Seminggu telah berlalu sejak kepergian Wina untuk selamanya. Ammar masih murung dan belum melakukan aktifitasnya untuk bekerja. Anak-anaknya sudah mulai masuk sekolah setelah tidak mengikuti pelajaran hampir satu pekan. Sedangkan Latifa sekarang sedang menyibukkan diri sebagai pengambil alih kekuasaan dirumah.
Ammar tidak mempedulikan ulah mamanya yang sekarang makin menjadi-jadi. Latifa sudah tidak ada rasa segan lagi terhadap para asisten rumah tangga. Dulu dia hanya sebatas orangtua Ammar. Tapi sepeninggalnya Wina, dia berlagak seorang Nyonya besar dirumah Ammar.
"Irah!!!!!!" Jerit suara Latifa dengan lantang memanggil asisten rumah tangga itu.
"Iya, Nyonya?" Jawab Irah sedikit berlari lalu membungkuk.
"Saya kan sudah bilang, kalian pandai-pandailah merawat rumah ini. Lihat meja kaca ini? Kapan terakhir kamu mengelap nya?" Ucap Latifa seraya tangannya mencolek meja kaca.
"Ma-maaf Nyonya. Saya akan bersihkan sekarang juga!"
"Oh iya, itu bunga-bunga dihalaman juga jangan lupa kamu siram!" Perintah Latifa lagi.
"Baik Nyonya"
"Hmm bagus! Mana Kinan?"
"Kinan sudah berangkat Nyonya"
Latifa pergi meninggalkan Irah yang masih berada ditempatnya. Ia masuk kedalam kamar Kinan, membuka lemarinya dan mengeluarkan semua baju-baju Kinan dari dalamnya.
Ammar yang hendak menuju ruang depan sehabis berolahraga dibelakang rumah, tidak sengaja melihat ulah mamanya itu.
"Mama sedang apa ma?" Tegur Ammar.
"Eh, kamu Mar. Abis ngapain?" Ia bertanya pada Ammar mencoba mengalihkan perhatian Ammar.
"Aku habis olahraga dibelakang, ma. Aku mau menyibukkan diri biar nggak nangisi Wina terus."
"Oh, baguslah Mar. Memang harusnya begitu."
"Eh iya, mama ngapain disini? Kinan bukannya udah berangkat ya?" Tanya Ammar seraya melihat keadaan rumahnya yang sudah tiada Kinan.
"Mama mau anak ini tidak usah lagi tinggal disini, Mar!"
Ammar tidak begitu terkejut dengan jawaban mamanya. Karena ia tahu, bahwa mamanya tidak begitu menyukai Kinan. Tapi ia tak menyangka mamanya tega untuk mengusir Kinan, bahkan mengeluarkan baju-bajunya dari lemari seperti ini.
"Ma, tidak usahlah sampai seperti ini. Lagi pula Kinan tidak akan keluar dari rumah ini, ma!" Ucap Ammar dengan nada lembut untuk menenangkan mamanya.
"Loh kenapa? Kinan itu disini dulu untuk menjaga Wina. Sekarang untuk apa dia disini? Nggak berguna! Jangan bilang juga kamu tetap mau kasih dia uang sebagai gaji. Ingat Ammar, Dia bukan pekerja seperti Irah dan Minah dirumah ini!" Suara Latifa agak meninggi memperingatkan Ammar.
Ammar menghembuskan nafasnya pelan.
"Justru karena dia bukan pekerja dirumah ini ma, kita nggak bisa buat dia seperti ini. Dia masih ada hubungan saudara dengan Wina"
"Ya tapi kan Wina sudah nggak ada, Mar!" Ceplos Latifa.
"Cukup ma!" Tegas Ammar.
Lalu Ammar diam menahan rasa berkecamuk di dadanya karena ucapan Latifa yang dengan gampangnya mengatakan Wina sudah tiada. Kata-katanya begitu menusuk Ammar yang masih sulit melepas kepergian Wina.
"Kinan akan tetap disini, ma! Kinan sudah diamanahkan Wina kepada Ammar. Dan Ammar harus bertanggung jawab atas hidup Kinan!" Sambung Ammar.
"Mama tidak setuju, Ammar! Dia oranglain bukan siapa-siapa kita. Pokoknya dia harus keluar dari rumah ini. Kalau perlu hari ini juga!" Jawab Latifa tidak terima.
"Dia tidak akan kemana-mana, ma. Lagipula--" ucap Ammar ragu-ragu.
"Lagi pula apa?" Tanya Latifa lagi.
"Lagipula Ammar sedang mengurus keinginan terakhir Wina. Wina menitipkan Kinan kepada Ammar ag--" ucapan Ammar terputus.
"Tidak bisa Ammar! Sudah cukup dia jadi benalu dan jadi beban buat kamu!"
"Tapi ma, Wina meminta Ammar untuk menikahi Kinan!" Suara Ammar tidak kalah tegas dari Latifa.
"Apa?" Latifa syok.
"Itu permintaan terakhir Wina, ma!"
"Tidak Ammar! Lebih baik kamu usir dia daripada kamu turuti kemauan istrimu yang sudah tiada!"
"Cukup ma! Tolong mama hargai permintaan Wina. Paling tidak mama hargai aku ma! Aku mencintai Wina. Meskipun Wina sudah tiada, aku berusaha tidak mengecewakan dia!" Tegas Ammar.
Latifa diam mengepalkan tangannya, percuma dia mengajak Ammar untuk berdebat sekarang. Ammar akan tetap marah dan malah akan melawannya. Latifa menghentakkan kaki dan melangkah meninggalkan Ammar didepan pintu kamar Kinan.
*****
Rumah asri itu tampak ramai, banyak mobil terparkir dipekarangannya yang cukup luas.
Didepan pintu masuk terhampar bunga-bunga sebagai hiasan. Lampu-lampu bertengger rapi, serta didalam ruangan yang cukup luas itu sudah disertai dekorasi yang apik. Hiasan sederhana namun tetap indah dipandang mata.
Baru saja dua orang insan manusia telah resmi menjadi sepasang suami istri.
Ya, akhirnya Kinan dan Ammar menikah. Setelah 5 bulan lebih kepergian Wina. Meskipun dengan berbagai spekulasi yang hadir dari berbagai pihak. Dan tentu saja dengan Latifa yang tetap menentang keras pernikahan mereka.
Seusai acara yang hanya dihadiri oleh kerabat dekat itu, Latifa meminta Kinan untuk segera berbenah. Meskipun Ammar enggan mengizinkan karena masih ada beberapa kerabat, tapi Latifa tidak peduli.
"Kau pikir, setelah kau menikah dengan Ammar kau akan menjadi Nyonya? Itu tidak akan pernah terjadi! Kehidupanmu yang sesungguhnya baru dimulai sekarang!" Batin Latifa.
Latifa memperhatikan gerak-gerik Kinan yang sekarang sedang mengangkati gelas-gelas bekas tamu diruang depan.
Hari menjelang sore, namun tiada tanda-tanda pekerjaan Kinan akan berakhir. Latifa sengaja menyuruh Irah dan Minah untuk fokus dengan kerjaan mereka masing-masing. Agar Kinan sendiri yang mengurusi rumah.
Irah sedang berbelanja untuk kebutuhan makan malam. Karena makanan yang ada di acara pernikahan tadi hanya dipesan secukupnya melalui jasa catering.
Sedangkan Minah, sedari tadi sibuk dengan Anak-anak. Membujuk Lesya yang kesal karena pernikahan Papa nya. Dia belum menerima keputusan papanya. Dan juga menjaga Shaka yang sibuk berlari kesana kemari karena banyak anak-anak kerabat yang seusia dengannya.
Jadilah Kinan dengan segudang pekerjaan yang tiada henti seusai acara. Ia harus membersihkan rumah yang berantakan dan mencuci piring yang tiada habisnya.
"Istirahatlah, Ki! Kau sudah mengerjakan itu dari siang tadi" ucap Ammar yang memperhatikan Kinan sedari tadi.
"Iya, mas. Sedikit lagi rampung."
Ammar pun mengangguk sembari pergi meninggalkan Kinan entah mau kemana.
Kinan menyiapkan pekerjaannya, peluh sudah menetes dan badannya terasa sangat lengket. Setelah memastikan semuanya siap dan bersih, ia memutuskan untuk mandi.
Kinan masih menempati kamarnya yang lama dibelakang. Bahkan baju-baju dan barang-barangnya enggan untuk dia pindahkan ke kamar utama.
Meski kini ia sudah berstatus sebagai istri Ammar namun Kinan merasa sangat gundah. Ia merasa tertekan karena sama sekali belum ada perasaan untuk suaminya itu.
Selama ini ia pun menganggap Ammar sudah selayaknya kakak lelakinya. Tapi kenyataan dan hutang budi yang sudah terlanjur membawanya ikut arus menjadi istri dari Ammar.
"Semoga suatu saat nanti aku bisa mencintainya, begitupun mas Ammar kepadaku. Aku hanya perlu menjadi istri yang baik dan patuh" batin Kinan.
💠💠💠💠💠
Menjelang malam hari, semua sudah berkumpul dimeja makan seperti biasanya.
Tapi tentunya dengan status yang berbeda untuk Kinan dan Ammar. Keduanya terasa canggung.
Kinan mencoba mencairkan suasana dengan mengambilkan Ammar nasi serta lauk-pauk.
"Tidak usah Ki, biar aku saja!" Ucap Ammar sembari mengambil piring dari tangan Kinan dan mengambil lauknya sendiri.
Kinan beralih ke anak-anak, ia hendak mengambilkan Shaka dan Lesya lauk.
"Lesya Nggak mau sama tante Kinan! Lesya benci sama tante Kinan!" ucap gadis kecil berumur 9 tahun itu.
Kinan diam dan menunduk. Ia tidak berani menatap siapa pun. Suasana hening seketika.
"Kamu tidak boleh seperti itu, Lesya. Tante Kinan bermaksud baik!" Suara Ammar memecah keheningan.
"Biarin aja, Mar. Lagian ngapain sok mau ambilin Lesya. Sok mau jadi ibu yang baik, gitu?" Suara Latifa menyindir.
Akhirnya Kinan beralih ke anak bungsu suaminya.
"Shaka mau pakai apa?" Tanya kinan lembut pada anak lelaki itu.
"Shaka pakai ayam goreng aja, Tante!" Jawab Shaka dengan polosnya.
Kinan pun mengambilkan Shaka nasi berserta ayam goreng.
"Pakai sayur juga ya!" Pinta Kinan pada Shaka.
Hampir saja sayur itu disendokkan Kinan untuk masuk kedalam piring kepunyaan Shaka, namun Ammar menghentikan tangan Kinan.
"Shaka tidak bisa makan itu. Dia alergi Seafood. Itu sayurnya ada udangnya!" Kata Ammar menjelaskan.
Kinan mengangguk, akhirnya ia diam dan memulai untuk makan. Semua mulai memakan makanannya. Tapi tiba-tiba suara Latifa muncul menyindir Kinan.
"Gimana mau jadi ibu yang baik? Lah anak alergi makanan saja tidak tahu! Sindir Latifa.
"Aku akan pelan-pelan belajar mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dimakan anak-anak, Nyonya!" Jawab Kinan Lembut.
"Ya baguslah, bukan cuma apa yang boleh dan tidak. Kamu juga harus tau apa yang mereka suka dan tidak suka. Lebih lagi kamu harus tau apa kebiasaan mereka!" Ketus Latifa.
"Iya, Nyonya" jawab Kinan patuh.
"Kinan, kamu jangan memanggil mama dengan sebutan Nyonya lagi. Itu sebutan lama, panggil mama. seperti aku juga memanggil mama begitu!" Pinta Ammar pada Kinan.
"Aku, e--aku" suara kinan terdengar ragu-ragu bercampur takut.
"Tidak perlu! Aku tidak pernah menganggapmu menantuku! Bersikaplah sewajarnya, sama seperti dulu!" Jawab Latifa ketus.
"Tapi, Ma? Kinan sekarang adalah istriku." Ammar mencoba membujuk.
"Sekali tidak ya tidak! Lagi pula aku tidak pernah mengiyakan untuk pernikahan kalian!" Ucap Latifa seraya pergi meninggalkan meja makan.
"Lesya juga udah nggak selera mau makan!" Ucap Lesya dan langsung pergi berlalu.
Tanpa terasa airmata Kinan jatuh menetes.
"Maaf ya Ki, kamu sabar dulu. Aku belum bisa bujuk mama dan juga Lesya!" Jawab Ammar seraya ia juga pergi menuju kamarnya.
Kinan kini hanya berdua dengan Shaka dimeja makan. Kinan menghapus airmatanya, dan fokus menyuapi Shaka makan. Sementara dirinya sendiri, sama seperti yang lain, sudah tidak berselera untuk makan.
"Tante, kenapa semua orang marah-marah?" Tanya Shaka yang polos.
"Tidak apa, Shaka jangan memikirkan itu ya. Itu urusan orang dewasa!" Jawab Kinan lembut seraya mengelus rambut Shaka. Shaka memang selama ini cukup dekat dengannya.
Seusai menyuapi Shaka makan, Kinan memutuskan masuk ke kamarnya di belakang. Ia terlalu malu untuk pindah ke kamar utama karena bahkan Ammar yang sudah menjadi suaminya saja saat ini tidak pernah mengutarakan dan meminta Kinan untuk pindah ke kamarnya.
******
Hari-hari berlalu, semuanya masih tampak sama. Kinan dengan kesehariannya mengurus rumah saja. Karena sebelum menikah ia sudah lulus kuliah dan di wisuda, Ia sudah menyandang status sarjana sebelum hari pernikahannya bersama Ammar kemarin.
Setiap hari, pekerjaan Kinan sudah layaknya asisten rumah tangga. Bahkan lebih parah dan seperti tidak ada habisnya.
Jika ART yang lain memang punya bagian masing-masing, itu tidak berlaku untuk Kinan. Kinan benar-benar diperbudak dan dimanfaatkan oleh Latifa.
Ammar terkadang memang membela Kinan. Hanya saja, Ammar terlalu sibuk mengurus pekerjaannya dan menata hatinya kembali setelah kepergian Wina.
Lesya masih saja tidak bisa dibujuk dan makin keras kepala. Ia menganggap Kinan adalah orang yang telah merebut papa nya darinya dan dari Almarhum mamanya.
hanya Shaka yang kadang menjadi penyejuk untuk Kinan, karena tingkahnya yang polos dan terkadang lucu.
Kinan berusaha untuk kuat dalam kondisi ini. Tapi ia sering merasa tak sanggup karena hanya statusnya saja yang sebagai istri. Tapi kenyataannya ia seperti orang asing yang menumpang dirumah ini.
"Oh jadi ini istri barunya Ammar, tante?" tiba-tiba suara wanita mengagetkan Kinan yang sedang fokus menyuapi Shaka makan siang diteras belakang rumah.
Kinan tidak mengenal siapa wanita itu. tapi dari gelagatnya sepertinya ia tak menyukai Kinan.
"iya, inilah istri yang dipilihkan Wina untuk Ammar. Padahal Wina sudah meninggal tapi bisa-bisanya Wina memberi Ammar beban dirumah ini!" cecar Latifa.
Kinan mencoba untuk sabar, tapi batinnya tidak terima.
"Maaf Nyonya, jika Nyonya menganggap saya beban tidak apa-apa. Tapi jangan bawa-bawa Mbak Wina kedalam rasa tidak suka Nyonya terhadap saya!" jawab Kinan.
Kinan tidak suka Wina yang telah tiada harus dibawa kedalam permasalahan mereka.
"hahaha.. jadi kau sudah berani menjawabku? kau pikir kau siapa? Nyonya dirumah ini?"
"Kau harus ingat, Kinan! bahkan Ammar pun tidak pernah menyentuhmu. jangankan menyentuh, melirikmu pun tidak pernah!" sambung Nyonya Latifa dengan begitu ketus.
"Jadi Ammar tidak menganggapnya istri, tante?" tanya wanita itu seraya wajahnya dibuat mimik terkejut dan dia menutup mulutnya dengan tangan.
"Tentu saja, dia cuma benalu dirumah ini. Ayo Shirly kita kedepan saja" Jawab Latifa pada wanita yang baru diketahui Kinan bernama Shirly itu.
"Oh iya, buatkan tamuku minuman ya!" ucap Latifa sebelum pergi.
Kinan hanya mengangguk dan menatap nanar Latifa dan Shirly yang berjalan kearah ruang tamu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
???
yap, bikinin minuman buat mereka berdua dn campurkan sianida didalamnya 😌😈
2022-10-04
0
Fa Rel
mending jangan mau nikah di jadiin pembantu aja heran mending minta cerai dahh
2021-12-05
3
meimei
iiis...lemes x mulut si Latifa tu y....
qu ramas kan baru tau rasa...😅😅😅😅
2021-12-01
2