“Apakah anda sungguh baik-baik saja, Tuan?”
Isabella menatap Ciel yang tampak acak-acakan. Meski begitu, dia merasa kalau pemuda itu justru semakin menarik. Terlihat cukup ceroboh dan tak acuh, tetapi terus bekerja keras untuk mencapai sesuatu. Wanita itu mulai melamun, rona merah muncul di pipinya.
“Justru aku yang harus bertanya. Wajahmu merah, apakah kamu baik-baik saja?”
Isabella tertegun sebentar. Wanita itu tersenyum sebelum menjawab, “Budak ini tidak apa-apa, Tuan.”
“Kalau begitu kamu boleh pergi.”
“Apakah anda memerlukan sesuatu, Tuan?”
Ciel mengelus dagunya sambil merenung sejenak.
“Kalau begitu bawakan aku beberapa buah segar dan lemon tea. Jangan lupa, tambahkan banyak madu.”
“Sesuai permintaan anda, Tuan.” Isabella membungkuk sopan sebelum berbalik pergi meninggalkan ruangan.
Setelah Isabella pergi, Ciel menatap sebuah kotak kaca di atas meja. Dalam kotak kaca itu terdapat seekor belalang berwarna hitam legam seukuran dua jari. Pada ruas-ruas tubuh serta matanya, terdapat warna hijau tua. Terlihat agak kelam dan suram.
Ciel termenung. Berbeda dari racun tikus, insektisida sebenarnya juga tidak terlalu sulit dibuat. Ya … setidaknya di dunia dan kehidupan Ciel sebelumnya. Dalam percobaan ini, pemuda itu telah mencoba membuat insektisida alami dari beberapa jenis tumbuhan yang mirip cabai, bawang, dan beberapa tumbuhan lain. Tentu saja, karena di benua iblis beberapa sayuran memiliki bentuk berbeda.
“Bukankah orang-orang bilang kalau serangga benci bawang-bawangan? Ini sangat tidak ilmiah,” gumam Ciel
Terus menatap ke arah kotak kaca, Ciel memikirkan berbagai cara. Belalang dalam kotak kaca tiba-tiba memancarkan sinar redup. Area di sekitar makhluk itu, seperti ranting tempatnya berpijak tiba-tiba menjadi lebih lapuk seolah terkena racun.
Tunggu! Racun? Daripada racun … ini lebih mirip sihir, kan?
Pikir Ciel saat menatap ke arah belalang. Berbeda dengan racun tikus, insektisida tidak boleh mengandung racun yang terlalu kuat. Jika racun terlalu kuat, Ciel takut ramuan itu tidak hanya membunuh belalang, tetapi juga gandum dan sayuran lainnya. Mencoba membuat resep yang alami dan tidak berbahaya, Ciel selalu dihadapkan dengan kegagalan.
Sial! Ternyata selama ini aku salah! Ini dunia sihir, Bung! Kenapa aku masih memakai logika lama!
Ciel mengutuk dalam hati. Tidak menyangka dia begitu bodoh. Lebih tepatnya … sok pintar.
“Baik! Aku telah mengetahui masalahnya. Kemudian …”
Memejamkan matanya, Ciel mencoba mencari tumbuhan dan beberapa jenis benda yang memiliki efek untuk menangkal racun belalang. Selain itu, dia juga mencari beberapa hal yang beracun bagi belalang atau zat yang bisa membunuhnya.
Memiliki memori foto, Ciel percaya diri akan ingatannya. Hanya saja, karena terlalu banyak data dalam kepala, pemuda itu memerlukan beberapa waktu untuk mencarinya. Sekitar setengah jam kemudian, dia membuka matanya.
“Itu dia!” seru Ciel.
Pemuda itu segera mengambil sebuah kertas kosong, pena bulu, dan tinta. Segera, dia menulis beberapa bahan yang cocok untuk kombinasi potion. Beberapa jenis daun, buah, mineral, dan lainnya. Setelah menemukan bahan yang cocok, Ciel segera menghitung komposisi atau takaran yang pas untuk potion tersebut. Banyak angka dan coretan di atas kertas, membuat pemuda itu juga terheran-heran.
Sial! Bahkan matematika masih berguna di dunia lain!
Melihat lembar kertas baru yang bertuliskan resep ‘insektisida’, Ciel mengangguk puas. Tanpa basa-basi, Ciel langsung mencari bahan yang tersimpan dalam gudang kecil laboratorium. Selesai mengumpulkan bahan, dia segera menaruhnya di atas meja.
Menyalakan api, mengisi air dalam botol kimia, merebus, memasukkan berbagai macam benda lalu melarutkannya. Satu per satu dengan takaran yang pas. Waktu dan suhu juga harus pas agar tidak gagal. Ketika semua benda telah larut, Ciel segera mematikan api. Kira-kira sepuluh detik kemudian, dia memasukkan dua lembar daun yang mirip daun tomat.
Ketika dua lembar daun masuk ke dalam larutan berwarna hijau tua, daun itu segera larut. Melihat tidak ada reaksi dalam gelas kimia, Ciel menelan saliva.
Gagal lagi, kah?
Hendak menyerah, daun yang larut tiba-tiba mengubah warna cairan dalam gelas kimia. Warna hijau tua mulai menjadi lebih cerah, hijau muda. Setelah beberapa saat, cairan itu tiba-tiba berubah menjadi warna violet.
Melihat kalau cairan dalam gelas kimia tidak berubah warna, kilau cemerlang muncul di mata Ciel. Dia langsung berseru, “Berhasil!”
Sial! Pepatah lama memang benar, usaha tidak mengkhianati hasil!
Berseru dalam hati, Ciel menatap ke arah belalang dalam kotak kaca. Sudut bibirnya terangkat ke atas. Pemuda itu terkekeh, “Hehehehe … Waktunya minum obat, Tuan Belalang.”
Entah kenapa, sekarang Ciel merasa bahagia. Sudah empat hari dia mencoba memberi berbagai macam sampel ‘insektisida’, tetapi hasilnya nihil. Ketika diteteskan ke belalang, makhluk itu malah ‘mengedipkan mata’, seolah sedang berada di sauna dengan ekspresi bahagia. Hal itu benar-benar melukai harga dirinya!
Meneteskan setetes cairan insektisida yang baru melalui celah, Ciel merasa cukup gugup. Saat setetes cairan itu mengenai belalang dalam kotak kaca, tidak ada respon apa-apa. Hal itu membuat Ciel merasa tertekan.
“Sial! Lagi-lagi gagal!” seru Ciel sambil menggebrak meja.
Ketika meja berguncang, hal aneh terjadi setelahnya. Belalang yang sedari tadi ‘diam’, tiba-tiba jatuh dari cabang dengan tubuh kaku. Menyadari itu, Ciel kembali mengamati kotak kaca. Setelah dilihat baik-baik, mata belalang itu sudah kabur. Tubuh belalang itu juga kering, seolah semua cairan dalam tubuhnya menguap dan hilang begitu saja.
Ciel diam-diam menelan saliva sambil bergumam, “Ini agak mengerikan, bukan?”
Menggelengkan kepala, Ciel segera memastikan semuanya. Dia membuka kotak kaca dan mengambil tubuh belalang. Serangga itu benar-benar mati dan tubuhnya kering seperti fosil.
Tidak puas hanya dengan itu, Ciel segera mengambil beberapa kotak kaca yang memiliki belalang di dalamnya. Pemuda itu meneteskan setetes demi setetes ke semua belalang. Setelah beberapa saat, semua belalang benar-benar ‘mengering’.
Ciel langsung menunduk, tubuhnya sedikit gemetaran. Ketika mengangkat kepala, tampilan bahagia tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.
“Hahahaha! Akhirnya berhasil! Sial! Aku tidak menyangka kalau ternyata sesederhana ini,” seru Ciel dengan ekspresi puas.
Knock! Knock! Knock!
Mendengar ketukan pintu, Ciel langsung berpura-pura terbatuk. Dia mencoba duduk dengan tenang lalu berkata, “Masuk.”
“Permisi, Tuan. Saya datang untuk melapor.”
Menoleh ke belakang, Ciel melihat Elena yang berdiri dengan ekspresi datar di wajahnya. Wanita cantik itu tampak begitu tenang.
Sementara itu, Ciel tiba-tiba berdiri lalu berjalan menghampirinya. Sedikit terbawa suasana, pemuda itu tiba-tiba memeluk Elena dan sedikit mengangkatnya. Dia terlihat seperti anak SMA yang lega setelah ujian kelulusan, atau mungkin terlihat seperti anak kuliahan yang lega setelah skripsinya diterima.
“Aku berhasil, Elena. Akhirnya aku berhasil …”
Sial! Mengurung diri dalam laboratorium selama empat hari, tidak keluar kecuali mandi dan membersihkan diri. Semua perjuanganku telah terbayar!
Ciel merasakan tubuh lembut dan ringan. Rasanya agak dingin seperti angin di musim gugur. Aromanya cukup wangi sekaligus menenangkan. Memejamkan mata, Ciel merasa nyaman sekarang.
PRAAAK!
Suara benda dari kaca yang pecah terdengar, membuat Ciel membuka mata. Dia kemudian melihat Isabella yang sedang berdiri di depan pintu. Mata pemuda itu mengerjap, dia kemudian mengendus aroma harum dan merasakan kelembutan.
Ciel baru sadar kalau dirinya sedang memeluk Elena. Menoleh ke arah wanita dalam pelukannya, dia terkejut kalau Dark Elf cantik itu tidak menolak dan hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi. Pemuda itu sekali lagi menoleh ke arah Isabella.
“Aku bisa jelas-“
Sebelum menyelesaikan perkataannya, Isabella tiba-tiba membungkuk sopan.
“Budak ini … Budak ini tidak melihat apa-apa, Tuan! Silahkan lanjutkan.”
Setelah mengucapkan itu, pintu langsung dibanting tertutup. Suara langkah kaki yang buru-buru segera semakin pelan, jelas menjauh. Ruangan benar-benar menjadi sunyi kemudian.
Menoleh ke arah Elena, Ciel mendapati kalau wanita itu menatapnya dengan ekspresi dingin. Pemuda itu langsung merasa gugup, tanpa sadar menelan saliva.
“Elena … Aku bisa jelaskan ini … Ok?”
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Novri Ramadhan Anugerah Bagaskara
hasil tidak menghianati usaha 😑
2024-02-27
0
schianthus
Mimpi buruk si ini
2023-01-09
0
John Singgih
salah paham lagi
2022-03-04
0