Di sebuah perbukitan hijau, tampak sebuah kastil putih dengan genteng merah. Pada tembok kastil terlihat tanaman mawar rambat dengan bunga-bunga merah bermekaran. Banyak ksatria juga terlihat sedang berjaga di tembok kastil.
Dalam kastil itu, di sebuah ruangan gelap, tampak seorang lelaki tampan dengan rambut perak panjang serta iris merah delima. Lelaki itu terlihat berusia sekitar 30 tahun meski usia yang sebenarnya melebihi 40 tahun. Nama orang itu adalah Marcus Bathory, seorang Marquis serta kepala Keluarga Bathory saat ini.
Marcus tampak sedang duduk santai di kursinya sambil menikmati secangkir cairan merah hangat yang masih mengepul. Dia terlihat begitu santai dan tenang.
Knock! Knock! Knock!
“Masuk,” ucap Marcus dengan suara yang sedikit feminim.
Pintu kamar terbuka, seorang pemuda berusia sekitar 17 tahun masuk ke dalam ruangan. Dia memiliki rambut cokelat serta iris hijau. Melihat ke arah Marcus, pemuda itu langsung berlutut.
“Maaf membuat anda menunggu, Tuan.”
“Sama sekali tidak. Aku malah merasa cukup menyesal. Padahal kamu baru kembali dari misi, tetapi aku harus memanggilmu.” Marcus menggeleng ringan.
“Saya sama sekali tidak lelah, jadi itu bukan masalah, Tuan.”
“Ada hal penting yang ingin aku sampaikan kepadamu. Jadi maaf jika aku buru-buru memanggilmu, Jean.”
Pemuda bernama Jean itu mendongak ke arah Marcus. Ekspresi penuh keraguan terlintas di wajah pemuda itu.
“Jean … Kun, ayahmu telah meninggal dalam misi.”
Mendengar perkataan Marcus, tubuh Jean tiba-tiba menggigil. Tatapannya terlihat kosong, tidak percaya hal yang dia dengar sebelumnya. Baginya, sosok Kun adalah ayah yang baik dan kuat. Namun pemuda itu juga sadar kalau dunia begitu luas, banyak orang kuat. Orang seperti ayah atau dirinya hanya dianggap seperti semut.
“Apakah kamu ingin tahu penyebab kematian ayahmu?” tanya Marcus dengan ekspresi tak acuh.
Jean terus menatap ke arah Marcus. Meski tidak mengatakan sepatah kata, matanya menunjukkan semuanya. Dia ingin tahu penyebab kematian ayahnya.
“Luciel Dawnbringer.” ucap Marcus dengan nada tak acuh.
“Dawnbringer …” gumam Jean dengan ekspresi mendung.
Menyadari kalau penyebab ayahnya meninggal adalah anggota keluarga Kekaisaran, ekspresi Jean tampak suram. Dia menggertakkan gigi, tampak tidak mau tetapi bingung harus melakukan apa.
“Apakah kamu ingin membalaskan dendam ayahmu?” tanya Marcus.
“Membalaskan dendam ayah?” gumam Jean. “Tetapi Dawnbringer …”
“Kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Luciel Dawnbringer adalah Pangeran ke-8 yang dianggap tidak berguna. Bahkan Kaisar mengusirnya dari Istana.”
“Benarkah itu, Tuan?” tanya Jean dengan ekspresi bersemangat.
“Benar. Namun ada satu masalah.” Marcus menggelengkan kepalanya.
“Masalah?” tanya Jean.
“Benar. Saat ini kamu terlalu lemah. Memang kamu memiliki bakat sebagai ksatria. Namun levelmu masih sama dengan Kun. Belum lagi … kamu tidak memiliki bakat sihir.
Kun meninggal tanpa sebab yang jelas. Kemungkinan ada yang melindungi Pangeran Luciel.”
“Itu …” Tubuh Jean gemetar. Pemuda itu menunduk dengan ekspresi semakin suram.
“Namun aku bisa mengatasi masalah itu untukmu,” ucap Marcus. “Apakah kamu ingin mengetahuinya?”
“Tolong katakan pada hamba, Tuan!” ucap Jean tegas.
“Aku akan menjalankan sebuah eksperimen. Beberapa orang sudah dipilih. Jika kamu setuju, kamu akan menjadi kuat setelah eksperimen selesai. Namun ada syarat … kamu tidak bisa menemui keluargamu lagi dan bekerja dalam bayangan.”
“Tidak bisa bertemu keluarga …” gumam Jean.
“Tenang saja. Meski tidak bisa bertemu, aku akan menjamin mereka. Mereka akan hidup layak. Jika kamu setuju, keluargamu akan dipindahkan ke rumah yang lebih baik dekat pusat kota. Tentu saja … mereka akan diberi uang bulanan yang cukup untuk hidup.” Marcus berkata dengan senyum lembut di wajahnya.
Setelah berpikir cukup lama, Jean akhirnya berkata, “Saya setuju, Tuan!”
“Bagus!” Marcus mengangguk. “Kalau begitu segera pulang dan berkemas. Habiskan waktu dengan keluargamu lebih lama.”
“Terima kasih, Tuan!” ucap Jean dengan tulus.
“Pergi.”
Mendengar perintah Marcus, Jean segera berdiri dan memberi hormat sebelum pergi meninggalkan ruangan.
Setelah Jean pergi, ruangan kembali menjadi sunyi. Marcus kembali menikmati secangkir cairan merah misterius. Tidak selang beberapa waktu, tiba-tiba suara terdengar dari belakangnya.
“Apakah anda benar-benar melakukan hal boros seperti itu, Sir Marcus? Tidak seperti dirimu.”
Dari balik tirai bayangan, sosok yang tertutup jubah hitam muncul.
Mendengar pertanyaan orang itu, Marcus tersenyum. Namun bukan senyum menawan, melainkan senyum penuh penghinaan.
“Sebagai alkemis, yang perlu kamu lakukan hanya menyelesaikan eksperimen. Untuk masalah tadi, tentu saja aku akan mendukung keluarga bocah itu. Ya … hanya ketika eksperimen berhasil.” Marcus berkata dengan seringai kejam di wajahnya.
“Anda benar-benar kejam, Sir Marcus.”
“Hehehe … Kejam?” Mata Marcus memicing, membuat orang misterius dalam jubah hitam merinding. “Aku hanya mengingatkan, tidak ada yang gratis di dunia ini. Mengerti?”
Orang itu menunduk sambil menjawab, “Saya mengerti.”
...***...
Tujuh hari setelah Ciel membentuk kontrak jiwa dengan Elena.
Di sebuah laboratorium, Ciel terlihat frustrasi ketika melihat beberapa botol kaca di depannya. Melihat cairan berwarna ungu yang tiba-tiba berubah menjadi hitam, sudut bibir pemuda itu berkedut.
“Sial! Gagal lagi!” seru Ciel sambil mengacak-acak rambutnya.
Seharusnya rumus yang aku buat sudah benar? Apa yang salah? Sial! Aku terlihat seperti professor gadungan yang memaksakan segalanya!
Dengan pengetahuan yang dia dapat dari perpustakaan Kekaisaran, Ciel bisa membuat berbagai macam resep obat. Tentu saja itu berkat kemampuan ‘Eye of The Lord’ miliknya. Namun itu hanya sebuah rumus. Sedangkan untuk membuatnya sendiri … perlu banyak percobaan. Lagipula, dia belum pernah menyentuh alat-alat pembuatan potion sebelumnya.
“Seandainya saja aku memiliki seorang alkemis hebat di bawahku, semuanya pasti lebih mudah.” Ciel mengeluh.
Seorang alkemis atau potion master relative jarang di benua Iblis. Mereka mampu membuat berbagai macam potion seperti potion penyembuhan, penambah mana, dan lainnya. Tidak semua bangsawan mampu merekrut alkemis. Mungkin bisa membesarkannya sendiri, tetapi perlu banyak biaya untuk setiap bahan yang akan digunakan untuk prakteknya.
Mungkin karena masalah biaya, biasanya para bangsawan lebih memilih untuk membeli potion secukupnya. Jika ingin memproduksi potion, mereka lebih suka menyewa seorang potion master. Lagipula, itu lebih meyakinkan daripada membesarkan seorang calon alkemis yang tidak pasti keberhasilannya.
“Aku masih kekurangan banyak bakat di bawahku,” ucap Ciel.
Knock! Knock! Knock!
“Masuk!”
Setelah pintu terbuka, sosok wanita cantik masuk ke laboratorium. Bukan Camellia atau Elena, tetapi malah Isabella.
Empat hari sebelumnya, Ciel sudah menugaskan Camellia dan Elena. Camellia mengurus semua dokumen tentang urusan wilayah. Kecuali dokumen yang sangat penting, gadis itu yang mengurusnya. Elena diberi tugas untuk mengawasi para prajurit lama. Wanita itu juga melatih seratus pemuda cukup menjanjikan yang dipilih oleh Ciel secara pribadi.
“Tuan, budak ini datang untuk melapor.”
“Katakan saja,” ucap Ciel agak tidak sabar.
“Para petani memiliki respon baik untuk ramuan racun tikus,” ucap Isabella sopan.
“Bagus!” Ciel mengangguk.
“Tuan, budak ini tidak memerintah. Namun … bukankah lebih baik anda beristirahat sebentar? Sudah tiga hari anda tidak beristirahat.”
Sebenarnya, dalam tujuh hari ini Ciel benar-benar membuang ‘title’ pemalasnya untuk sementara waktu. Pada dua hari pertama, dia berhasil membuat racun tikus dan membuat cukup banyak di hari ketiga lalu langsung mengirimnya kepada para petani.
Mungkin Ciel merasa agak sombong dan langsung berencana membuat insektisida secepatnya. Namun kenyataan begitu kejam. Dia sudah membagi tugasnya kepada Camellia dan Elena, tetapi dia masih gagal. Bahkan dalam tiga hari terakhir pemuda itu tidak bisa tidur. Dia terus mengutuk rasa sombong dan rasa percaya diri sebelumnya.
Sial! Aku perlu banyak bakat di bawah naunganku!
Aku seorang Pangeran Kekaisaran! Bagaimana aku bisa bekerja bagai kuda seperti ini!
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Fitria Vivin
demi bisa jadi kaum rebahan /Facepalm/
2024-05-19
1
Andry Lenny
ayok yg semangat Ciel....
2023-11-27
0
John Singgih
tapi tetap ada hasilnya kan ?
2022-03-04
1