“Apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan,” gumam Ciel sambil menggelengkan kepala. “Meski aku menginginkannya, keputusan masih berada di tangan Elena.”
Ciel menganggap kalau Elena bukanlah sebuah ancaman. Meski memiliki bakat yang bagus, masih perlu banyak ramuan tingkat tinggi untuk dibudidayakan. Menembus batas tingkat menengah ke tingkat atas tidak semudah itu.
Jika Elena memutuskan untuk tidak mengikutinya, Ciel akan mengirim wanita itu pergi dari wilayahnya. Karena tidak memiliki hubungan, tidak ada gunanya untuk menyimpan sosok yang menarik musuh kepadanya.
Jika Elena memutuskan untuk pergi bersamanya, Ciel pasti merasa bahagia. Namun, dia juga harus memastikan kesetiaan wanita itu dengan cara membuat kontrak jiwa. Seperti Camellia yang tidak mungkin mengkhianatinya.
Setelah merenungkan banyak hal, Ciel memutuskan untuk tidur. Besok dia dan rombongan akan kembali ke Kota Black Lily. Alangkah baiknya dia memiliki istirahat yang cukup karena harus mendirikan tenda di malam berikutnya.
Keesokan paginya, Ciel melihat keluar jendela dari kamarnya. Para ksatria sibuk mengangkut barang bawaan ke dalam kereta dan mengemasi peralatan mereka. Sudut bibir pemuda itu melengkung ke atas ketika melihat mereka.
Ciel mengingat kejadian di hari sebelumnya. Kesepuluh ksatria datang ke lokasi dia bertarung dengan Elena. Ketika orang-orang itu tiba, mereka terlihat panik karena tidak tahu harus melakukan apa. Sebagai ksatria muda dan berbakat, kesepuluh iblis level 2 itu sadar, tidak ada yang bisa mereka lakukan di bawah kekuatan absolute.
Camellia tidak mengucapkan sepatah kata saat itu, hanya memandang dingin para ksatria. Hal itu membuat mereka malu dan merasa tidak berguna. Melihat sekarang mereka memiliki tekad untuk menjadi lebih kuat, Ciel merasa senang.
“Perjalanan ini tidak sia-sia,” gumam Ciel.
Setelah melihat para ksatria berkemas, dia menuju kamar Elena. Setelah mengetuk pintu, dia segera masuk ke dalam ruangan.
“Tidur nyenyak?” tanya Ciel.
“Anda bisa melihatnya dengan jelas, Pangeran Luciel.”
Elena memutar matanya dengan ekspresi dingin. Ekspresinya mengatakan ‘bagaimana bisa saya tidur nyenyak dalam keadaan diborgol seperti ini?’, membuat Ciel menggeleng ringan.
Ciel merogoh sakunya dan mengeluarkan dua kunci. Dia mendekati Elena lalu membuka kedua borgol di kaki dan tangannya. Wanita itu langsung duduk lalu mengusap pergelangan tangan.
“Apakah ada alasan melepaskan borgol ini, Pangeran Luciel?”
“Ya.” Ciel mengangguk. “Aku sudah memastikan kalau kamu tidak memiliki kebencian terhadapku. Jadi aku memberimu dua pilihan.”
“Pilihan?” tanya Elena sambil menatap tepat di mata Ciel.
“Benar. Pertama, kamu bisa mengikutiku dengan catatan … aku perlu kesetiaanmu. Kedua, kamu boleh pergi, tetapi kamu harus pergi dari wilayahku. Anggap saja kita tidak pernah bertemu.”
“Dan jika saya masih berada di wilayah anda?”
Ciel menatap dengan ekspresi tak acuh sebelum menjawab, “Itu akan membawa masalah. Terpaksa, aku harus membunuhmu.”
“Begitu kejam?” gumam Elena.
“Kamu berada di wilayahku. Jika Count Blackscar mengetahuinya, dia akan membawa masalah. Aku tidak peduli dengan bangsawan sepele, tetapi jika Marquis Fergus turun tangan … akan terjadi perang dan pembantaian.”
“…”
Melihat Elena diam, Ciel melanjutkan, “Apa menurutmu aku harus mengorbankan wilayah dan rakyatku … untuk orang yang tidak aku kenal?”
Mendengar pertanyaan Ciel, ekspresi tersesat tampak di wajah Elena. Dia mengingat apa yang pemuda itu katakan sebelumnya. Selama wanita itu memilih untuk pergi, mereka adalah orang asing. Merasakan ketidakpastian, Elena menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi ragu.
Elena memberanikan diri untuk kembali menatap Ciel. Wanita itu kemudian bertanya, “Jika saya menjadi milik anda, maukah anda membalaskan dendam ibu dan adik saya?”
“Count Blackscar … atau Marquis Fergus?”
“Count Blackscar,” ucap Elena tegas. “Seluruh keluarga Blackscar.”
Melihat wanita cantik yang memberanikan diri untuk masuk ke dalam lubang perangkapnya, Ciel menghela napas lega dari dalam hati. Pemuda itu sebenarnya juga mulai menyiapkan rencana untuk mengatasi Marquis Fergus. Hanya saja, sebagai pedagang, mendapat untung yang lebih besar tentu lebih baik.
Count Blackscar bukan masalah besar baginya!
Ciel tersenyum lembut sebelum berkata, “Aku setuju.”
Melihat kalau Ciel setuju, Elena langsung turun dari tempat tidur dan berlutut di depan pemuda itu.
“Elena tunduk kepada Tuan. Hamba ini berjanji untuk mematuhi perintah tuan dengan segenap raganya.”
“Hanya dengan raga?” tanya Ciel dengan senyum di wajahnya.
Elena yang berlutut di depan Ciel mendongak dan menatap matanya.
“Mungkin setelah hamba ini mengikat kontrak jiwa, anda bisa melakukan apa saja kepada saya, Tuan. Namun … jiwa ini masih milik saya.”
“Kamu mendengar tentang kontrak jiwa?” Ciel memiringkan kepalanya.
“Saya mendengarnya dari Camellia tadi malam, Tuan.”
“Apakah kamu tidak takut aku mengingkari janji setelah kamu menjadi ‘milikku’ seutuhnya?”
“Saya berani berjudi, berarti saya berani mengambil resiko. Saya juga percaya … anda tidak akan mengingkari janji, Tuan!”
Ciel menatap Dark Elf cantik di depannya dengan ekspresi menarik. Dengan senyum main-main, dia bertanya, “Kalau begitu, bagaimana cara mendapatkan semuanya … baik itu raga atau jiwamu, Elena?”
“Setelah anda menghapus Keluarga Blackscar …” Elena berkata dengan suara gemetar. Kelihatannya wanita itu mengingat kejadian buruk yang pernah dia alami. “Setelah anda menghapus Keluarga Blackscar, seluruh jiwa dan raga saya adalah milik anda, Tuan. Bahkan jika ada kehidupan berikutnya, saya masih milik anda.”
Kenapa saat melihat wanita dingin ini menjadi taat, aku menjadi bahagia? Apakah ada yang salah dengan mentalku?
Ciel menggeleng ringan. Pemuda itu mengulurkan tangan kanannya dan mengelus pipi Elena dengan lembut. Dia kemudian berkata, “Kalau begitu aku harus segera memenuhi janjiku.”
Merasakan sentuhan di pipinya, jantung Elena berdetak sedikit lebih cepat. Dia melihat pemuda tampan di depannya sambil bergumam, “Tuan …”
Uhuk! Uhuk!
Mendengar suara batuk yang dibuat-buat, Ciel segera menarik kembali tangannya. Sementara itu, Elena langsung bangkit dan berdiri dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Pintu kamar segera terbuka, sosok Camellia memasuki ruangan.
“Kelihatannya anda bersenang-senang … Tuan?”
Melihat tatapan dingin Camellia, Ciel tersenyum canggung. Seolah mengingat sesuatu, dia balik bertanya, “Apakah semuanya sudah siap, Camellia?”
“Sudah, Tuan!” jawab Camellia, tetapi jelas ekspresi cemberut masih ada di wajahnya.
“Bagus! Elena, kamu segera mandi dan berganti pakaian. Kita akan sarapan bersama sebelum berangkat.”
“Baik, Tuan!” Elena membungkuk sopan sebelum mengambil pakaian miliknya lalu pergi meninggalkan ruangan.
Ciel kemudian melihat Camellia yang masih menatapnya dengan ekspresi dingin.
“Ada apa, Camellia?”
“Tidak apa-apa, Tuan.” Camellia menjawab sopan.
Bohong! Itu kebohongan! Sebelum berbohong, kamu harus melihat ekspresimu sendiri!
Ciel berseru dalam hati. Pemuda itu merasa kalau emosi Camellia mulai tidak stabil sejak mereka pindah ke wilayah baru miliknya. Sejak bertemu Isabella atau Elena, gadis itu menjadi lebih pemarah.
Ciel bahkan merasa kalau Camellia melihatnya seolah sedang melihat bocah nakal. Lebih tepatnya, bocah nakal yang melupakan mainan lama setelah mendapatkan yang baru. Sudut bibirnya bergerak-gerak tetapi bingung harus mengatakan apa. Dia hanya bisa mengeluh dalam hati.
Sial! Ini fitnah! Aku tidak memperlakukan kalian seperti mainan! Aku hanya senang mendapat pengikut setia yang baru, tidak lebih!
Bukannya aku memilih pengikut harus seorang wanita, aku hanya menyukai bakat! Jika ada masalah karena pertemuan, salahkan pada takdir!
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Naga Hitam
salahkan otor
2025-02-01
0
schianthus
Itu cemburu bg hik hik hik
2023-01-09
2
IG: _anipri
yah ... kayaknya Camellia tuh cemburu lho Ciel😅
2022-12-20
1