Tepat sebulan sudah Kinan menyandang status sebagai istri Ammar. Ammar tetap dengan kesehariannya yang sibuk tanpa pernah melirik Kinan.
Kinan sejatinya adalah perempuan yang cantik. Usianya yang muda memang tampak seperti adik buat Ammar. Parasnya ayu layaknya seorang gadis desa. Wajah cantik alami khas wanita indonesia dengan kulit kuning langsatnya.
Kinan yang terbiasa tanpa polesan make-up, sudah menampilkan wajah natural nya yang cantik. Tubuhnya mungil tidak terlalu tinggi dengan postur tubuh ideal yang tidak terlalu kurus, rambutnya hitam sedikit bergelombang. Penampilan Kinan terkesan tertutup sebagai tanda ia memang gadis yang menutup diri untuk diperhatikan lebih oleh orang lain. Apalagi dari lawan jenis.
Tapi, entah kenapa Ammar yang sekarang adalah suami sah nya. Justru tidak pernah melihat kecantikan dari diri Kinan. Mungkin rasa cintanya terhadap Wina terlalu besar, atau ia hanya menahan diri untuk tetap menganggap Kinan sebagai adik.
Meskipun itu salah, karena status mereka yang sudah suami-istri sekarang, tapi Kinan memaklumi itu karena ia pun begitu canggung jika menatap Ammar yang sudah bertahun-tahun dianggapnya sebagai kakak lelakinya.
"Kinan, mulai sekarang pindahlah ke kamarku. Bawa semua barang-barang pribadimu untuk pindah!" Ucap Ammar pelan disela-sela kesibukannya mengetik di Laptopnya.
Kinan yang sedang mengelap meja ruang keluarga itu pun menghentikan sejenak kegiatannya demi mencerna ucapan Ammar.
"Baiklah, mas" jawabnya setelah hening beberapa saat.
Ammar pun melanjutkan lagi kegiatannya, begitupun dengan Kinan.
Selesai dengan semua pekerjaannya dirumah, Kinan berbenah untuk membawa barang-barang pribadinya pindah menuju kamar Ammar.
*****
Malam harinya, Kinan memasuki kamar yang biasanya ada Wina terbaring didalamnya, dan biasanya Kinan kesini hanya untuk memberi Wina makan dan memberinya obat. Tapi lain halnya dengan sekarang, Kinan memasuki kamar ini sebagai istri dari seorang Ammar Sadin.
Ketika Kinan masuk, Kinan melihat Ammar yang baru saja selesai mandi dan masih menggunakan handuk. Ammar tampak canggung, ia tak menyangka Kinan akan masuk dikala seperti ini. Kinan pun tak kalah gugupnya. Ia bingung mau berbuat apa.
"Letakkan baju-bajumu didalam lemari itu, Kinan!" Dan susun barang-barangmu disana!" Ucap Ammar lembut mencoba mencairkan kecanggungan mereka. Ammar menunjuk sebuah lemari lima pintu disisi kamar.
"Barang-barang Wina masih ada sedikit yang tertinggal disini. Aku sengaja, mungkin saja bisa kau gunakan!"
"Jika barangmu terlalu banyak, masukkanlah kedalam ruangan itu!" tambah Ammar sembari menunjuk ruangan yang sepertinya adalah walk in closet.
Sebenarnya Ammar adalah lelaki yang baik, tak salah Wina sangat mencintai dan menghormati Ammar. Kinan pun mengakui itu, hanya saja pernikahan Kinan dan Ammar yang terjadi karena bukan atas dasar cinta, Kinan jadi merasa risih berada didekat Ammar.
Ammar juga berpenampilan menarik. Wajahnya tampan diusianya yang matang. Ia selalu bersih dan terkesan begitu menjaga penampilan. Tubuhnya atletis tanda ia rajin berolahraga. Ammar mempunyai wajah baby face sehingga ia tampak jauh lebih muda daripada usianya yang sesungguhnya.
Berulangkali Kinan meyakinkan dirinya sendiri dan menepis rasa tidak enak dihatinya karena lagi-lagi ia menyadari bahwa kini mereka telah menikah.
Kinan menuju lemari dan menyusun barang-barangnya. Ia juga meletakkan bedak dan pernak-pernik nya ke atas meja rias. Ia tidak berniat membuang barang-barang yang diketahuinya adalah milik Wina. Ia mencoba memahami bahwa posisinya memang menggantikan Wina sebagai istri Ammar bukan untuk menghilangkan jejak Wina dihati dan didalam kamar Ammar ini.
Ammar masuk kedalam ruangan walk in closet yang ada disudut kamar. Tak berapa lama ia sudah keluar dengan setelan kaos hitam polos dan celana kain pendek khas rumahan.
Kinan membuang pandangannya melihat penampilan Ammar, karena ia belum pernah melihat Ammar dengan setelan seperti itu. Biasanya Ammar akan berpenampilan sopan dengan bercelana panjang meski didalam rumah.
Kinan gugup setengah mati ketika Ammar mendekatinya di meja Rias. Ammar duduk diatas ranjang disamping meja rias itu. memperhatikan ulah Kinan.
Kinan mencoba diam dan melanjutkan aktifitasnya menyusun barang-barangnya diatas meja rias.
"Jika sudah selesai, duduklah!" Kata Ammar menepuk-nepuk kasur disamping ia duduk.
Ammar tahu Kinan kini sudah selesai dengan aktifitasnya, dan ia melihat Kinan diam saja tanpa menoleh kearahnya.
Kinan enggan beranjak dari posisinya di depan meja rias. Ia terlalu canggung melihat Ammar dan ia juga tak pernah melihat Ammar dari jarak sedekat ini.
Menurut Kinan, dengan ia duduk didepan meja rias ini dan Ammar di ranjang saja itu sudah sangat dekat. Apalagi jika ia harus berpindah untuk duduk disamping Ammar.
Ammar melihat kecanggungan dimata Kinan.
"Tak apa Kinan, aku suamimu sekarang!" Ucap Ammar menatap Kinan.
"Apa mas Ammar terbiasa mandi malam-malam begini?" Tanya Kinan polos pada Ammar, mencairkan suasana hatinya yang gugup.
Ammar tersenyum kecil, melihat tingkah Kinan yang bukannya berpindah kesampingnya malah bertanya hal-hal tidak penting.
"Kadang-kadang aku memang mandi ditengah malam" jawab Ammar sambil tetap tersenyum melihat tingkah kikuk Kinan yang malah menunduk malu.
"Apa kau mau tidur di kursi itu? Ini sudah malam, istirahatlah!" Kata Ammar menyindir Kinan tapi senyumnya tak berkurang.
Kinan pun beranjak dari posisinya tapi sekarang ia bingung. Apa ia harus tidur disamping Ammar? Apa tindakannya akan membuat Ammar marah? Kinan memutar kearah samping Ammar, tapi ia hanya mengambil bantal, lalu ia menaruh bantal itu keatas sofa yang juga ada dikamar itu dan ia memutuskan ingin tidur disofa saja.
Pemandangan itu tak luput dari mata Ammar yang sudah berbaring. Ammar menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menahan tawanya melihat tingkah Kinan.
Ammar pun bangkit dan duduk.
"Tidurlah di ranjang. Sofa itu bukan untuk ditiduri!" Kata Ammar mengagetkan Kinan yang baru saja mau membaringkan diri.
"A-aku, aku disini saja mas!" Jawab Kinan yang mencoba-coba memandang arah lain tak ingin menatap wajah Ammar.
"Apa kau lupa aku ini suamimu? Kau harus membiasakan diri. Aku bukan meminta hak ku sebagai suamimu malam ini. Setidaknya biarlah aku menjalani kewajibanku sebagai suamimu dengan memberimu tempat istirahat yang layak!"
Perkataan Ammar tak bisa dibantah lagi oleh Kinan. Perlahan Kinan bangkit dan membawa bantalnya untuk tidur disamping Ammar malam ini. Benar yang Ammar katakan bahwa ia memang harus membiasakan diri mulai sekarang.
Ammar sudah memejamkan matanya untuk tidur. Dan Kinan pun memposisikan dirinya untuk tidur, tapi tetap saja ia tidak bisa terlelap.
"Kenapa kau Kinan? Bukankah ini yang kau mau, dianggap sebagai istri! Bukankah kemarin kau marah ketika Nyonya Latifa mengatakan bahwa Ammar tak pernah melirikmu. Lalu kenapa sekarang kau yang salah tingkah dan ingin menolak suami yang sudah menyambutmu!" Batin kinan berkata-kata.
******
Pagi terasa lama sekali untuk datang, Kinan yang sedari malam sulit untuk tidur disamping Ammar, memutuskan untuk bangun lebih awal karena pagi yang ditunggu-tunggu nya belum kunjung hadir.
Kinan masuk kedalam kamar mandi disisi Kamar, ia memutuskan Mandi walau jam masih menunjukkan pukul 03:45 pagi.
Selesai dengan mandinya, Kinan memakai baju gantinya yang sudah ia siapkan sebelum masuk ke kamar mandi tadi.
Kinan berjalan pelan menuju ruang utama kamar yang terdapat ranjang King size itu. Ia ingin menyisir rambutnya yang basah didepan meja rias.
Tapi, langkah Kinan terhenti karena ia mendapati sosok Ammar yang berdiri tepat di depannya.
"Kamu mau ke kamar mandi mas?" Tanya Kinan berbasa-basi.
Ammar mengangguk dan melewati Kinan begitu saja, ia lalu masuk kedalam kamar mandi.
Kinan menuju meja rias dan membuka handuk yang menggulung rambut dikepalanya. Perlahan-lahan ia menyisir rambutnya.
"Kamu mandi di jam segini?" Tanya Ammar yang mengejutkan Kinan.
Kinan bangkit karena terkejut. Ia menoleh ke arah Ammar sedang berdiri.
"Iya mas, aku--"
"Kamu nggak bisa tidur?"
"I-iya mas"
Ammar mendekati Kinan yang berdiri menyudut ke dinding. Indera penciuman Ammar menangkap Aroma shampo yang keluar dari rambut Kinan. Semerbak dan menghanyutkan.
"Kinan, apakah--apakah aku bisa meminta hak ku sebagai suamimu sekarang?" Tanya Ammar yang kini gugup kepada Kinan.
deg!
Kinan terkejut atas permintaan suaminya itu. Ia membuang pandangannya ketika tiba-tiba Ammar sudah ada didepannya dan mengelus pipinya dengan lembut.
"Mmm mas, mas maafkan aku mas! Aku lagi berhalangan!" Ucap Kinan lembut diselingi tatapan segan terhadap Ammar.
Ammar mengangguk dan mundur dari sisi Kinan.
"Tak apa, berapa lama aku harus menunggu?" Tanyanya lagi.
"Mung-mungkin tiga atau empat hari lagi, Mas" jawab Kinan makin gugup.
"Baiklah." Kata Ammar seraya ia pun melanjutkan tidurnya yang tertunda.
Kinan yang masih berdiri pun menghembuskan nafas lega. Ia belum siap melakukan hal semacam itu. Bersyukur keadaannya yang memang sedang berhalangan, telah menolongnya kali ini.
"Tapi akupun tidak mungkin menghindar lagi apabila mas Ammar meminta disaat yang tepat. Bagaimanapun aku ini seorang istri" gumam Kinan didalam hati.
💠💠💠💠💠
Meja makan pagi ini seperti biasanya, terlihat sudah dipenuhi dengan lauk-pauk untuk sarapan. Ada roti dan nasi goreng. Minumannya juga sudah tersedia, ada susu, jus buah dan air putih.
"Kamu mau minum susu atau jus mas?" Tanya Kinan pada Ammar.
"Apa bisa aku minta kopi? Aku sepertinya sangat mengantuk!" Kata Ammar.
"Baiklah, aku buatkan dulu ya, mas!" Jawab Kinan seraya pergi menuju dapur.
Latifa melirik anaknya dan Kinan yang sudah berlalu.
"Apa terjadi sesuatu tadi malam sampai kau mengantuk seperti itu?" Sindir Latifa pada Ammar.
Ammar tersenyum sarkas.
"Ma, itu urusan rumah tanggaku." Kata Ammar pelan menjawab sindiran mamanya.
"Apa kau mulai menganggapnya sebagai istrimu?"
"Kenyataannya memang dia istriku sekarang ma!"
"Ck! Istri yang tidak diinginkan!" Ketus Latifa.
Ammar menggelengkan kepalanya pelan mendengar jawaban mamanya.
"Ma, mulai sekarang hargailah istriku! Dan jangan bersikap begitu didepan anak-anak!" Kata Ammar lagi masih dengan nada halus.
Latifa hanya mendengus mendengar pernyataan anaknya. Ia tidak rela sekarang Ammar sudah mulai membela Kinan.
Tak lama Kinan datang menghidangkan kopi ke hadapan Ammar.
"Ini kopinya mas. Awas masih panas!" Kata Kinan pada Ammar.
Pemandangan itu yang amat panas dimata Latifa. Ia benar-benar makin tak terima bahwa Kinan sudah sok menjadi istri yang baik. Dan parahnya, Ammar sepertinya sudah menganggap Kinan.
Ammar menyeruput kopinya.
"Ini enak. Terimakasih ya!" Ucap Ammar sembari menepuk-nepuk punggung tangan Kinan. Kinan pun tersenyum.
"Ammar, Shirly kemarin kesini loh!" Kata Latifa mengalihkan perhatian Ammar dari kopi yang dibuat Kinan.
"Shirly? Ngapain dia kesini, ma? Bukannya dia sekarang tinggal di Bali?"
"Iya, dia baru tiba disini. Dia mendengar Wina sudah tiada. dia datang untuk mengucapkan belasungkawa dan rasa duka cita!" Jawab Latifa.
"Oh" kata Ammar cuek.
"Apa kamu tidak mau menemuinya Ammar?" Tanya Latifa lagi.
"Aku sibuk, ma. Pekerjaanku banyak terbengkalai ketika aku tidak masuk kerja."
"Ya sudah, nanti mama suruh Shirly kesini saja ya menemui kamu!"
"Ya terserah mama saja." ucap Ammar lagi.
Mereka melanjutkan sarapan dengan tenang tanpa pembicaraan lagi. Lesya tampak diam tanpa kata sedari kehadirannya. Hanya suara Shaka yang terdengar ketika meminta Kinan untuk menyuapinya makan dengan tinggah polosnya.
"Lesya, Shaka ayo berangkat!" Suara Ammar setelah semua siap sarapan, mengajak anak-anaknya berangkat bersama.
Lesya sekarang sudah kelas 4 Sekolah Dasar. Sedangkan Shaka, TK di sekolah yang sama dengan kakaknya.
Lesya dan Shaka pun mengikuti langkah papa nya. Tapi tiba-tiba Ammar berhenti melangkah, dan berbalik badan.
"Ada apa mas? Ada yang ketinggalan?" Tanya Kinan.
Kinan menghampiri Ammar.
"Kenapa Pa?" Tanya Lesya juga.
"Lesya, Shaka, salim sama tante Kinan ya!" Ucap Ammar lembut pada anak-anaknya.
"Tapi pa?" Protes Lesya.
Shaka langsung menyalami dan mencium punggung tangan Kinan.
"Liat tuh, adek kamu aja bisa!" Kata Ammar lagi berkata pada Lesya.
Lesya dengan wajah cemberut dan sedikit terpaksa mengikuti Shaka menyalami Kinan. Lalu Lesya berjalan pergi dengan sedikit menghentak kakinya menunjukkan rasa tidak sukanya.
"Aku berangkat kerja dulu ya!" Ucap Ammar pada Kinan.
"Iya mas" Jawab Kinan sambil tersenyum.
Ammar mau beranjak tapi Kinan mencegahnya.
"Mas?"
"Iya?" Jawab Ammar sedikit menoleh.
Kinan menarik pergelangan tangan Ammar dan ia pun menyalami tangan Ammar dengan takzim.
"Hati-hati dijalan ya mas!" Ucap Kinan.
Ammar tersenyum melihat istrinya kini sudah mau membuka diri. Ia menatap Kinan dan Ia mengusak rambut dipucuk kepala Kinan.
"Iya" jawab Ammar tanpa melepaskan tatapan matanya dari mata Kinan. Lalu Ammar pun berangkat meninggalkan kediamannya.
.
.
.
Bersambung...
Hallo! dukung karya aku ya. dengan cara Vote, Like, dan tinggalkan komentar kalian.
jangan lupa bintangnya juga dikasih ya.
trus baca juga karya pertama aku
"CINTA DIATAS HATI" dan dukung dengan cara yang sama ya.
terimakasih all❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
???
ya kalo bukan karena permintaan Wina Kinan jg gk mau kali nikah sm Ammar apesnya lg punya mertua kaya Latipe😒
2022-10-04
1
Naufal Kia
buka mata hati mertuanya 🤭🤭 biar sadar thor
2021-11-28
2
Farida Wahyuni
bagus kaka, cuma ini mertua ngeselin amat ya, songongnya minta ampun.
2021-09-07
4