MENGEJAR CINTA MAS-MAS DINGIN

Menjawab rasa penasaran Darren, Akmal segera bertanya masalah yang membuat Salsa menangis.

"Tanyakan saja pada istrimu!" jawab Darren dengan begitu datarnya, ia menatap Salsa dengan sebal.

"Kenapa aku, aku hanya ingin menyadarkan kalian, kalian berdua, Rossi dan Darren. Kalian itu saling cinta, kan?" tanya Salsa seraya menatap Rossi, lalu bergantian menatap Darren.

Rossi pun menatapnya datar, lalu, beralih menatap Darren.

Sementara Darren, ia hanya menatap Salsa dan Akmal yang melihat Darren menatap Salsa dengan pandangan yang sebal pun memanggilnya.

"Darren." Dan yang dipanggil pun menoleh.

"Apa karena masalah ini kalian menjadi bertengkar?" tanya Akmal.

"Bukan bertengkar, tapi aku kecewa, kalian tidak menghargaiku," jawab Darren seraya bangun, Darren merasa sebal pada semua orang dan ingin pergi untuk meredam amarahnya.

Tetapi, Justin menahan lengannya, Justin mengatakan pada Darren untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya sudah berlarut-larut ini.

Darren mengibaskan tangannya, Darren yang memang tidak banyak bicara itu tak tau bagaimana caranya menyampaikan isi hatinya.

Yang Darren tau hanya tidak ingin semakin melukai teman-temannya dengan perkataannya.

Dan Rossi bangun dari duduk. Ia membenarkan ucapan Justin dan Darren yang sudah mulai melangkah itu berhenti.

"Aku sedang sangat sibuk dengan pekerjaan," kata Darren dan Darren pun benar-benar pergi.

Lalu, mereka berempat itu saling diam dan Salsa pun kembali mengeluarkan keluhannya.

"Lihat, sayang. Dia yang selalu menghindar, salah aku minta mereka untuk saling jujur," tanya Salsa pada Akmal dan Akmal menatapnya datar.

"Jangan urusi lagi urusannya, urutan saja aku dan anak kita," kata Akmal.

Mendengar itu, Salsa merasa kalau Akmal tidak ada di pihaknya.

"Kamu setuju Darren sama Jeje?" tanyanya seraya menatap Akmal datar.

Belum sempat Akmal menjawab, Rossi sudah menengahi, ia merasa tidak enak pada semua orang karena membela dirinya hampir mempertaruhkan persahabatan yang sudah lama terjalin.

"Sa, aku tidak apa. Aku dan Darren tidak ada hubungan apapun, mungkin aku memang tidak berjodoh dengannya, sudah, jangan berkelahi lagi karena aku, atau aku pergi lagi saja?" tanya Rossi seraya menatap Salsa.

"Kamu ini bagaimana, aku seperti ini karena membela kamu, aku tau bagaimana perasaan kamu, Ross," jawab Salsa dan semua orang menarik nafas dalam.

"Kita pulang!" kata Akmal seraya bangun dan menggandeng tangan istrinya.

Sebelum benar-benar pergi, Akmal meminta maaf pada Rossi dan Rossi mengangguk, ia tidak masalah dan berharap Salsa akan bersikap dewasa.

Sekarang, tersisa Rossi dan Justin.

Karena hanya mereka berdua, Rossi mengajak Justin untuk menjenguk Lea dan Justin pun mengiyakan.

Justin pergi dengan menggunakan mobil Rossi dan dirinya yang mengemudi.

Sebelum ke lapas, Justin menepikan mobilnya ke sebuah minimarket, ia membelikan aneka cemilan untuk mantan kekasihnya.

Sesampainya di lapas, Lea hanya diam, ada rasa sedikit menyesal telah berbuat jahat pada Rossi, tetapi, Lea tetap tidak mau meminta maaf.

Dan Justin yang hanya diam saja itu meletakkan buah tangannya di meja. "Ini untuk kamu," kata Justin dan setelah mengatakan itu, Justin bangun dari duduk.

Justin masih kecewa pada Lea dan tak ingin mengatakan apapun lagi, ia takut akan goyah dan menjadi tidak tega padanya.

Menurut Justin, ketika bersalah bukan hanya kata maaf yang harus di dapat, tetapi, hukuman harus tetap bejalan.

Sekarang, tersisa Lea dan Rossi.

"Lea, sekarang, kita sudah sama-sama dewasa. Aku minta maaf kalau dulu bersalah padamu. Dulu, yang aku tau adalah tak mau dibenci oleh Darren dengan menjebak Viona, bukan aku mau menukarmu dengan Viona," kata Rossi dan setelah mengatakan itu Rossi bangun dari duduk, ia pergi tanpa pamit dan langkah Rossi terhenti saat Lea bertanya, "Apakah dengan itu kamu sudah mendapatkan hati Darren?"

Rossi hanya mendengar, setelah itu Rossi melanjutkan langkah kakinya dan Rossi melihat Justin yang menyender di pintu mobil itu sedang menghisap rokoknya.

Rossi pun menghampiri dan Rossi yang melihat sikap Justin pun menjadi tau kalau pria itu masih menyimpan perasaan pada Lea.

Di perjalanan, keduanya saling bercerita.

"Rossi, kenapa dulu kamu pergi?" tanya Justin yang sedang menyetir.

Dan Rossi menarik nafas dalam, ia berharap yang bertanya seperti itu adalah Darren, tetapi, Darren sama sekali tidak pernah menanyakan itu.

"Karena aku patah hati, aku pergi untuk melupakan perasaanku padanya, tetapi, bukannya dapat melupakan, justru aku semakin terluka," jawab Rossi dengan pandangan tetap lurus ke depan.

"Dan sekarang, bagaimana perasaanmu? Apakah setelah pergi menjadi lebih baik, karena kamu pergi, Darren mencoba membuka hatinya untuk wanita lain, dan aku sependapat dengan Darren, sudah seharusnya kita itu melangkah ke depan, bukan melihat masa lalu yang sudah pergi meninggalkan kita," ujar Justin dan Rossi pun mengangguk, ia merasa sedang dinasehati olehnya.

"Iya, memang salah ku, mungkin karena dulu aku masih labil, aku masih terlalu kekanak-kanakan," jawab Rossi.

Dan Justin membenarkan ucapannya.

"Sekarang, bicaralah secara terbuka, antara kamu, Jeje dan Darren. Supaya tidak ada lagi salah paham," saran Justin dan Rossi sangat setuju.

****

Singkat cerita, sekarang, Darren sedang menyiapkan pakaiannya, ia memasukkan beberapa baju ke kopernya dan Darren mendapat pesan dari Jeje.

Jeje menanyakan apa yang sedang Darren lakukan dan Darren pun menjawab apa adanya.

Lalu, Jeje mengatakan kalau dirinya akan merindukannya.

"Aku pergi sebentar saja, besok pagi kita masih bisa bertemu," jawab Darren dan Jeje tidak sabar untuk bertemu hari esok.

Setelah mengatakan itu, Darren menyuruh Jeje untuk tidur dan sebelum itu, Jeje ingin menanyakan sesuatu.

"Apa?" tanya Darren dengan datarnya.

Dan Jeje menarik nafas.

"Dingin banget kamu, Mas!" kata Jeje dalam hati.

Lalu, Jeje yang ingin bertanya perihal perasaan Darren pun mengurungkan, justru Jeje membalas pesan itu dengan berpesan supaya tidak dingin.

Dan Darren yang sedang pusing itu hanya membalas menggunakan emoticon love.

Dan Jeje pun tak membalas lagi.

****

Esok paginya, Darren sudah ada di depan rumah Jeje dan Darren melihat Jeje yang belum bersiap untuk bekerja.

"Aku libur hari ini dan akan mengantarkan ke bandara," kata Jeje dan Darren pun mengiyakan.

Setelah itu, Darren pamit pada Pak Somat dan sekarang keduanya sudah berangkat.

Kali ini, Darren membawa sopir dan Darren duduk di bangku belakang bersama dengan Jeje.

Jeje yang masih penasaran dengan saran Justin itu tak mengira kalau Darren membawa sopir.

Seandainya hanya berdua, mungkin Jeje akan memintanya langsung, begitulah yang Jeje pikirkan.

Sesampainya di parkiran, Jeje menahan tangan Darren. Darren pun menatapnya, "Ada apa?" tanyanya.

Dan Jeje menjawab dengan mengecup pipi Darren.

Setelah itu, Jeje menunduk, ia merasa malu, tetapi juga tidak tahan dengan Darren yang sama sekali seperti tidak menunjukkan rasa cintanya.

Jeje ingin bertanya, tetapi, ia mengurungkannya karena inginkan Darren fokus pada pekerjaannya bukan hanya masalah percintaannya.

Dan Darren mengangkat dagu Jeje, Jeje yang malu bercampur sedih itu menatapnya.

Dan Darren mengecup kening Jeje.

"Jaga diri baik-baik. Jangan nakal!" kata Darren dan Jeje pun mengangguk.

"Selesai dengan pekerjaan, ada banyak yang ingin ku sampaikan," kata Darren dan Jeje menunggu untuk itu.

Bersambung..

Apa yang akan Darren sampaikan kali ini?