Malam sudah semakin larut, tapi tidak ada tanda-tanda seorang Ammar akan pulang malam ini. Kinan mulai gelisah didalam kamar karena meskipun ia belum menjadi istri yang seutuhnya untuk Ammar, tapi ia merasa khawatir karena Ammar yang belum juga pulang.
Kinan mondar-mandir didalam kamar. Ia memikirkan kemana kiranya suaminya itu.
...Ceklek......
Pintu kamar dibuka dari luar menampilkan sosok yang Kinan tunggu kepulangannya.
"Mas?" Ucap Kinan.
"Kinan? Kamu sedang apa?" Tanya Ammar heran melihat Kinan yang berdiri ditengah-tengah kamar.
"Aku menunggu mas pulang, aku hanya khawatir karena ini sudah larut!" Jawab Kinan jujur.
Ammar melangkah masuk sembari Kinan mengambil tas kerjanya.
"Kalau sudah larut begini, kamu tidak usah menungguku. Kamu tidur saja!"
"Tidak apa, mas. Mas sudah makan? Atau mau aku buatkan teh?"
"Aku sudah makan tadi. Aku mau mandi saja!" Jawab Ammar.
"Sebentar ya mas, aku siapkan air hangat dulu untuk mas mandi!" Kinan sedikit berlari menuju kamar mandi.
Ammar membuka sepatu dan dasinya. Ia terlihat lelah dan sangat mengantuk.
Tak berapa lama Kinan sudah kembali.
"Air hangatnya sudah siap mas, silahkan mas mandi!" Ucap Kinan tersenyum tulus.
"Terimakasih ya, Kinan"
Kinan mengangguk.
Ammar memutuskan beranjak untuk menuju kamar mandi. Tapi ia berhenti sejenak.
"Oh iya, Kinan! Aku besok harus berangkat ke Surabaya. Ada urusan kerjaan disana. Kamu tidak apa-apa kan?"
"Tidak apa-apa mas, ada yang bisa ku bantu untuk menyiapkan keberangkatanmu?" Tanya Kinan.
"Kamu siapkan saja beberapa setelan kerja kedalam koperku. Semua sudah ada di situ!" Ucap Ammar menunjuk Walk In Closet.
"Baik mas. Kira-kira berapa lama mas pergi?"
"Sekitar 3 hari. Kamu siapkan seperlunya saja ya. Tidak usah berlebihan!"
"Iya mas" jawab Kinan patuh.
Ammar pun memutuskan untuk mandi. Dan Kinan memutuskan untuk masuk ke Walk In Closet, menyiapkan keperluan untuk Ammar pergi ke Surabaya besok.
Ammar sudah siap mandi dan langsung masuk ke ruang gantinya, ia mendapati Kinan yang sibuk dengan tugasnya menyusun baju-baju Ammar kedalam Koper.
Ketika melihat Ammar masuk dalam keadaan masih terlilit handuk seperti kemarin, Kinan kembali merasa Kikuk dan mendadak ia membuang pandangannya.
Ammar yang melihat tingkah Kinan melengkungkan bibirnya membentuk senyuman.
"Kalau kamu belum siap dengan baju-baju itu, biar aku berganti pakaian dikamar mandi saja!" Ucap Ammar seraya mengambil pakaian gantinya untuk dibawa ke kamar mandi.
Kinan terpana dengan ucapan Ammar. Ternyata Ammar amat mengerti posisinya dan kecanggungannya.
Seperginya Ammar, Kinan melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi sampai selesai.
Ketika Kinan keluar dari ruang ganti itu, Kinan sudah melihat Ammar yang berbaring dengan posisi satu lengannya menutupi wajahnya.
Kinan merasa sepertinya Ammar sudah ingin tidur. Kinan berusaha bersikap cuek dengan apa yang dilihatnya. Ia berjalan menuju ranjang dan ikut membaringkan tubuhnya disamping Ammar.
Kinan mencoba menutup matanya sampai suara Ammar yang berada disampingnya terasa mengejutkannya.
"Tidurlah yang nyenyak, jangan mandi lagi sebelum subuh!" Kata Ammar.
"I-iya mas" jawab Kinan.
Kinan menutup matanya lagi. Tapi tiba-tiba ia dikejutkan lagi dengan kecupan hangat yang terasa di keningnya. Refleks ia membuka matanya, mendapati wajah Ammar berada sangat dekat dengan wajahnya.
"Mas, aku--"
"Aku sedang berusaha untuk mencintaimu!" Ucap Ammar.
Kinan mengangguk diposisi wajahnya yang berada dibawah wajah Ammar.
"Berusahalah untuk menerima dan mencintai aku juga!" Tambah Ammar lagi dengan begitu lembut.
"Aku akan berusaha mas!" Jawab Kinan.
Kinan beberapa kali berkedip-kedip berusaha menyadarkan diri dan mengendalikan rasa nervous-nya.
Perlahan-lahan wajah Ammar semakin mendekat dan tiba-tiba Ammar mendaratkan bibirnya sekilas di bibir tipis Kinan. Lalu ia kembali keposisinya untuk tidur.
Kinan memelototkan matanya atas apa yang baru saja terjadi. Itu sangat singkat, sehingga ketika Kinan baru menyadari itu adalah sebuah ciuman dari bibir Ammar, ternyata Ammar sudah kembali berbaring diposisinya semula dan sudah terpejam.
Kinan mencoba merilekskan perasaannya yang kini malah semakin semraut akibat ulah Ammar. Ini adalah ciuman pertama Kinan. Kinan semakin gelisah malam ini lebih parah daripada malam sebelumnya.
"Tidurlah! Besok aku akan berangkat pagi-pagi sekali!" Ucap Ammar masih dengan posisi mata yang tertutup.
Kinan pun menurut sembari memejamkan matanya, ia lalu benar-benar tertidur dengan lelap karena pikirannya seperti kosong setelah ucapan Ammar yang terakhir kali.
*****
Ammar baru saja berangkat ke Surabaya pagi tadi. Keadaan rumah sangat lengang.
Anak-anak sudah berangkat sekolah. Kinan pun seperti biasanya mengerjakan pekerjaan rumah. Latifa sedang duduk santai di halaman belakang sambil menyeruput teh kesukaannya.
"Kinan!" Jerit Latifa pada Kinan.
Kinan pun menghampirinya dengan setengah berlari.
"Ada apa Nyonya?" Tanya Kinan.
"Kau buatkan kue ya, hari ini Shirly berjanji akan berkunjung kesini!"
"Baik, Nyonya!"
Latifa yang melihat Kinan tanpa perlawanan mulai malas menyuruh-nyuruhnya. Ia ingin Kinan ada perlawanan, agar ia bisa dengan mudah menyingkirkan Kinan. Ia mulai mencari-cari ide untuk mengerjai Kinan dengan cara yang lain.
"Oh iya, kamu tau Shirly itu dulunya kawan akrab Ammar loh!" Kata Latifa memancing-mancing Kinan untuk bertanya.
Kinan hanya menunduk. Latifa mendengus melihat wanita didepannya ini tidak memberi respon.
"Kalau dulu Ammar tidak bertemu Wina, ku pikir Ammar pasti akan melamar Shirly. Mereka begitu dekat dan tahu satu sama lain." Latifa menjeda ucapannya.
"Bahkan setelah Ammar menikah dengan Wina, Wina pun tak bisa melarang Ammar untuk tetap berteman dengan Shirly, sangking dekatnya mereka. Wina tidak bisa berbuat apapun selain membiarkan!" Tambahnya lagi.
"Iya Nyonya, berarti mereka bersahabat!" Jawab Kinan yang berpikir positif.
Mendengar jawaban Kinan malah membuat Latifa tersulut emosi. Mau memanas-manasi Kinan malah ia sendiri yang panas melihat kepolosan Kinan.
"Kau harus tahu diri Kinan! Dengan adanya Shirly disini, aku berharap kelak posisimu sebagai istri Ammar akan digantikan oleh Shirly!" Cetus Latifa tak mau berbasa-basi lagi.
"Nyonya, sebaiknya anda urungkan harapan anda itu. Karena hubungan saya dengan mas Ammar sudah jauh lebih baik sekarang." Jawab Kinan tegas.
Jawaban Kinan yang seperti itu, membuat Latifa merasa tertantang. Sedari tadi ia memancing kemarahan Kinan, kini akhirnya tujuannya tercapai yaitu memanas-manasi Kinan.
Ia tersenyum kecut sebagai respon untuk kata-kata Kinan tadi.
"Saya permisi, Nyonya!"
Kinan pun pergi dari hadapan Latifa.
Latifa mendengus melihat Kinan yang dianggapnya sangat sombong.
"Kau boleh sok sekarang, tapi kau akan merasakan akibat dari keputusanmu karena telah nekat menikah dengan Ammar!" Batin Latifa.
*****
Sore menjelang, Shirly sudah dengan santainya memakan kue yang dibuat oleh Kinan. Kue yang sengaja dibuat untuknya atas perintah Latifa.
"Eh kamu! Siapa namamu? Aku lupa!" Kata Shirly menunjuk wajah Kinan.
"Saya Kinan, mbak"
"Oh iya, Kinan. Aku mau tanya dong!"
"Tanya apa ya mbak?"
"Kamu kenapa mau menikah sama Ammar? Kamu kan masih muda. Kamu bisa cari yang lain! Atau kamu mau hartanya Ammar ya? Ck! anak muda zaman sekarang milihnya mau yang langsung mapan aja!"
"Bukan begitu mbak. Saya--" ucapan Kinan terpotong karena Latifa langsung menjawab ucapan Shirly.
"Ya gitu lah, Shir. Anak zaman sekarang banyak yang merusak rumah tangga orang. Si Kinan ini salah satunya, dia memanfaatkan Wina yang sedang sakit untuk membujuk Ammar agar mau menikahinya!" Cetus Latifa.
"Nyonya, saya tidak pern-" ucapan Kinan kembali dipotong oleh Shirly.
"Apakah benar begitu, Tante? Ya Ampun, aku saja tidak pernah berfikir memanfaatkan Wina seperti itu. Memang ya anak zaman sekarang ilmu nya mengerikan. Pandai memanfaatkan keadaan!" Jawab Shirly.
"Iya, Ammar saja yang bodoh mau menuruti keinginan Wina yang aneh. Padahal Ammar itu tampan dan kaya. Ammar juga bisa mencari istri yang lain tanpa harus dipilihkan oleh Wina!" Ketus Latifa.
Kinan menggeram dengan ulah dua orang didepannya ini. Ia seperti dipermainkan, bahkan ia tak diberi kesempatan untuk menjawab. Mereka berbalas-balasan untuk membuat Kinan terlihat bodoh.
"Ya Tuhan kas--" Shirly tampak mau menjawab lagi ucapan Latifa. Tapi kali ini, ucapannya lah yang langsung dipotong oleh Kinan.
"Apa kalian sudah selesai menghinaku? Kalau mau menghinaku silahkan saja! Tapi, sudah berapa kali ku bilang, jangan bawa-bawa mbak Wina! Beliau sudah tenang jadi tidak usah diusik-usik untuk pembenaran kalian!" Ucap Kinan dengan sangat marah.
Kinan memutuskan beranjak, tapi sebelum benar-benar pergi ia kembali bersuara.
"Jika kalian menganggapku mengambil kesempatan untuk menikah dengan mas Ammar. Ya, aku memang mengambil kesempatan itu, agar mas Ammar tidak semakin dikelilingi oleh orang-orang licik!" Sindir Kinan dengan sangat tegas lalu pergi meninggalkan dua orang yang terperangah dengan kata-kata dari mulut Kinan.
Mendengar itu, Latifa menjerit-jerit memanggil Kinan.
"Hey! Benalu tidak tau diri! Aku belum selesai bicara!"
"Dasar kau benalu!" Sambungnya lagi.
Latifa menatap Shirly yang tersenyum sarkas.
"Aku tidak terima dia mengatai ku begitu, tante. Dia harus mendapatkan ganjaran atas ucapannya!" Kata Shirly.
"Aku juga semakin membenci benalu itu. Sekarang semakin pandai dia berbicara! Besok-besok jika Ammar sudah menyukai nya bisa-bisa dia sok jadi Nyonya dirumah ini!" Ucap Latifa.
"Kita harus menyusun rencana untuk menyingkirkan dia, tante!"
"Bagaimana bisa? Ammar sekarang terlihat mulai membelanya dan melindunginya!"
"Makanya kita harus bergerak cepat, sebelum mas Ammar pulang kerumah ini!"
"Baiklah, apa yang akan kita lakukan?"
"Aku punya rencana tante, kita buang saja dia!"
"Maksudmu? Diusir begitu? Dia tidak mungkin mau pergi!"
"Bukan tante, tapi di-bu-ang!!" Kata Shirly sembari mengeja kata-katanya dan tersenyum sinis.
*****
Suasana di pagi ini amat menyegarkan, Kinan sedang berlari pagi ditaman dekat kompleks perumahan rumah Ammar.
Perumahan ini diisi dengan rumah-rumah yang cukup besar dan mewah. Hampir semua rumahnya memiliki basement yang luas serta taman kecil didepannya.
Kinan awalnya berlari pagi disekitar halaman rumah, tapi ia memutuskan keluar pekarangan dan menuju taman kompleks.
Beberapa kali Kinan berhenti berlari untuk menghirup oksigen yang akan masuk kedalam paru-parunya. Kadang ia tersengal-sengal sangking cepatnya ia berlari.
Setelah dirasa cukup, Kinan memutuskan kembali kerumah.
Tiba dirumah, ia sudah melihat wanita yang menyebalkan sudah berada disana. Wanita itu adalah Shirly.
"Si dedemit udah disini aja! masih pagi juga!" batin Kinan.
Kinan berusaha mengacuhkannya. Melewatinya begitu saja dan melangkah menuju kamar tanpa menyapanya sedikitpun. Kinan memang polos tapi ia bisa membedakan orang yang suka atau tidak menyukainya.
Dan ketika tahu bahwa orang itu tidak menyukainya, Kinan pun tidak bisa bersikap manis untuk menutup-nutupi rasa ketidak-sukaannya.
Begitupun dengan Latifa, Kinan tahu Latifa tidak menyukainya. Kadang Kinan menahan diri untuk melawan dan menjawab kata-kata Latifa yang amat pedas, semua itu karena ia menghargai Ammar.
Tapi tak jarang juga Kinan sering menjawab dan melawannya. Itu juga yang menyebabkan wanita tua itu tidak suka terhadap Kinan. Apalagi semenjak Kinan menjadi menantunya. Kinan tahu Latifa semakin membencinya.
"Buatkan aku minum!" Pinta Shirly yang melihat Kinan baru masuk dan langsung ingin beranjak ke kamar.
"Buat saja sendiri, kamu bukan tamuku dan aku bukan pembantumu!" Jawab Kinan ketus.
Kinan tak bisa lagi berpura-pura tidak tahu. Ia jelas-jelas tahu wanita didepannya ini wanita ular semenjak percakapan kemarin sore.
"Cih! Jangan berlagak Nyonya kamu!" Jawab Shirly.
Keadaan rumah sepi tanpa Latifa, anak-anak sepertinya sudah berangkat sekolah tanpa menunggu kehadiran Kinan.
Shirly pun tampak dengan berani mengata-ngatai Kinan karena Shirly tahu bahwa Latifa akan mendukungnya.
Melihat Shirly sendiri tanpa adanya Latifa membuat nyali seorang Kinan berani untuk melawannya.
"Memang kenyataannya aku Nyonya dirumah ini!" Jawab Kinan tak kalah ketus.
"Berani sekali kau! Kalau tante Latifa mendengar ini, aku yakin kau tidak akan berada disini lebih lama lagi!"
"Lalu aku harus menjawab apa? mengatakan kalau kau yang akan jadi Nyonya dirumah ini? Mimpi kamu!"
"Tak ku sangka ternyata kau pandai sekali menjawab. Tidak sesuai dengan penampilanmu yang sepertinya wanita baik-baik!"
"Aku memang wanita baik-baik seperti penampilanku! Kamu yang berkaca! Tingkah dan penampilanmu apa sudah menunjukkan kau wanita baik-baik?" Ujar Kinan sembari matanya memandangi Shirly dari ujung kepala sampai kaki.
"Berani nya kau mengatai aku!" Shirly mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya memerah menahan amarah.
Kinan terlihat santai dan melanjutkan langkahnya menuju kamar.
"Akan ku pastikan kau yang akan kehilangan predikat sebagai wanita baik-baik didepan Ammar!" Ancam Shirly dalam hati.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
???
yo jangan mau kalah Kinan, hadapi si uler keket tuh
2022-10-04
0
meimei
hmmmm...ayo Kinan....lawan saja si Mak lampir...😄😄😄😄
2021-12-02
2
VANESHA ANDRIANI
di jebak nih pasti
2021-11-11
2