Kemurkaan

"Tidak perlu, apa yang ku lihat sudah menjadi penjelasan yang akurat!"

"Kalau begitu, ceraikan aku saja mas!"

Mendengar pernyataan Kinan, Ammar mendengus. Wajahnya memerah menahan amarah. Lalu ia beranjak meninggalkan Kinan di kamar tanpa sepatah katapun lagi.

...Brakkkkk!!!...

Ammar menutup pintu kamar dengan kasar, meluapkan rasa marahnya disana.

Seusai kepergian Ammar, Kinan meratapi nasibnya yang sungguh ironis. Ia masih mengenakan baju basah dan tak bersemangat untuk menggantinya.

Kinan terduduk disudut ruangan. Ia menenggelamkan wajahnya dipangkuannya sendiri sambil terisak.

"Kenapa? Kenapa semua ini harus menimpaku? Bukankah hubunganku dengan mas Ammar baru saja akan dimulai?" Tanyanya lirih pada dirinya sendiri.

Kinan tak habis pikir dengan apa yang menimpanya, seolah semesta memang tak mengizinkannya untuk bahagia. Bahkan hubungannya dengan Ammar yang baru akan dibina dengan baik harus layu sebelum berkembang.

Kinan sadar, ia belum mencintai Ammar begitupun sebaliknya. Tapi mengapa melihat perlakuan Ammar yang tidak ingin mendengar penjelasannya lebih dulu itu membuatnya teramat sakit hati.

Bukankah seharusnya Ammar lah yang melindungi Kinan? Dan Ammar lah yang harusnya mencari brengs*k yang sudah merusak istrinya?

Lalu kenapa Ammar seakan melepaskan tanggung jawabnya? Tanpa mendengar sepatah katapun penjelasan dari mulut Kinan, Ammar hanya mencerna apa yang ada dipikirannya setelah apa yang ia lihat?

"Kenapa mas? Seharusnya kamu tahu bahwa yang kamu lihat belum tentu seperti yang kamu bayangkan?" lirih Kinan dalam hati.

Kinan tertunduk, tapi tiba-tiba ia merasa marah. Marah kepada dirinya sendiri. Kenapa ia bisa seceroboh ini hingga merusak harga dirinya sendiri.

Marah pada orang yang merenggut kesuciannya tanpa ia tahu siapa orang itu.

Merasa jijik dengan dirinya sendiri, merasa kotor dan tak berarti lagi.

Kecewa terhadap sikap Ammar yang harusnya tidak begitu. biasanya Ammar akan dengan dewasa menyikapi segala hal.

Setelah merasa muak dengan pikiran yang berkecamuk, tiba-tiba Kinan bangkit dari duduknya, ia mencari-cari sesuatu didalam laci nakas. Tapi, kak mendapatkan apa yang dicarinya.

Kinan beralih ke laci meja rias. Ia menemukan sekotak silet yang biasa digunakan Ammar untuk bercukur. Ia mengambil satu dan membukanya.

Entah kenapa lagi-lagi setan lah yang mendominasi pikiran dan hatinya.

Kinan memutuskan mengambil jalan terakhir yang sepertinya hanya itu yang muncul dibenaknya.

*******

Musik berdentum, suasana remang dan kilatan cahaya lampu yang berpendar berwarna-warni menyoroti orang-orang yang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing di dalam sebuah Club malam terbesar dikota itu.

Di sebuah ruangan VVIP dalam club itu, seperti biasanya nampak tiga sekawan yang sering menghabiskan waktu malam mereka dengan mabuk-mabukan.

"Gila lo, Nyuk! Jadi lo tidu*in cewek yang kemarin itu?"

Seseorang yang baru memberi pengakuan itu tampak mengangguk menjawab pertanyaan kawan sepen-dosa-nya.

"Astaga! Bukannya lo mau nolongin dia? Lo bilangin gue nggak bisa liat yang bening-bening, padahal lo juga nafsu kan sama tuh cewek!" Balas kawannya lagi dengan senyum mengejek.

Lelaki yang dimaksud hanya diam tanpa kata seolah memikirkan hal yang sudah terlewati.

"Woy lo nggak biasanya kayak gini? Ngapa lo jadi gini? Stress lo? Lo pake pengaman kan?"

Lelaki itu tampak menggeleng lemah.

"B*go lo! Trus kalo tuh cewek hamil anak lo gimana? Lo kenapa nggak antisipasi sih? Kayak anak kemaren sore aja!"

"Gue nggak tau semuanya bakal gini b*go! Lo tau gue mabuk! Nggak bisa ngendaliin diri juga! Niat awal gue emang mau nolongin tuh cewek!" akhirnya ia bersuara setelah dihakimi pertanyaan kawannya.

Mereka bertiga masih dengan aktifitasnya sambil merokok dan menghabiskan minuman yang sudah mereka pesan.

"Trus rencana lo selanjutnya apa?"

Ia menggeleng lemah lagi.

"Eh kunyuk! Yaudah lah biasa aja! Kayak nggak pernah tidur sama perempuan aja lo! Ngapa juga lo jadi galau gini!" Ujar kawan yang satunya yang sejak awal hanya diam menyimak.

"Bukan gitu masalahnya! Lo kan tau gue nggak pernah berurusan sama cewek baik-baik. Gue sadar kalo gue emang brengs*k! Jadi gue memang cuma jalin hubungan sesaat sama cewek yang sama bejadnya kayak gue!"

Kedua temannya menatapnya bingung.

"Maksudnya?"

"Maksudnya, cewek yang kemarin itu--" penjelasannya terputus.

"Tunggu, tunggu ! Jangan bilang cewek yang kemarin itu cewek baik-baik yang masih perawan dan lo yang udah ngerusak dia!"

Lelaki itu mengangguk lagi tanpa bantahan.

Mereka yang mendengar hanya bisa menggelengkan pelan kepalanya.

"Emang cocok lo digelar brengs*k! bahkan diri lo sendiri mengakui itu kan!" Temannya yang banyak diam menimpali sambil menepuk-nepuk pundaknya.

Lelaki itu menyugar rambutnya dengan kasar lalu mengacak-acaknya.

"Terus gue harus gimana? Gue bingung! Sejak awal gue cari identitasnya nggak ada. Gue mau cari dia kemana?"

"Ngapa juga lo mau cari dia? Yang ada lo bakal dituntut b*go! Secara nggak langsung lo itu namanya memperk*sa dia, kunyuk!"

Lelaki yang dihujami kata-kata oleh kedua kawannnya itu mengusap wajahnya berulang dengan tangannya sendiri.

"Arrkkkh!! Gue, gue merasa bersalah!" Ujarnya gusar.

Jawabannya itu mendapat tatapan bingung oleh kedua temannya, lalu mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal..

"Gila lo! Br*ngsek kayak lo merasa bersalah? Aduh sakit perut gue dengernya!"

"Hahaha lo beneran merasa bersalah atau lo beneran takut kalo dia hamil anak lo?" Timpal yang satunya lagi sambil terus tertawa.

"Nggak ada gunanya ya emang lo bedua! Percuma juga gue cerita panjang lebar, lo bedua nggak bisa ngasih solusi!" Lelaki itu menatap tajam kedua temannya yang masih sibuk dengan minumannya dan menertawainya.

Ia mengambil kunci mobilnya diatas meja lalu beranjak meninggalkan Club malam dengan rasa yang entah.

******

Kinan mengerjap-ngerjapkan matanya, penglihatannya buram tapi ia sadar warna putih kini lebih dominan dipenglihatannya. Perlahan-lahan mulai terang. Ia sadar bahwa ia sedang berada disebuah ruangan.

Ia melihat ada Minah yang tertidur disampingnya dan ada Ammar yang tertidur di sofa.

"Dimana ini?" Batinnya.

Ia menggerakkan pelan badannya, ingin menggeliat tapi sulit. Badannya sangat berat dan sakit di intinya masih sangat terasa. ia sedikit meringis menahan sakit.

Minah yang sadar ada pergerakan disampingnya pun bersuara setelah menatap Kinan.

"Mbak Kinan udah sadar?" Tanyanya.

"Saya ada dimana bi?" Balik bertanya dengan suara serak.

"Di-di rumah sakit mbak!"

Kinan terdiam dan mencerna jawaban Minah. Ia teringat perihal hal apa yang semalam ia perbuat. Ia melirik pergelangan tangannya yang diperban.

"Astaga! Apa yang sudah ku lakukan?" Batinnya lirih berkata-kata.

"Sebentar ya mbak, saya bangunkan bapak dulu!" Ujar Minah seraya bangkit dari posisi duduknya.

Kinan mengangguk dan melirik jam di dinding ruangan rawatnya itu. Pukul setengah dua dini hari.

Minah membangunkan Ammar yang tampak langsung terjaga dipanggilan pertama.

Ammar bangkit dari posisinya dan menghampiri Kinan di ranjang pasien.

"Syukurlah kamu sudah sadar. Maafkan sikapku!" Ujarnya.

Mendengar pernyataan Ammar, Kinan merasa sedikit lega karena sepertinya sudah tak banyak amarah dari wajahnya.

"Kinan, aku paham kau sudah menerima aku dalam hidupmu!" Ujar Ammar tanpa ada kemarahan dari nada suaranya.

"Aku juga paham kau belum mencintaiku, mungkin kau punya kekasih diluar sana dan kau belum mengakhiri hubunganmu dengannya karena pernikahan kita yang tiba-tiba" Ammar menjeda ucapannya seraya menghembuskan nafasnya dengan berat.

Kinan menatap bingung pernyataan Ammar.

"Aku tidak memaksakanmu! Tapi bisakah kau menghargai aku yang kini adalah suamimu? Jangan lagi bertemu dengannya dan akhirilah hubungan kalian! Lalu, jangan bertindak bodoh seperti ini lagi untuk menutupi hubunganmu dengannya yang tidak sehat itu! Aku akan berusaha menerima!" Lanjut Ammar lagi yang membuat Kinan tercengang dan seolah tak punya kata-kata untuk membalas pernyataan Ammar.

Ammar menyimpulkan sendiri apa yang telah dialami Kinan. Kinan menatapnya bingung sekaligus kecewa.

Bahkan Ammar tidak mendengar satu katapun dari mulut Kinan perihal kenapa Kinan melakukan hal bodoh ini. Ammar tidak meminta penjelasan kenapa Kinan sampai mau mengakhiri hidupnya.

Kinan menahan segala rasa berkecamuk dalam hatinya. Rasa amarah pada orang yang merusaknya dan kini rasa marah pada Ammar yang sama sekali tidak menanyai perihal apa yang telah Kinan lalui.

Kinan juga merasa kecewa dengan dirinya sendiri kenapa ia bertindak bodoh. Kinan merasa takut, malu, dan tidak berguna lagi.

Airmata Kinan sudah menggenang dipelupuk matanya, serasa ingin tumpah bagai air bah.

Setelah mengatakan hal itu, lagi-lagi Ammar meninggalkan Kinan yang tak berdaya. Ia tak bertanya bagaimana keadaan Kinan dan apa yang kini Kinan rasakan.

Kecewa. Lagi-lagi itulah pula yang ikut berkecamuk didalam dada Kinan melihat ulah Ammar ini.

Kenapa seolah Ammar tidak ingin tahu kenapa Kinan melakukan hal nekat? Kenapa Ammar menutup mata untuk hal ini? Kenapa malah Ammar menyimpulkan sendiri perihal Kinan melakukan ini hanya untuk menutupi kesalahannya yang seolah-olah telah menghianati Ammar.

Kinan terdiam menerima kenyataan yang ada. Bahwa, hidupnya yang sebatang kara didunia ini, kini terasa semakin sendiri.

Terlebih lagi, ia harus menjalani hidupnya yang sendiri itu dengan hati yang hancur dan tubuh yang sama hancurnya.

Mungkin dulu Kinan sebatang kara tanpa keluarga lagi seperginya Wina, satu-satunya sanak-saudara yang tertinggal.

Tapi dulu ia masih punya perasaan bahagia. Dan dulu ia punya semangat yang membara. Tapi sekarang? Ia benar-benar sendiri tanpa semangat dan merasa tidak berarti.

💠💠💠💠💠

Kinan menjalani perawatan dirumah sakit beberapa hari dan hanya ditemani oleh Minah. Hari ini ia sudah diperbolehkan untuk pulang.

Mau tidak mau Kinan harus pulang kerumah Ammar. Rasanya ia ingin lari dan tak tinggal disana lagi, ia begitu malu. Tapi status pernikahannya dengan Ammar seolah mengikatnya agar tetap tinggal dirumah Ammar.

Ammar tidak berkata apapun, bahkan ia tak berniat menceraikan Kinan setelah semua yang terjadi. Entah mengapa. Hanya Ammar yang tahu jalan pikirannya sendiri.

Kinan memasuki rumah didampingi oleh Minah.

Seperti biasanya, Kinan selalu disambut oleh suara Latifa yang selalu meremehkan dan mengintrogasinya. Tapi setelah semua yang terjadi, tampaknya Latifa bukan hanya melakukan itu sekarang. Sepertinya akan lebih parah.

"Benalu yang tak tahu diri! Sudah dihidupi malah menjerat orang yang menghidupinya! Wajahmu yang polos itu ternyata tidak menjamin kelakuanmu diluaran sana ya!" Kata-kata sambutan dari mulut Latifa ketika melihat Kinan pulang.

Kinan yang kini telah kecil hati, tak menggubris ucapan Latifa. Ia memilih diam tanpa kata dan melanjutkan jalannya yang perlahan menuju kamar utama.

Kinan masih mendengar Latifa mengejeknya sembari ia melangkah. Tapi lagi-lagi Kinan tak ada semangat untuk meladeni ucapan Latifa.

Sesampainya dikamar utama, Kinan mengambil barang-barangnya yang rasanya baru kemarin ia pindahkan kekamar ini.

Kinan memutuskan untuk pindah lagi kekamarnya yang dulu sebelum ia dan Ammar menikah.

Ammar sepertinya tidak ada dirumah. Ia sedang bekerja. Sehingga Kinan mudah untuk pindah ke kamar belakang.

Setelah semua barangnya beres, Kinan merebahkan diri dikamarnya. Ia memikirkan lagi bagaimana kejadian yang menimpanya kemarin bisa terjadi.

Kinan mencoba untuk tegar. Ia memasrahkan diri, tak tau harus melakukan apalagi. Terutama didepan Ammar. Ia seperti sudah tak punya harga diri. Padahal, Ammar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kalau mas Ammar tidak bisa membantuku mengungkap siapa pelaku yang melecehkan aku, maka aku harus mencari-taunya sendiri" Gumam Kinan sambil tersedu-sedu.

Sayup-sayup Kinan mendengar orang berbicara dari teras belakang. Karena kamar Kinan yang terletak dibelakang memungkinkan ia mendengar suara percakapan oranglain. Meskipun, entah apa yang sedang mereka bahas.

Kinan menghapus airmata dipipinya. Ia mengingat-ingat suara siapa yang sepertinya sedang berbicara dengan Latifa.

Terdengar mereka sedang tertawa dan sepertinya beberapa kali mengumpat dan menyebut-nyebut nama Kinan.

"Shirly?" Kinan menerka itu adalah suara Shirly.

Ia mengingat-ingat kejadian sebelum petaka pada dirinya itu terjadi.

"Bukankah waktu itu Shirly bilang akan pulang kerumah orangtuanya di Bali? Kenapa dia masih ada disini?" Gumam Kinan sendiri.

Kinan ingin tahu apa yang mereka bicarakan, karena Kinan yakin semua yang terjadi ini ada hubungannya dengan mereka.

Kinan ingat terakhir kali ia berada dirumah sebelum petaka itu terjadi adalah ketika ia bersama Shirly didapur.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

???

???

lanjut aja lah. masi gedeg sm mereka

2022-10-05

0

meimei

meimei

ayo Kinan...bangkit lagi...
semangat tuk ungkap kejahatan shirly..

2021-12-03

1

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

kasian bgt sih kinan, biarin dia cerai sm ammar, dan pertemukan kinan sm orang yg memperkosa kinan thor.

2021-09-07

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Permintaan
3 Menikah
4 Di kamar yang sama
5 Berusaha memulai
6 Jebakan
7 Petaka satu malam
8 Kemurkaan
9 Mengandung?
10 Pertemuan
11 Histeria
12 Berobat
13 Alamat
14 Keberanian
15 Rumah Sakit Jiwa
16 Teman baru
17 Meminta bantuan
18 Lelaki dan Buket bunga
19 Mama
20 Panggilan Khusus
21 Buku harian
22 Nyaman bersamamu
23 Dugaan yang salah
24 Kambuh
25 Dalih
26 Pria dingin
27 Melarikan diri
28 Menuju Villa
29 Mencari Kinanty
30 Mimpi buruk
31 Kedatangan Ammar
32 Menyusun Rencana
33 Dimana Kinan?
34 Dejavu
35 Keberadaan Kinan
36 Kejujuran Rey
37 Bucin
38 Bujukan Ammar
39 Ingin kembali?
40 Penguntit
41 Pengakuan
42 Tawaran
43 Keputusan Kinan
44 Menemui Kinan
45 Solusi
46 Menunggu
47 Pilihan yang sulit
48 Syarat
49 Kembali ke rumah
50 Surat
51 Rencana Papa
52 Menyadari kesalahan
53 Berjarak
54 Gugatan
55 Perpisahan
56 Pulangnya Shirly
57 Kehidupan baru yang asing
58 Hangout
59 Karma untuk Shirly
60 Mona?
61 Konspirasi
62 Nyuk, Nyet, Dal..
63 London
64 Persekongkolan
65 Anakmu
66 Dia benar-benar ada disini
67 Berkeliling London
68 London Eye dan Big Ben
69 Mengurus kepulangan
70 Sambutan
71 Mengenaskan
72 Datangnya Ammar
73 Kebohongan
74 Persiapan
75 Hot News
76 Masa lalu
77 Garden Party
78 Gugup di malam pertama
79 Memeriksakan kandungan
80 Pertama kalinya
81 Hadiah pernikahan
82 Terjadi sesuatu?
83 Bulan Madu
84 Sunset in Bora Bora Island
85 Sepupu?
86 Menjelajahi Pulau
87 Takut Kehilangan
88 Menolong
89 Memecahkan masalah
90 Marah
91 Rumah Sakit
92 Permintaan maaf
93 Apartment
94 Hadiah untuk istri
95 Pertemuan kembali
96 Gadis yang kabur?
97 Kata maaf
98 Pesta
99 Baby Boo
100 Epilog
101 Bonus Chapter-1
102 Bonus Chapter-2
103 Bonus Chapter-3
104 Bonus Chapter-4
105 Bonus Chapter-5
106 Bonus Chapter-6
107 Bonus Chapter-7
108 PENGUMUMAN!!!
109 Beri Pendapat, Please!
110 SEASON II - DI BALIK SIKAP TIDAK PEDULI
111 SEASON II - Kedatangan Xander
112 SEASON II - Pemuda yang haus darah
113 SEASON II - Firasat buruk
114 SEASON II - Pertolongan
115 SEASON II - Pembahasan Konyol
116 SEASON II - Merintis usaha kembali
117 SEASON II - Telepon
118 SEASON II - Jalan-jalan
119 SEASON II - Perasaan aneh
120 SEASON II - Lanjutkan hidupmu
121 SEASON II - Aku akan menamainya begitu
122 SEASON II - Kau akan tahu siapa lawanmu
123 SEASON II - Tersulut Emosi
124 SEASON II - Semuanya sudah berakhir?
125 SEASON II - Sadar
126 SEASON II - Cemburu pada tempatnya
127 SEASON II - Menjenguk
128 SEASON II - Bantu aku membersihkan diri!
129 SEASON II - Membantumu
130 Holla
131 SEASON II - Karena itu bukan kamu
132 SEASON II - Kecemburuan
133 SEASON II - Tidak Romantis
134 SEASON II - Semuanya tidak mudah
135 SEASON II - Kehilangan
136 SEASON II - Menutupi sesuatu
137 SEASON II - Panti Asuhan
138 SEASON II - Sosok yang familiar
139 SEASON II - Kau benar-benar mencintaiku
140 SEASON II - Sesuatu yang sudah direncanakan
141 SEASON II - One fine day
142 SEASON II - END
143 PROMO
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Prolog
2
Permintaan
3
Menikah
4
Di kamar yang sama
5
Berusaha memulai
6
Jebakan
7
Petaka satu malam
8
Kemurkaan
9
Mengandung?
10
Pertemuan
11
Histeria
12
Berobat
13
Alamat
14
Keberanian
15
Rumah Sakit Jiwa
16
Teman baru
17
Meminta bantuan
18
Lelaki dan Buket bunga
19
Mama
20
Panggilan Khusus
21
Buku harian
22
Nyaman bersamamu
23
Dugaan yang salah
24
Kambuh
25
Dalih
26
Pria dingin
27
Melarikan diri
28
Menuju Villa
29
Mencari Kinanty
30
Mimpi buruk
31
Kedatangan Ammar
32
Menyusun Rencana
33
Dimana Kinan?
34
Dejavu
35
Keberadaan Kinan
36
Kejujuran Rey
37
Bucin
38
Bujukan Ammar
39
Ingin kembali?
40
Penguntit
41
Pengakuan
42
Tawaran
43
Keputusan Kinan
44
Menemui Kinan
45
Solusi
46
Menunggu
47
Pilihan yang sulit
48
Syarat
49
Kembali ke rumah
50
Surat
51
Rencana Papa
52
Menyadari kesalahan
53
Berjarak
54
Gugatan
55
Perpisahan
56
Pulangnya Shirly
57
Kehidupan baru yang asing
58
Hangout
59
Karma untuk Shirly
60
Mona?
61
Konspirasi
62
Nyuk, Nyet, Dal..
63
London
64
Persekongkolan
65
Anakmu
66
Dia benar-benar ada disini
67
Berkeliling London
68
London Eye dan Big Ben
69
Mengurus kepulangan
70
Sambutan
71
Mengenaskan
72
Datangnya Ammar
73
Kebohongan
74
Persiapan
75
Hot News
76
Masa lalu
77
Garden Party
78
Gugup di malam pertama
79
Memeriksakan kandungan
80
Pertama kalinya
81
Hadiah pernikahan
82
Terjadi sesuatu?
83
Bulan Madu
84
Sunset in Bora Bora Island
85
Sepupu?
86
Menjelajahi Pulau
87
Takut Kehilangan
88
Menolong
89
Memecahkan masalah
90
Marah
91
Rumah Sakit
92
Permintaan maaf
93
Apartment
94
Hadiah untuk istri
95
Pertemuan kembali
96
Gadis yang kabur?
97
Kata maaf
98
Pesta
99
Baby Boo
100
Epilog
101
Bonus Chapter-1
102
Bonus Chapter-2
103
Bonus Chapter-3
104
Bonus Chapter-4
105
Bonus Chapter-5
106
Bonus Chapter-6
107
Bonus Chapter-7
108
PENGUMUMAN!!!
109
Beri Pendapat, Please!
110
SEASON II - DI BALIK SIKAP TIDAK PEDULI
111
SEASON II - Kedatangan Xander
112
SEASON II - Pemuda yang haus darah
113
SEASON II - Firasat buruk
114
SEASON II - Pertolongan
115
SEASON II - Pembahasan Konyol
116
SEASON II - Merintis usaha kembali
117
SEASON II - Telepon
118
SEASON II - Jalan-jalan
119
SEASON II - Perasaan aneh
120
SEASON II - Lanjutkan hidupmu
121
SEASON II - Aku akan menamainya begitu
122
SEASON II - Kau akan tahu siapa lawanmu
123
SEASON II - Tersulut Emosi
124
SEASON II - Semuanya sudah berakhir?
125
SEASON II - Sadar
126
SEASON II - Cemburu pada tempatnya
127
SEASON II - Menjenguk
128
SEASON II - Bantu aku membersihkan diri!
129
SEASON II - Membantumu
130
Holla
131
SEASON II - Karena itu bukan kamu
132
SEASON II - Kecemburuan
133
SEASON II - Tidak Romantis
134
SEASON II - Semuanya tidak mudah
135
SEASON II - Kehilangan
136
SEASON II - Menutupi sesuatu
137
SEASON II - Panti Asuhan
138
SEASON II - Sosok yang familiar
139
SEASON II - Kau benar-benar mencintaiku
140
SEASON II - Sesuatu yang sudah direncanakan
141
SEASON II - One fine day
142
SEASON II - END
143
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!