Ilustrasi Kakak perempuan Adine (Kimberly Ryder) :
Chapter 09. Pertemuan tidak sengaja
Aku pernah bertanyakan seperti ini kepada Oracle.
Aku: “Oracle, kenapa hatiku berdebar disaat melihat Adine?”
Oracle: “Agen, ini pertanda bahwa anda menyukai dan bahkan mencintainya. Maka dari itu, Perhatikanlah jauh kedalam hatimu!”
Begitu jawaban yang aku terima dari Oracle dan saat ini, hatiku sedang berdegup kencang ditambah penuh nya bis membuatku harus berdiri disampingnya.
Mungkin itu benar dari jawaban Oracle. Tapi, Aku hanya tidak mau mengakui perasaanku sendiri. Aku mungkin berpura-pura kalau aku mengetahui jawabannya. Meski, aku tahu apa yang aku rasakan?
Tapi, tidak peduli. Apa yang kurasakan?
Jawaban salah adalah salah, jawaban benar adalah benar.
Karena aku tidak bisa menipu hatiku sendiri, tidak peduli apapun.
Saat itu, aku terus menatap Adine yang sedang tertidur bahkan sinar matahari dari jendela tidak membangunkannya. Tidak lama, Adine mengerakan kepalanya sendiri dan terlihat sinar matahari yang menganggu tidur maka dari itu, aku memberanikan diri untuk menghadang sinar matahari masuk ke wajahnya dengan tangan kanan yang aku taruh dengan dahinya sehingga cahaya terhalang oleh tanganku.
Pergerakan ku pun tidak sadarinya dan aku pun senang membantunya. Hal itu terus aku lakukan sehingga suatu kejadian yang dimana ada sebuah mobil yang memotong jalan bis.
Bippppp!
Suara klason bis dan bis yang naiki rem mendadak.
Sehingga membuatku tersungkur didepannya tapi aku tidak sempat jatuh di depannya karena aku menahannya dengan tanganku ke sisi jendela bis dan tanpa sengaja, Adine terdorong kedepan lalu mengencup pipiku.
“Eh?!”
Sontak aku terkejut dan bergegas berdiri kembali sambil mengelus-ngelus pipiku. Hal membuat dadaku sakit dan aku juga bernafas lega karena Adine kembali bersandar di kursi dan masih tertidur.
Saat kejadian itu, aku pun memahami dari salah satu buku yang pernah aku baca bahwa sebuah nasib mungkin memutar dan berbalik atau berantakan sedikit dalam perjalanan. Tapi, selalu mencapai titik yang sama.
Dan ditikungan tadi, satu detik bisa berantakan sedikit, bisa menciptakan sebuah keajaiban atau bisa membawa kita menuju masa depan yang berbeda.
Beberapa saat kemudian, bis pun berhenti di salah satu halte dan banyak penumpang yang turun disana. Gerumuh penumpang yang turun membuat Adine mengerakan kepalanya dan aku memiliki firasat bahwa dirinya akan bangun maka dari itu, aku pun bergegas duduk di kursi belakang bis yang kosong.
Seperti yang aku duga, dia pun terbangun dan melihat sekitarnya dengan panik. Lalu, dia pun berdiri serta menekan tombol berhenti.
“Permisi, pak. Saya kelewatan!” seru Adine kepada supir dan sudah berdiri dari kursinya.
Supir bis itu pun menghentikan lajunya. Lalu, Adine pun turun dari bis begitu pun diriku yang juga bergegas turun.
Saat di jalan, Adine terlihat bingung dengan jalan yang dilewatinya lalu, dia bertanya kepada seseorang dengan bahasa inggris.
“Permisi, apakah anda tahu dimana lokasi apartement damai?” tanya Adine kepada ibu-ibu yang dilaluinya.
Tapi, aku yang sedang berjalan dibelakang Adine melihat hal itu dan Ibu itu terlihat tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Adine.
“Maaf, aku tidak bisa bahasa inggris,” ucap ibu itu yang memakai bahasa inggris yang terbata-bata.
Adine pun terlihat kebingungan dengan ucapannya maka dari itu, aku menghampiri mereka memakai bahasa jepang.
“Maaf, ibu. Apakah anda tahu dimana lokasi apartement damai?”
Saat aku yang tiba-tiba bertanya kepada ibu itu membuat Adine kaget dan terdiam.
“Rendy?!” ucapnya.
“Iya, lokasi apartement damai tidak jauh dari sini,” jawab ibu itu yang memakai bahasa jepang sambil mengarahkan lokasinya.
“Terima kasih, bu!” ucapku sambil membungkukan sedikit badanku. Hal itu, diikuti oleh Adine.
“Sama-sama,” jawab Ibu itu yang juga membungkukan badannya. Lalu, dia melanjutkan langkahnya meninggalkan kami.
Setelah Ibu itu pergi, Adine menepuk pelan tanganku.
“Rendy, kenapa kamu ada disini? Dan juga, padahal baru seminggu belajar bahasa jepang? Kenapa bisa sefasih itu?” ucap Adine sambil tersenyum lebar.
“Kebetulan, aku ada urusan di daerah sini dan aku masih belum begitu fasih. Kebetulan saja, pertanyaan itu aku sudah memahaminya dalam bahasa jepang.”
“Alah, kamu tuh ya terlalu merendah dan sekarang, antarkan aku kearah yang ditunjukannya!” seru Adine.
“Eh? Bukankah, lebih baik aku katakan arahnya?!”
“Bagaimana jika aku tersesat? Lalu, aku diculik! Jika itu terjadi maka kamu harus bertanggung jawab,” ucap ketus Adine sambil menunjukan jarinya kearah wajahku.
“Ehhh?! Apa harus segitu nya?”
“Pokoknya, antarkan aku!” seru maksa Adine.
“Iya, ya. Aku akan mengantarkanmu!”
“Good,” jawab pendek Adine.
Seusai pembincangan itu, kami pun pergi bersama dan dalam perjalanan, Adine bertanya kepadaku.
“Rendy, apa kamu satu bis denganku?” tanya Adine.
Aku yang mendengar pertanyaan itu membuatku sedikit panik dan mengarukan kepala belakangku.
“Tidak, aku baru saja di toko dekat sini.”
“Begitu ya,” ucap Adine dengan nada pelan.
Aku terpaksa berbohong kepadanya karena aku takut. Jika, aku jujur kepadanya maka dia akan marah karena kejadian Adine yang tidak sengaja mengencup diriku.
Seusai bertanya itu, Adine pun bercerita tentang dirinya selama perjalanan. Aku senang mendengar ceritanya.
Beberapa saat kemudian, Kami sampai di apartement damai dan aku bertanya kepada petugas keamanan dengan bahasa jepang. Sesudah itu, tibalah disalah satu kamar apartement.
Tok! Tok! Tok!
“Permisi, kak. Ini aku!” seru Adine yang mengetuk pintu.
Kamar apartement yang kami tuju adalah tempat tinggal dari kakak perempuan Adine.
“Kalau begitu, aku pamit ya!” ucapku yang membalikan badan dan melangkah.
Namun, tanganku dipegang oleh Adine dan dia menghentikan langkahku. Aku yang menyadari itu, aku pun menoleh kearah Adine.
“Apa lagi?”
“Tunggu! Aku harus mampir dan bertemu dengan kakak ku dahulu!” seru Adine.
“Tapi…”
Saat aku menjawab itu, pintu kamar apartement terbuka.
Krekkk!
Aku serta Adine melihat kearah balik pintu dan kami melihat sosok wanita cantik berbadan tinggi serta berwajah indonesi. Selain itu, sosoknya tidaklah asing.
Adine yang melihat sosok wanita itu, dia melepaskan pegangannya dan melambaikan tangan kepadanya.
“Halo, kak!” sapa Adine.
“Adine, kamu bisa kesini sendiri? Aku dari tadi meneleponmu,” ucap kakaknya Adine.
“Maaf, kak. Ponselku mati. Tapi, untung ada temanku,” ucap Adine dan dia memperkenalkanku.
Saat Adine memperkenalkan diriku, kakaknya melihat melihatku dan aku pun juga berdiri tegak serta membungkukan badannya.
“Salam kenal, aku Rendy! Teman dari sekolah bahasanya Adine.”
Aku yang memperkenalkan diriku dan melihat kearah kakaknya Adine. Dia mengenaliku saat di pesawat seminggu yang lalu.
“Kamu kan yang naik di pesawat waktu itu?” ucap kakaknya Adine sambil menunjuk kearahku.
“Iya, kakak Pramugari.”
Adine yang melihat Aku dan kakaknya.
“Kalian sudah saling mengenal?” tanya Adine.
“Tidak juga tapi, bukanlah lebih baik kita bicara didalam!” seru kakaknya Adine.
“Tapi, maaf, Kak! Aku tidak bisa mampir soalnya ada keperluan!”
Saat aku mengatakan itu, Adine menatap dan bertanya kepadaku.
“Rendy, kamu yakin?”
Aku pun menoleh kearah Adine dan menjawabnya.
“Iya, maaf ya Adine.”
“Ya sudah, Adine. Jangan memaksanya! Terima kasih yang Dek …” ucap Kakaknya Adine.
“Rendy, kak!” ucapku.
“Iya, Maaf. Terima kasih ya Rendy sudah mengantarkan adik ku,” ucap Kakaknya Adine.
“Iya, Kak. Kalau begitu, aku izin pamit!” ucapku sambil membungkukan badanku.
“Iya, berhati-hatilah, Rendy!” seru kakaknya Adine.
“Iya, Kak!”
Seusai mengatakan itu, aku menoleh kearah Adine dan berpamitan dengan nya.
“Adine, aku pamit dulu ya.”
“Iya, terima kasih ya sudah mau mengantarku dan berhati-hatilah!” ucap Adine.
“Iya, sampai ketemu lagi! Bye-bye!” salamku sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
“Hm, bye-bye!” jawab Adine yang juga melambaikan tangan dan tersenyum.
Seusai percakapan itu, Aku pun pergi meninggalkan Adine dan kakaknya. Lalu, Aku melanjutkan perjalananku kembali ke rumah untuk mengambil ponsel paman Andika. Setelah itu kembali ke restaurant yang dimana Paman Andika dan Tante Kouri khawatir kepadaku tapi aku tidak mengatakan yang sebenarnya dan aku memberikan alasan tersesat dan salah turun halte.
Ucapanku itu dipercaya oleh Paman Andika dan Tante Kouri. Aku bersyukur akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Gatot Suharyono
light gayanya sepertinya mc nya ini LGBT !?
anak SMA di tahun 2021 kok takut cewek !?
he he he . . .payah !?
2023-03-01
0
John Singgih
menjadi lebih dekat sama cewek
2022-05-06
0
Ghiets'Enay
kayak Drakor 💖💖💖,,kyaaaaaa💓💓💓
2022-02-02
0