Rey dengan sangat terpaksa menyeret langkahnya menuju kediaman Ammar yang merupakan tempat tinggal Kinanty. Mau tidak mau ia harus menuntaskan rasa penasarannya tentang kehamilan Kinan yang baru ia ketahui beberapa jam lalu.
Rey awalnya ingin bertanggung jawab atas kondisi Kinan, dengan ikut membantu paling tidak perihal biaya untuk kesembuhan psikis Kinan akibat ulahnya meskipun ia tak mungkin dan tak berani mengakui perbuatan kotor apa yang telah ia lakukan pada Kinan.
Dengan sedikit bantuan, paling tidak Rey ingin rasa bersalahnya sedikit berkurang. Akan tetapi, mengingat kini kondisi Kinan sedang hamil, Rey bukan hanya ingin bertanggung jawab soal psikis Kinan. Entah kenapa jika benar Kinan mengandung anaknya, Rey juga ingin mem-per-tanggung-jawab-kan bayi yang Kinan kandung itu meskipun itu akan membuat Rey membuka jati diri dan perbuatan kotornya didepan suami Kinan sekalipun.
Untuk itulah kini Rey sudah berada didepan pagar tinggi didepan rumah Ammar. Untuk menjawab rasa penasarannya terhadap anak siapa yang ada dalam kandungan Kinan itu.
Rey keluar dari mobil Hummer H3 putih miliknya, ia menatap gerbang tinggi dihadapannya, yang tingginya menjulang hampir seperti dikediaman orangtuanya. Meski rumah orangtuanya itu sepertinya lebih besar.
Berhadapan dengan orang kaya adalah hal yang sebenarnya malas untuk Rey lakukan. Meskipun Rey terlahir dari orangtua kaya raya dan serba ada. Tapi Rey menganggap dirinya adalah orang tak punya, yang harus bekerja pada perusahaan Papanya untuk bisa punya uang dan hidup enak. Karena semua fasilitas yang Rey miliki semata-mata tidak gratis. Itulah yang ditanamkan sang Papa pada anak semata wayangnya itu.
Rey hendak menolak bekerja, tapi kehidupannya yang jadi taruhannya. Ia tidak punya Skill dibidang apapun, selain urak-urakan dan bersenang-senang.
Karena sang Papa sudah mendedikasikan anaknya untuk bekerja padanya suatu saat nanti, jadi Rey diajarkan ilmu berbisnis saja sedari kecil dan disekolahkan sekolah bisnis pula. Ya mungkin hanya berbisnis, skill yang bisa Rey banggakan. Tapi jika membuka bisnis sendiri tanpa bantuan Papanya adalah hal mustahil. Karena kembali lagi, bahwa Rey adalah orang yang tak punya.
Mengingat itu, batinnya jadi ciut untuk menekan bel rumah yang ada disudut pagar. Seketika pikirannya menolak, takut kalau-kalau ulahnya terbongkar dan akan didepak dari rumah mewah orangtuanya. Mau jadi apa dia nanti? pikirnya.
Namun, Rey sedikit berdesir dengan mengingat kehamilan Kinanty. Ada dorongan tersendiri yang membuatnya berani.
Rey menekan bel.
Sekali.
Dua kali.
Tepat Rey ingin menekan bel untuk yang ketiga kali, gerbang itu terbuka dari dalam. Menampilkan sosok wanita yang sudah agak berumur.
"Mau cari siapa Mas?" Tanya wanita itu.
Rey terdiam. Bisa-bisanya ia hanya punya keberanian yang secuil untuk datang kerumah Ammar tapi tak sekaligus punya alasan yang tepat untuk menemui Kinan.
"Emm, saya ingin bertemu Bapak...Ammar!" Ucap Rey berpikir cepat dan mengingat nama Ammar ketika sempat berkenalan dirumah sakit kemarin.
"Bapak sedang keluar, Mas!" Ucap wanita itu lagi.
"Boleh saya tau beliau kemana?" tanya Rey lagi.
"Mas nya siapa dan darimana? nanti bibik sampaikan saja sama Bapak kalau Bapak sudah pulang, biar bisa menghubungi Mas!"
Rey menggeleng.
"Apa bibik tau keadaan Kinanty?" Rey malas berbasa-basi. ingin tau yang ia ingin tau saja.
"Mbak Kinan...emmm sepertinya mbak Kinan tidak akan tinggal disini lagi, Mas!" Ucap Bi Minah ragu-ragu.
Bi Minah mendengar suara Latifa dari dalam memanggil namanya secara berulang-ulang.
"Maaf Mas, sepertinya saya harus kedalam!" Pamit Bi Minah.
Rey menahan tangan Bi Minah. Karena Rey tak mau usahanya datang kesini sia-sia. Ia akan menemukan jalan buntu tentang Kinan jika tak mendapat jawaban saat ini juga.
"Tunggu Bik, Kinan akan tinggal dimana?"
Bi Minah menghentikan langkah.
"Saya rasa Mas orang baik! saya percaya sama Mas, jika Mas mau membantu Mbak Kinan, tolonglah dia!" Bi Minah berucap sambil mengepalkan tangan didepan dadanya. Memohon.
"Saya, saya bukan orang baik, Bi. tapi saya akan menolong Kinan jika memang dia butuhkan!" Rey gugup dengan ucapan Bi Minah yang mengatakannya orang baik.
"Pagi tadi, Mbak Kinan sepertinya diantar Bapak dan Mbak Shirly ke RSJ Witra Husada, Mas!" Ucap Minah.
deg...!
Jantung Rey serasa mencelos. Tangannya yang tadi menggenggam pergelangan tangan Bi Minah seketika lemas dan berangsur kembali ketempatnya.
"Permisi Mas!" Ucap Bi Minah seraya menutup gerbang dan kembali menuju pintu rumah.
Rey membeku tak bergeming. Ia memang tak mengenal Kinan dengan dekat. Tapi lagi-lagi ia merasa semua yang terjadi pada Kinan adalah ulahnya. Awal mula Kinan sakit adalah karenanya.
Tangan Rey mengepal, mengingat dengan tega lelaki yang mengaku suami Kinan itu memasukkan istrinya sendiri kerumah sakit jiwa.
"Kenapa tak berobat ke Psikiater saja!" Batin Rey tak terima.
Rey ingin marah saat ini juga pada Ammar. Tapi Rey ingat, ia begitu naif jika harus marah pada Ammar hanya karena ini. Harusnya ia marah pada dirinya sendiri. Ia bahkan lebih parah daripada Ammar. Ia bahkan lebih tega dari pada Ammar.
"Brengs*k lo Reyland ! Diri lo udah sama kayak s*tan yang ada didalam tubuh lo!" Makinya pada dirinya sendiri sembari melayangkan tendangan berulang kali ke udara.
Entah kenapa ia merasa gusar dan semakin frustasi ketika tahu kini Kinan benar-benar menderita. Entah Kinan pernah mengutuknya atau tidak, tapi ia berharap memang penderitaannya yang tak seberapa ini memang adalah hasil kutukan Kinan terhadap dirinya yang biad*p.
Sebenarnya Rey bisa saja masa bodoh dengan semua hal yang dia lakukan, tapi entah kenapa lagi-lagi ia sendiri yang ingin tau, ikut campur dan masuk dalam kehidupan gadis yang telah ia hancurkan kehormatannya itu.
.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
???
makilah dirimu sendiri sepuasnya
2022-10-05
0
Tulip
emang dah setan shely cepat betul mengasut ammar. ntar nyesal lo mar
2022-02-02
1
Farida Wahyuni
kasi jalan utk rey dan kinan aja thor, kan ada anknya rey yg sedang di kandung kinan.
2021-09-07
1