memeluknya dengan erat.

Bahkan, dia sengaja menjauhkan Luna dari tubuhnya saat wanita itu hendak mencium pipinya.

"Kenapa kalian datang kemari? Kenapa kalian harus memprovokasi Tante Mariana hingga mengamuk seperti itu?" tanya Aryan kepada Luna, Anton, dan juga Sandra.

Sandra adalah nama Ibu kandung Luna. Perempuan itu adalah cinta pertama Anton.

"Kak Aryan... kami nggak bermaksud memprovokasi. Kami hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan Tante Mariana."

"Kebahagiaan apa yang ingin kalian bagi?"

Luna nyengir tak enak. Dia berusaha menutupi kegugupan yang saat ini dia rasakan.

"Tentu saja kabar bahagia tentang pernikahan kita, Kak Aryan."

"Bodoh," lirih Aryan tanpa sadar.

Luna pun melototkan matanya. Apa? Dia tidak salah dengar, kan? Barusan, Aryan mengatainya 'bodoh'?

"Kak..."

"Kalian semua tahu kalau Tante Mariana menderita depresi yang cukup parah. Dan, kalian dengan sengaja malah mengatakan hal tidak penting seperti itu?" Aryan mengusap wajahnya kasar. "Astaga! Sepertinya, kalian benar-benar manusia yang tidak punya hati. Kalian hampir membunuh Anjani. Kalian benar-benar tega. Aku kecewa pada kalian."

Kemudian, Aryan menatap Anton dengan sangat lekat. "Asal Om tahu... Diantara semuanya, saya paling kecewa pada Anda. Om, Anda benar-benar hampir melenyapkan nyawa putri kandung Anda sendiri," ucapnya penuh penekanan.

Tampak, tubuh pria tua itu mematung ditempat. Matanya perlahan memerah. Dia juga sadar jika dia sudah keliru. Memang benar. Dia hampir membuat putrinya meninggal didepan matanya sendiri.

1
Ma Em
Bagus Anjani lbh baik cepatlah keluar dari rumah yg Anjani dan Aryan tinggal , semua ga Anjani dapat jodoh lelaki yg baik yg mencintai Anjani , semoga saja Anjani berjodoh dgn Enzo
Adinda
semoga luna bukan anak kandungmu biar mampus kau Anton
Maemanah
yesek thor/Sob//Sob//Sob//Sob/
partini
nanti kalau dah cerai jangan balikan lagi Thor boleh lah,biar beda ma cerita rumah tangga yg kandas
Kustri
emg g ada nama yg laun apa thor, geli baca nama'a anushka🤣
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Malik Maulana
Ibuk nya Anjani ni bikin geram
Erna Wati
sakitnya jadi anjani
kucing kawai
semangat apdet nya thor bikin penasaran aja cerita nya huhuhu /Sob//Sob/
Malik Maulana
jangan lama-lama donk Kak Anjani cerai sama Aryan
Malik Maulana
keren banget
Maemanah
lanjut....
😄👍👍👍
Erna Wati
bagus anjani👍👍
kucing kawai
masyaallah thor apdet lagi dong capek aku nungu author yg gk pasti kapan mengasih kepastian
Ma Em
Bagus Anjani aku suka sikap tegas mu dan tdk mundur lagi jgn mau menuruti kemauan Aryan biarkan dia bersama Luna , pasti Aryan akan menyesal setelah berpisah dgn Anjani .
Ma Em
Thor Anjani jgn mengundurkan diri dari perusahaan Enzo biar Anjani kerja dikantor Enzo .
Ma Em
Anjani jgn mundur lagi dgn keputusanmu untuk berpisah dgn Aryan lbh cepat lbh baik jgn mau dirayu Aryan untuk kembali bersama biarkan Aryan dgn perempuan tercintanya si Luna , ku doakan Anjani berjodoh dgn Enzo .
kucing kawai
apdet lagi dong thor minim itu 1 hari 1 gitu loh thor
Ma Em
Pokoknya untuk Anjani jgn mundur lagi untuk berpisah dgn Aryan , semoga Anjani dapat pengganti Aryan lelaki yg lbh baik dan semoga Anjani sukses dan selalu bahagia 🤲🤲💪💪
Ma Em
Semoga Anjani berjodoh dgn Enzo setelah bercerai dgn Aryan biar si Aryan menyesal .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!