Elena yang menunduk tiba-tiba membuka matanya. Rambut yang sebelumnya setengah hitam dan putih langsung menjadi putih seluruhnya. Dia melompat mundur sambil melemparkan belati ke arah Ciel. Sebelum pemuda di depannya membalas, dia manyentakkan kaki kanannya ke tanah.
Pada saat itu juga, bongkahan es raksasa yang tajam muncul dari tanah dan menuju ke arah Ciel. Ledakan keras terdengar ditemani dengan kepulan asap putih. Ketika asap menghilang, hampir semua area di sekitar Elena dan Ciel membeku.
Elena memandang bongkahan es di depannya dengan ekspresi dingin. Di dalam bongkahan es raksasa, terlihat sosok Ciel yang membeku di sana, bahkan api hitam di pedangnya juga telah padam.
Dark Elf cantik itu tiba-tiba jatuh berlutut. Rambutnya kembali menjadi hitam, sihir mulai memudar dari tubuhnya. Dia tiba-tiba menutup mulutnya dan terbatuk-batuk. Cairan merah mengalir lewat keduanya tangannya lalu jatuh ke atas es. Ekspresi wajahnya menjadi pucat dan tubuhnya gemetaran.
Mendongak ke arah bongkahan es raksasa di depannya, Elena bergumam, “Tidak mungkin.”
Elena tiba-tiba merasakan firasat buruk. Benar saja, tiba-tiba tanah berguncang keras, retakan demi retakan muncul pada bongkahan es raksasa di depannya. Dia mencoba berdiri tetapi kembali terjatuh. Wanita itu kelelahan secara fisik dan kehabisan mana.
Tidak ada ledakan keras. Pecahan es berjatuhan dan mulai mencair. Suhu tiba-tiba naik, es dan air mulai menguap menjadi kepulan asap. Dalam asap yang tebal, siluet berdiri tanpa mengatakan sepatah kata. Yang bisa Elena lihat adalah sepasang mata dengan warna berbeda. Mata itu menatapnya dengan penuh penghinaan.
“Tidak mungkin … uhuk!” Elena kembali terbatuk. “Seharusnya serangan itu bisa membunuh iblis level 4!”
“Level 4? Bukankah jawabannya jelas …” Suara tak acuh Ciel terdengar.
“Hahahaha …”
Sebuah tawa hambar muncul dari bibir Elena. Dia mencela dirinya sendiri. Wanita itu merasa telah melakukan hal konyol.
“Memaksakan diri untuk menembus tingkat 4 lalu menggunakan seluruh mana untuk membunuh seorang Pangeran. Aku pikir bisa menemui ibu dan adik dengan bangga, tetapi … iblis tingkat tinggi di usia 15 tahun? Siapa yang akan percaya itu?” gumam Elena dengan ekspresi kosong di wajahnya.
Setelah mengucapkan itu, Elena tiba-tiba roboh.
...***...
Membuka matanya, Elena merasakan kelembutan dan kehangatan di bawahnya. Dia kaget ketika menyadari dirinya sedang berbaring di sebuah ranjang luas dan empuk. Wanita itu hendak bangkit tetapi gagal, dia melihat kalau kedua tangan dan kakinya diborgol.
Elena melihat pakaiannya yang telah diubah menjadi pakaian indah, biasanya digunakan oleh bangsawan kelas rendah. Dia tahu kalau ini pasti pakaian miliki pelayan Ciel. Bukannya merasa bahagia, wanita itu merasakan rasa sakit tepat di hatinya.
Sial! Aku telah berlari dan bersembunyi selama lima tahun. Kenapa … kenapa hal semacam ini malah terjadi kepadaku? Aku bahkan belum sempat membalaskan dendam ibu dan adik!
Elena mengigit bibirnya. Air mata sejernih kristal tanpa sadar mengalir dari manik indahnya. Saat pikirannya mulai mengelana, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sosok Ciel yang tampak tenang masuk ke kamar sambil membawa secangkir kopi.
“Sudah bangun?” tanya Ciel.
“Dasar binatang! Bunuh aku!”
Elena meraung marah. Wanita itu sebenarnya ingin langsung bunuh diri, tetapi tidak bisa. Dia mungkin bisa mengigit lidahnya sendiri, kehilangan darah sampai mati. Namun Frost Heart tidak mengizinkannya. Salah satu efek bakat bawaannya adalah dengan cepat membekukan luka. Meski tingkat regenerasi tidak tinggi, dia masih bisa sembuh perlahan.
“Kenapa aku harus membunuhmu?” Ciel memandang Elena dengan ekspresi aneh.
“Binatang buas! Aku … aku …” Elena sadar kalau teriakannya tidak berguna. Sekarang dia telah ditangkap dan pasti akan dijadikan ‘mainan’ oleh Pangeran di depannya. Wanita itu merasa tidak berdaya.
“Aku punya nama, ok? Aku Luciel Dawnbringer. Kamu bisa memanggilku Pangeran Luciel.”
“…”
“Ngomong-ngomong … siapa namamu?”
Elena melihat Ciel yang duduk di tepi tempat tidur sambil dan memandangnya dengan tatapan ramah. Setelah cukup lama ragu, dia berkata, “Elena.”
“Elena? Nama yang bagus. Bolehkah aku tahu kenapa kamu bersembunyi di wilayahku?”
“…”
Melihatnya tidak menjawab, pemuda itu sama sekali tidak marah. Ciel malah memberikan beberapa pertanyaan meski tidak mendapat jawaban. Elena merasa bingung kenapa lelaki di depannya memperlakukan dirinya dengan baik.
Apakah dia merasa bersalah? Tidak! Para bangsawan itu bahkan tidak mengedipkan mata ketika membantai orang-orang yang tidak disukainya. Lalu kenapa?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Elena. Wanita itu menatap Ciel dengan ekspresi penuh dengan keraguan. Setelah beberapa waktu berpikir, dia menghela napas panjang.
“Aku seorang buronan.”
“Buronan?”
Melihat Ciel yang memandanginya dengan ragu, Elena mengangguk. Namun bukan kemarahan atau cibiran yang keluar dari mulut Ciel, tetapi hal luar biasa lainnya.
“Syukurlah kalau kamu seorang buronan.”
Bersyukur? Apakah ada yang salah dengan kepala Pangeran ini?
Elena mulai meragukan hidupnya. Wanita itu memandang Ciel seolah sedang melihat lelaki konyol. Dia bertanya-tanya kenapa orang sehebat Ciel bisa begitu bodoh.
“Kenapa kamu menatapku seolah aku seekor primata langka?”
“…”
“Kamu hanya tidak mengetahuinya. Aku sebenarnya hanya ingin hidup santai dan tenang di Istana Kekaisaran. Berjemur di pagi hari sambil menikmati anggur buah-buahan yang nikmat. Membaca buku ketika bosan …”
Elena memandang Ciel dengan ekspresi kosong. Wanita itu mendengarkan Pangeran yang bercerita tentang kehidupan, kebebasan, dan hal semacamnya. Entah kenapa, dia merasa kalau lelaki di depannya tidak terlalu buruk. Ciel terlihat masih muda, tampan, kuat, dan memiliki latar belakang yang hebat.
Pangeran ini memiliki kemungkinan menjadi Kaisar berikutnya!
“P-Pangeran Luciel …” panggil Elena dengan ragu.
“Akhirnya kamu mau bicara,” ucap Ciel dengan senyum di wajahnya. “Ada apa?”
“Jika anda menangkap saya bukan karena saya seorang buronan … apakah ada alasan lain?”
Elena siap menerima jawaban dan ejekan seperti ‘karena kamu akan menjadi salah satu koleksiku’ atau ‘karena mulai sekarang kamu akan melayaniku’. Namun jawaban yang wanita itu terima lagi-lagi berbeda dari yang dia bayangkan.
“Bukankah itu jelas karena informasi? Pertama-tama … ceritakan tentang dirimu. Nama panjang, kota kelahiran, dan semua tentang dirimu.”
Setelah memikirkan sesuatu, Elena akhirnya berkata, “Nama saya Elena. Sebagai warga sipil biasa, saya tidak memiliki nama belakang. Saya …”
Elena mulai bercerita tentang dirinya. Dari kota kelahirannya, masa kecilnya, sampai tragedy yang menimpanya. Dia sebenarnya juga ingin tahu bagaimana respon Ciel. Apakah Ciel akan menghinanya karena mencoba melawan bangsawan? Atau justru memberikan respon lain.
Selesai menceritakan semua kisah hidupnya, Elena memandang Ciel. Wanita itu terkejut saat melihat Pangeran menatap kosong. Seolah baru sadar dari lamunannya, lelaki itu membuka mulutnya.
“Apakah ada yang seperti itu?”
Apakah orang ini benar-benar konyol? Sebagai anggota keluarga Kekaisaran, kenapa dia tidak mengetahui hal-hal mendasar tentang para bangsawan?
Pangeran ini benar-benar kekurangan akal sehat!
Jika Ciel tahu apa yang Elena pikirkan, pemuda itu pasti akan protes.
Aku hanya ingin hidup tenang dan damai tanpa memikirkan hal-hal lainnya. Egois? Apa yang salah tentang hal itu? Lagipula … aku bukan pahlawan yang harus memikul beban dunia, ok?
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Thr!b!
Hooh ciel
2024-03-06
0
IG: _anipri
Ciel benar sih. menjadi anggota kekaisaran bukan berarti harus memikul banyak tanggung jawab kan?
2022-11-26
1
Shadow_GTR999
terserah loe gw mau juga adegan action bukan adegan pertempuran di ranjang ok!!
2022-06-08
6