Chapter 15. Berjalan-jalan denganmu.
Aku saat ini masih berjalan-jalan dengan Adine dan kami berada di kuil Daizafu Tenma-gu. Disana, Adine ingin memanjatkan doa maka dari itu, aku mengajarinya karena sebelumnya aku pernah belajar tata cara berdoa di kuil Shinto.
Seusai mengajarinya, kami pun pergi memasuki kuil. Setibanya didalam banyak orang yang sedang berkunjung disana. Mungkin karena hari itu adalah akhir pekan sehingga banyak orang yang ingin berkunjung dan berdoa. Kami pun tidak mempedulikan hal itu dan tetap memasuki kuil.
Karena ramainya pengunjung membuat kami mengantri untuk membersihkan tangan dan mulut juga berdoa dikuil. Tidak lama kemudian, giliran kami yang berdoa.
Kami pun melemparkan 5 yen kedalam kotak, membunyikan bel dan memanjatkan doa bersama. Aku menutup mata serta menyatukan kedua telapak tangan dengan posisi berdoa. Dalam doa itu, aku berharap memiliki kekuatan ataupun keajaiban untuk kesembuhan Adine.
“Semoga penyakit wanita disampingku cepat sembuh.”
Suara Adine yang menebak doaku. Aku yang mendengar ucapan dari Adine itu maka aku pun membuka mata dan menoleh kearah Adine.
“Iya, Kan!” ucap ledek Adine.
Aku pun malu saat Adine menebak doaku itu maka dari itu, aku mengelaknya.
“Bukan, aku tidak berdoa seperti itu. Bukan nya kamu yang ingin berdoa seperti itu.”
“Tentu saja, aku berdoa seperti itu tapi, aku tidak percaya. Apakah doaku ini akan dikabulkan namun satu hal yang pasti aku menyertakan doa untuk orang-orang yang berarti untukku, Aku berharap agar mereka berumur panjang,” jawab Adine.
Aku hanya terdiam mendengar ucapan dari Adine itu dan menambah semangatku untuk bisa menemukan jalan menyembuhkannya.
Seusai mengatakan itu, Adine membalikan badan.
“Yosh, sekarang ayo tes keberuntungan kita! Pemenangnya yang dapat paling beruntung!” seru Adine sambil meninggalkan Adine menuju papan Omyouji.
“Tunggu, keberuntungan itu bukan soal menang atau kalah!” ucapku sambil menyusul Adine yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Tibalah, kami di papan Omyouji. Kami pun mengambil kertas keberuntungan.
“Yosh! Aku mendapatkan tulisan ‘sangat beruntung’! Penyakitmu pasti akan sembuh! Begitulah yang tertulis,” ucap Adine yang membacakan kertas yang diambilnya.
Saat mendengar itu, aku harap tulisan itu akan terkabulkan.
Seusai Adine mengatakan itu, dia menghadap kearahku sambil memamerkan kertas yang di bacanya.
“Jreng! Aku menang, bukan! Meski begitu, mana mungkin penyakitku ini akan sembuh, ya kan?”
“Entahlah!”
“Kalau kamu?” ucap Adine yang menghampiriku dan mengintip kearah kertas yang aku ambil, “Sedikit beruntung, ya?” ucap ledek Adine dengan nada yang pelan.
“Begitulah.”
“Oke, berarti kamu kalah!” ucap Adine yang berlari kearah luar.
Aku pun tersenyum melihat keceriaan dirinya. Sesudah itu kami pergi ke café buku, Adine begitu bersemangat melihat banyaknya buku yang tertata rapih di raknya.
“Ini buku terbatas, akhirnya aku menemukannya. Yosh, aku akan membacanya!” seru senang Adine.
Aku melihat Adine langsung mengambil buku itu dan membacanya. Begitu juga diriku, aku mengambil salah satu buku yang menurutku menarik. Setelah mendapatkan buku yang ingin kubaca, aku duduk dilantai dekat jendela halaman dengan posisi bahu disandarkan di jendela karena kursi membaca disana sudah penuh oleh pengunjung.
Ditengah aku serius membaca, tiba-tiba Adine menyandarkan badannya di punggungnya. Pada awalnya aku terkejut namun saat menoleh kebelakang terlihat Adine serius membaca buku dengan posisi bersandar di punggungku.
Aku pun tersenyum sendiri dan membiarkannya. Samar-samar aku pun juga mendengar suara tawa kecil dari Adine yang membuat aku juga tersenyum.
Waktu pun cepat berlalu dan malam pun tiba.
Saat itu, kami sedang berada di Sky Wheel (Kincir Angin ) dan melihat bintang-bintang serta bulan yang menyinari langit malam.
“Indahnya!” seru kagum Adine sambil melihat bintang-bintang.
Saat aku berdua di Sky Wheel bersama dengan Adine membuat hatiku terus berdebar dan tanpa sadar aku terus menatap dirinya.
“Iya, Indahnya!”
Adine yang mendengar ucapanku itu, dia menoleh kearahku dan dia menyadari bahwa aku melihat dirinya.
“Rendy, apa yang kamu lihat?!”
Aku sontak terkejut dan tersadar bahwa Adine melihat kearahku. Maka dari itu, aku langsung menoleh kesamping dan mengelaknya.
“Aku melihat ke luar!”
“Hee … begitu ya,” jawab Adine sambil tertawa kecil.
Setelah kami bermain Sky Wheel, langkah Adine pun terhenti.
“Oke, Sekarang waktunya kita pergi ke rumahmu!” seru Adine sambil melihat kearahku.
“Kerumahku? Untuk apa?” tanyaku yang masih belum memahami maksud dari Adine.
“Ya, tentu saja untuk tidur dan makan malam disana!” ucap Adine dengan senyuman lebar.
“Ehhh?!”
Adine pun tertawa kecil saat aku merespon seperti itu dan dia pun langsun menarik tanganku.
“Ayo cepat! Jika kemalaman, nanti tidak enak dengan Paman dan Tantemu!”
“Iya, ya!”
Aku harap Paman Andika dan Tante Kouri bisa mengerti dan mengizinkannya. Lalu, kami pun pergi ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
1carloz3
seandainya gw jadi rendy, pasti mak ku bangga
2022-08-04
0
John Singgih
calon mantu datang
2022-05-18
2
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
eh... bisa gitu adine
2022-01-07
1