Chapter 17. Sarapan bersama.
Aku pernah membaca sebuah kutipan dari salah satu buku.
Saat hal-hal mustahil yang tak mungkin dicapai berdasarkan akal sehat, kita menyebutkan sebagai keajaiban. Mungkin, sebuah keajaiban adalah ibarat bunyi lonceng yang dibunyikan dengan banyak keinginan.
Maka dari itu, setiap orang memiliki satu kesempatan untuk membunyikan lonceng itu sekali seumur hidupnya. Apakah lonceng itu akan mengubah nasib atau tidak?
Itu tergantung antara apakah orang itu berusaha atau tidak?!
Dan karena kutipan kata dari sebuah buku itulah menambah semangatku untuk berusaha.
“Benar, aku akan berusaha agar Adine bisa sembuh dan aku mampu membunyikan lonceng milik nya.”
Kutipan itu juga aku ingat disaat melihat jawaban dari Oracle yang aku pertanyaan sebelum aku tidur.
#Menu Chat terbuka.
Aku: “Oracle, apa itu aplikasi Navigasi Universal?”
Oracle: “Navigasi Universal adalah sebuah aplikasi dari Oracle yang mampu mencari benda, orang atau apapun yang ada di dunia ini sesuai dengan permintaan.”
Aku: “Yang berarti aku bisa mencari pendonor sumsum tulang belakang yang cocok untuk Adine.”
Oracle: “Tepat sekali!”
Aku bertanya tentang hal itu dikarenakan pencocokan donor sumsum tulang belakang hanya sebesar 10 persen saja ada kemungkinan yang cocok.
Lalu, aku pun penasaran dengan jumlah poin yang dibutuhkan agar aku bisa mengunduh Aplikasi Navigasi Universal.
Aku: “Berapa poin yang harus aku tukarkan?”
Oracle: “500 poin.”
Saat melihat jumlah itu sontak aku terkejut.
“500 poin? Apakah aku bisa mendapatkannya?” batinku yang sedikit ragu.
Seusai mendapatkan informasi itu, aku pun mematikan aplikasi beserta ponselku lalu, menutup mataku.
“Rendy, bangun. Sudah pagi!”
Dalam setengah sadar, aku mendengar suara paman Andika dan dia juga mendorong pelan yang membuat aku tersadar dan membuka mata.
“Ohayo, Paman Andika!”
“Ohayo, Rendy. Ayo cepat bangun! Dan bergegas mandi!” seru Paman Andika.
“Hai. Hai!”
Aku mengumpulkan kesadaranku dan bangun dari rebahan setelah itu merapihkan futon yang aku pakai. Sesudah itu, aku berjalan dengan baju yang kusut, rambut yang berantakan dan wajah yang masih kusam kearah kamar mandi. Lalu, saat aku melewati ruang makan. Adine pun menyapaku.
“Selamat pagi, Rendy!”
Saat aku mendengar suara Adine, aku pun menghentikan langkah dan menoleh kesamping. Disana aku melihat Adine yang sedang membantu tante Kouri membuat sarapan dan tersenyum kepadaku begitu juga Tante Kouri, dia tertawa kecil.
Aku yang masih berantakan dan baru bangun tidur sontak aku pun malu untuk menatap lama Adine maka dari itu, aku bergegas lari ke kamar mandi meninggalkan Adine.
“Maaf.”
Tanpa melihat sekitarnya, aku masuk ke kamar mandi dan setibanya didalam aku nyandarkan badanku di pintu serta menghela nafas lega.
“Sungguh memalukan! Kenapa aku bisa kesiangan, bodoh?!” gumam kesal sambil mengetuk kepalaku sendiri.
Sesudah itu, aku bergegas membersihkan diri lalu, berlari kembali ke kamar untuk menganti pakaian yang sudah bersih dan menyemprotkan badanku dengan parfum. Setelah itu, aku berjalan ke arah cermin dan memeriksa wajahku serta menyisir rambut.
“Sempurna.”
Aku ingin memperbaiki citra karena bertemu dengan Adine dalam kondisi yang memalukan. Maka, aku harus berpenampilan sempurna.
Sesudah itu, aku pergi ke ruang makan yang dimana semua orang sudah duduk disana.
“Lihat! siapa yang sudah datang dengan penampilan serapih dan sewangi ini?” ucap ledek Tante Kouri.
“Tante bisa saja. Bukan kah, keseharianku seperti ini.”
Aku pun berkata seperti itu untuk menaikan citraku terhadap Adine yang sedang duduk di dekat Tante Kouri dan dia hanya tertawa kecil saat aku mengatakan seperti itu.
“Aishh, Bohong ya. Kamu!” sambung ledek tante Kouri.
Ryutaro yang duduk dihadapan Tante Kouri, dia melihat kearah Adine dan membantu meledek ibunya itu.
“Adine, berbanggalah karena Rendy berpenampilan seperti itu hanya karena ada kamu,” ucap Rendy dengan mengunakan bahasa inggris.
“Benarkah,” ucap Adine sambil melihat kearahku dengan senyuman lebar.
Aku hanya tersenyum dan duduk disalah satu kursi yang kosong setelah itu, aku mengelak diri dari ledekan Tante Kouri dan Ryutaro.
“Sudah, Adine. Tidak perlu didengarkan.”
“Ehhhhhhh!” gumam datar Tante Kouri dan Ryutaro.
Paman Andika yang duduk disampingku, dia mengelengkan kepala sambil tersenyum.
“Sudah. Sudah! Mari kita sarapan!” seru paman Andika.
Setelah paman Andika menyerukan itu, Tante Kouri dan Ryutaro menghentikan tawa kecilnya dan kami pun bersama melipatkan tangan dan mengucapkan secara bersamaan.
“Selamat makan!”
Seusai mengatakan itu, kami pun menyantap sarapan.
Setelah sarapan, Adine kearah Tante Kouri.
“Tante Kouri?” tanya Adine.
“Iya, ada apa Adine – chan?” ucap Tante Kouri dengan nada yang manja menatap Adine.
“Aku ingin membantu Tante di restaurant,” ucap Adine.
“Benarkah? Arigatou..” ucap senang Tante Kouri yang langsung memeluk Adine.
Saat Tante Kouri masih memeluk Adine, dia melihat kerarahku dan Ryutaro yang duduk disampingku.
“Kamu dan kamu harus juga ikut membantu dan menemani Adine!” seru Tante Kouri.
“Haiii…” jawab datar aku dan Ryutaro.
Seusai menyerukan itu, Tante Kouri melihat kearah Adine dan tersenyum kepadanya. Aku pun yang melihat senyuman Adine membuat diriku tersenyum dan membulatkan tekadku.
“Aku tidak ingin kehilangan senyuman dari Adine ini.”
Dan pada minggu, kami semua pergi ke Restaurant pantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
John Singgih
niat baik adine
2022-05-18
1
Ghiets'Enay
👣👣👣👣
2022-02-02
1
Haruki Efendi
hahahahahahahaha
bener bener
kimino souizo wo tabetaii
mantap lanjut. .....
2021-09-09
3