How Will You Say Goodbye?
Sebuah rumah yang nyaman dan sangat elok dipandang mata, dengan desain klasik terdapat pilar yang cukup besar didepannya.
Rumah putih di pedalaman kota. Tidak terlalu jauh dari pusat kota tapi juga tidak terletak dipinggiran jalan. Terdapat air yang mengalir dari kanal membentang di sepanjang belakang rumah.
Rumah yang sangat asri dengan ditumbuhi rumput-rumput hijau dihalamannya dengan berbagai macam jenis tanaman dan bunga yang juga ditanam disana.
"Sebentar ya, mbak. Aku ambilkan air minum dan obat mbak dulu." Ucap seorang gadis yang tinggal dirumah itu. Ia mengambil segelas air dan beberapa butir obat diatas nakas.
Gadis itu memberikan air dan obat kepada seorang wanita yang terbaring lemah dihadapannya.
"Ini mbak, diminum dulu. Abis itu mbak istirahat ya!" ucapnya.
"Terima kasih ya, Kinan." Ucap wanita yang terbaring itu.
"Iya mbak" jawab Kinan.
Setelah meminum obatnya, wanita bernama Wina itupun memutuskan untuk tidur dan beristirahat. Sementara Kinan, beranjak dari posisinya untuk melanjutkan tugasnya yang juga seorang mahasiswi.
Kinanty Andari. Seorang gadis desa berumur 21 tahun yang memutuskan untuk bekerja dikota sambil melanjutkan kuliahnya. Kinan adalah seorang yatim piatu. Ia bekerja paruh waktu menjaga saudara jauhnya, Wina Delina yang sedang sakit. Tentu saja itu ia lakukan untuk membiayai kuliah dan biaya hidupnya.
Wina divonis menderita Leukimia oleh dokter. Ia membutuhkan banyak bantuan dirumahnya karena Wina mempunyai dua orang anak yang juga harus dijaga.
Wina menikah diusia yang masih sangat muda dengan seorang lelaki yang mencintai dan dicintainya, yaitu Ammar Sadin.
Mereka sudah menikah cukup lama sekitar 10 tahun.
Anak pertama mereka berusia 9 tahun dan anak keduanya berumur 6 tahun. Alesya dan Arshaka.
Kinan yang sejatinya masih berkuliah harus pandai-pandai menyesuaikan waktu untuk bisa mengurus Wina dan sekedar menjaga anak-anak Wina.
Ya, tugas utama Kinan dirumah ini hanyalah menjaga Wina. Wina dan Ammar sudah mempunyai dua asisten rumah tangga lain yang juga berperan dengan masing-masing tugasnya. Yang satu mengurus semua keperluan dapur dan rumah. Yang satunya lagi menjaga dan mengurus anak-anak.
Alesya dan Arshaka juga sudah punya guru privat masing-masing yang akan mengajarkan mereka tentang sekolahnya.
Kinan hanya bekerja memberi makan Wina dan memberinya obat. Serta memastikan Wina istirahat dengan cukup tanpa terbebani dengan pikiran-pikiran lain.
Ammar sangat mencintai Wina, dan ia punya cukup kemapanan materi diusianya yang baru 32 tahun. Sedangkan Wina berusia 30 tahun.
Ammar selalu mencoba memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya semampu dan sebisanya. Ia pekerja keras alias workaholic.
Terbukti kerja kerasnya sedari muda membuahkan hasil hingga ia dan keluarganya bisa hidup dengan berkecukupan sekarang ini.
"Wina udah tidur Ki?" Tanya Ammar yang melihat Kinan sedang berjalan melalui nya, sembari ia masih sibuk duduk menatap layar laptop nya di ruang keluarga.
"Sudah, Mas." jawab Kinan.
"Anak-anak tadi udah pada makan malam kan?"
"Sudah, mas."
"Oke"
"Saya permisi, mas"
"Oh ya, Kinan?"
"Ada apa mas?"
"Terimakasih ya."
Kinan mengangguk dan pergi menuju kamarnya untuk beristirahat.
*****
Matahari yang terbit diufuk timur memancarkan suasana cerah dihari ini. Membangunkan orang-orang yang masih terlelap dikasur masing-masing.
Tampak seorang wanita tua yang adalah mertua dari Wina. Latifa. Sedang duduk diujung meja makan berbentuk oval.
Disamping kanannya ada Ammar, dan disamping kirinya ada sepasang anak kecil yang ikut sarapan pagi.
Wina tidak nampak ikut duduk diruang makan itu. Sepertinya Wina absen dan tetap berada dikamar.
"Mau berangkat kuliah, Ki?" Ucap Ammar berbasa-basi.
"Iya, mas" sahut Kinan.
"Sini ikut sarapan bareng!"
"Nggak usah mas, saya udah sarapan."
Ammar mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Wina udah makan? trus obat Wina udah kamu siapkan kan?
"Sudah mas, dan obatnya sudah saya letakkan di atas nakas, mas. Saya berangkat dulu ya mas, Nyonya" ucap Kinan sembari membungkukkan sedikit badannya.
"Iya" sahut Ammar dan Latifa Kompak.
Seperginya Kinan, Latifa yang layaknya seorang nenek protektif mulai menasihati kedua cucunya yang akan berangkat sekolah pagi itu.
"Oh iya, Mar. Kenapa sih buang-buang uang terus dengan mempekerjakan gadis itu? Kerjanya juga cuma itu-itu saja!" Ketus Latifa.
"Ya gimana pun juga kan Kinan itu masih keluarganya Wina, ma."
"Tapi tetap aja buang-buang uang. Itu si Irah juga bisa kok ngasih obat ke Wina, ngasi makan Wina!" Ucap Latifa.
"Ya hitung-hitung bantu Kinan lah, ma. Kasian dia dikampung juga nggak ada orangtua dan siapa-siapa lagi. Mau kerja disana tapi kan dia kuliah disini." Jawab Ammar.
"Lagian kok sok-sok-an kuliah sih. Yang ada ngerepotin orang lain saja!"
Ammar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar omelan mamanya yang seperti tiada ujungnya.
****
Kinan yang sudah sampai dikampusnya, memutuskan makan dikantin kampus karena sebenarnya ia belum sarapan.
"Masih ada setengah jam lagi, aku sarapan dulu lah." Batin Kinan sambil mendudukkan diri dikursi kantin dan memakan Roti isi yang sudah lebih dulu dibelinya di etalase kantin.
"Kinan!!!"
"Hey bikin kaget aja kamu!" Jawab Kinan pada teman akrabnya dikampus. Desi.
"Hehehe, oh ya gimana? Kapan kamu sidang?" Tanya Desi.
"Kalau nggak ada halangan sih minggu kedua di bulan depan"
"Wah enak banget ya. Aku masih harus revisi lagi" jawab Desi cemberut.
"Nggak apa lah. Kamu semangat ya. Semoga nanti kita wisudanya bisa bareng." kata Kinan menyemangati Desi sambil mengedipkan sebelah matanya.
*****
Sore ini Ammar yang baru saja pulang bekerja menatapi istrinya yang sedang tidur diranjang kamar. Dalam lubuk hatinya Ammar merasa sedih melihat kondisi Wina sekarang ini. Bagaimanapun Ammar sangat mengasihi Wina. Wina adalah wanita pertama untuk Ammar, dan Wina adalah wanita yang melahirkan anak-anak Ammar.
Ammar sudah mengusahakan semuanya agar kondisi Wina membaik. Wina juga sudah pernah menjalani perobatan di luar Negeri. Dan tentunya Wina sudah menjalani Kemotrapi tapi itu hanya berdampak baik untuk sementara, karena tubuh Wina seolah menolak kemotrapi tersebut..
Akan tetapi, Wina akan terus begitu selama ia belum mendapatkan donor cangkok sumsum tulang belakang.
Tangan Ammar terulur membelai pipi Wina. Wina yang merasa ada yang menyentuh pipinya pun terbangun dari tidurnya.
"Kamu udah pulang sayang?" Tanyanya pada Ammar.
Ammar menghembuskan nafasnya. Ia hampir saja meneteskan air mata ketika melihat dan mengamati wajah tidur istrinya tadi.
"Hmm, aku sudah setengah jam yang lalu pulang dari kantor" jawab Ammar.
"Kamu jangan sering menatapi ku ketika tidur sayang!"
"Kenapa?"
"Karena aku takut, ketika kamu menatapku tertidur, lalu aku sudah tidak bisa membuka mata lagi untuk sekedar menanyakan keadaanmu!"
"Kamu jangan ngomong gitu! Kamu tetap akan menanyakan keadaanku setiap hari, sayang. Tidak ada yang akan berubah kecuali kondisimu yang akan sehat seperti dulu!" Jawab Ammar memungkiri jawaban hatinya.
Wina hanya tersenyum kecut mendengar pernyataan Ammar karena ia sendiri tahu betul bagaimana penyakit itu sudah menggerogoti tubuhnya. Dan kemungkinan terbesar ia memang akan pergi untuk selamanya meninggalkan apa yang ia miliki sekarang.
"Yaudah, aku mandi dulu ya. Nanti kita makan malam bersama-sama!" Ucap Ammar seraya ingin pergi mengambil handuk.
Tapi suara Wina menghentikan langkahnya yang ingin menuju ke kamar mandi.
"Mas..."
"Iya sayang?"
"Bisakah aku meminta satu keinginan mas!"
Ammar berbalik dan mendatangi lagi istrinya. Ia duduk disamping ranjang.
"Keinginan apa? Aku pasti akan mengabulkannya untuk istriku!" Jawab Ammar tulus.
"Jika nanti aku sudah tiada, aku mau kamu menikah lagi mas!" Ucap Wina menahan isaknya.
Ammar terkejut dengan pernyataan Wina. Ia tidak habis pikir istrinya akan mengucapkan itu. Ia pikir selama ini, kalaupun memang kemungkinan terburuk adalah Wina harus meninggalkannya, mungkin Wina akan meminta Ammar untuk tetap sendiri dan fokus dengan pekerjaan dan anak-anak mereka.
"Maksud kamu apa sayang? Kamu jangan bicara begitu. Aku tidak pernah berfikir unt--"
"Iya mas, tapi ini keinginanku dan sudah ku putuskan!"
"Apa yang kamu putuskan?" Tanya Ammar tidak mengerti arah pembicaraan Wina.
Wina membuang wajahnya kearah langit-langit, seolah menahan air matanya agar tidak jatuh. Kemudian ia menghembuskan nafas pelan. Kedua tangannya mencakup wajah suaminya.
"Keputusanku, aku ingin kamu menikahi Kinan, mas!" Ucap Wina mantap.
Ammar sontak berdiri dari posisinya. Wajahnya syok dan merah seperti menahan emosi. Dia tak habis pikir dengan keputusan istrinya itu.
"Mas, ku mohon mas! Kinan adalah wanita yang baik. Dia satu-satunya saudaraku saat ini. Kami sama-sama tidak punya orangtua. Aku ingin menitipkannya kepadamu, mas. Karena aku tau rasanya menjadi seperti dia. Hidupku dan hidup Kinan tidak jauh berbeda!"
Wina dan Kinan adalah saudara jauh yang dibesarkan di desa yang sama. Mereka tumbuh bersama, sampai suatu tragedi bencana longsor di desa menghabiskan rumah, sanak saudara dan terutama orangtua mereka masing-masing. Sejak itulah mereka menjadi yatim piatu.
Tadinya, Wina punya seorang adik lelaki yang usianya tak jauh berbeda dengan Kinan, tapi adiknya meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan.
Ammar menggeram dalam diam, ia tidak mungkin marah mengingat kondisi Wina. Tapi ia juga tak mungkin mengiyakan begitu saja.
"Sayang, kamu tau kan Kinan itu sudah ku anggap seperti adik kandungku sendiri!" Kata Ammar pelan setelah mengatur gemuruh emosi didadanya.
Wina mengangguk, dan air matanya tampak menetes.
"Aku tau mas, aku hanya tak bisa melepasmu dengan wanita lain yang tak ku kenali!"
"Kalau begitu, jangan melepasku!"
"Kamu jangan mengingkari takdir mas! Kondisiku sudah tidak memungkinkan, apalagi aku sudah lama tidak memberimu hak sebagai suami."
"Kamu jangan memikirkan itu sayang, fokuslah dengan kesembuhanmu!"
Wina menatap suaminya yang masih berdiri didepannya. Ia menatap dengan matanya yang sudah banjir air mata.
"Aku harap kamu mau memikirkannya, mas. Dan aku akan mengatakan niat ini juga kepada Kinan"
Ucapan Wina ibarat titah yang tidak bisa dibantah oleh Ammar. Ammar mengacak rambutnya.
"Baiklah, aku akan memikirkannya. Kamu jangan terlalu memikirkan ini lagi" jawab Ammar menenangkan Wina.
Ammar pun beranjak untuk mandi. Selesai mandi, Ammar membawa Wina menggunakan kursi roda untuk bisa ikut makan malam bersama di meja makan.
Seperti malam-malam biasanya, semuanya yang ada dimeja makan akan khidmat memakan makanannya. Meja itu terlihat lengkap malam ini karena Wina ikut makan bersama mereka.
"Lesya, kamu harus nurut sama oma, papa dan tante Kinan ya sayang! Shaka juga ya, nak!" Pinta Wina kepada kedua anaknya disela-sela makan malam mereka.
Anak-anak itu pun mengangguk nurut.
"Mama kapan sembuh, ma? Lesya mau mama cepat sembuh biar kita bisa jalan-jalan bersama lagi." Tanya Lesya.
"Doakan mama cepat sembuh ya sayang!" Jawab Ammar ikut masuk dalam pembicaraan istri dan anaknya.
"Iya, Pa. Pasti Lesya doakan mama terus. Lesya sedih liat mama sakit"
"Shaka juga sedih, ma" jawab anak laki-laki berumur 6 tahun itu.
Latifa hanya diam memperhatikan anak, menantu dan cucu-cucunya bersuara. Ia dan Wina tidak begitu dekat, Tapi Latifa menghargai Wina sebagai istri yang dicintai Ammar. Dan lagi, karena Wina telah mengizinkannya untuk tetap tinggal disini bersama mereka.
"Selamat malam" ucap Kinan sembari masuk melewati meja makan untuk menuju kamarnya yang terletak di belakang.
"Loh baru pulang Ki?" Tanya Wina pada Kinan.
"Iya mbak, urusan kuliah mendekati sidang, jadi agak repot. Maaf ya mbak."
"Ya udah, kamu mandi abis itu makan ya."
"Iya mbak."
Kinan pun melangkah menuju kamarnya.
Seperginya Kinan, Latifa mulai membuka suara untuk berbicara.
"Anak itu digaji cuma untuk kelayapan saja!." katanya.
"Ma..." Ammar mencoba menghentikan ucapan mamanya.
"Loh kan bener Mar, biasanya digaji itu ya supaya bekerja. Giat. Ini cuma kesana kemari sama urusannya sendiri. Lah kerjaannya? Gak jelas kan? Buktinya Wina dia tinggal-tinggal terus!"
"Mungkin Kinan memang sibuk ma, tak lama lagi dia akan sidang meja hijau dikampusnya. dan setelah itu dia wisuda loh ma, aku ikut senang. Nggak sia-sia dia kuliah! Jawab Wina sumringah mengabaikan ketidaksukaan mertuanya itu pada Kinan.
"Dia nggak sia-sia. Tapi kalian yang sia-sia mempekerjakan dia!" Celetuk Latifa pelan tapi tetap bisa didengar orang-orang didepannya.
Wina tak mau menjawab lagi ucapan mertuanya karena itu hanya akan memperkeruh keadaan. Ammar tampak mengelus punggung tangan istrinya, menenangkan Wina.
Mereka pun melanjutkan acara makan malam yang sempat tertunda karena obrolan yang sebenarnya kurang enak dibahas dimeja makan.
*****
Sesampainya dikamar, Wina ingin segera mendapatkan jawaban dari Ammar atas keputusannya. Sementara Ammar tampak belum mau memikirkannya.
"Kamu tau kan mas, aku nggak punya banyak waktu untuk menunggu jawaban kamu. Jikalau waktuku tidak sempat mendengar jawaban kamu. Ku harap kamu tetap mau mengabulkan keinginanku. dan kamu sendiri yang akan mengatakannya pada Kinan!" ucap Wina pada Ammar.
Mendengar pernyataan istrinya, Ammar ingin menolak dan kalau bisa Ammar mau marah dengan ucapan istrinya itu.
Ucapan Wina seolah-olah dia akan segera pergi meninggalkan Ammar dan anak-ankanya. Ammar menjadi bimbang dan mendadak pikirannya menjadi kacau. Rasanya, ia tidak bisa tidur nyenyak malam ini.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Renesme Kiky
nyimak dulu ya thor
2023-01-01
1
..
baru nyimak langsung dikasih mertua jahat 😑. ok lah lanjut
2022-10-04
1
Fitria Lilis
dpt rekomen dr fb lnjut kesini..mg2 mngandung bawang lg pgn yg meloy
2022-05-14
1