“Tolong bawa senjata anda, Tuan!”
Mendengar ucapan Camellia, Ciel menoleh ke arahnya dengan senyum lembut di wajahnya.
“Bukankah kita hanya mengunjungi rumah setengah Troll? Bukankah sudah ada sepuluh ksatria?”
“Itu …”
“Kita tidak sedang berada di tempat berbahaya, ok?”
“Tapi … tapi saya pernah mendengar kalau Troll itu cukup brutal, Tuan. Saya …”
Melihat ekspresi khawatir Camellia, Ciel menggeleng ringan. Namun dia juga menuruti kemauan gadis itu. Lagipula, membawa senjata tidaklah terlalu berat.
“Baik. Aku akan membawanya.”
“Terima kasih, Tuan!”
Melihat ekspresi lega di wajah Camellia membuat Ciel sekali lagi menggeleng ringan. Dia menepuk kepala gadis itu lalu mengelusnya. Dia kemudian pergi mengambil pedangnya.
Ciel mengambil lalu memakai sabuk kulit hitam. Setelah itu, barulah dia menggantungkan pedang kesayangannya di sana. Pemuda itu tetap berpakaian santai tanpa armor pelindung, hanya membawa pedang tambahan.
Selesai bersiap, Ciel pun berangkat bersama Camellia dan kepala desa. Sedangkan para ksatria, dia menyuruh mereka tinggal karena mengunjungi Troll sama sekali tidak berbahaya. Berjalan beberapa saat, mereka bertiga akhirnya sampai di depan rumah kayu reyot.
Menurut kepala desa, setengah Troll itu mulai tinggal di desa kurang lebih lima tahun yang lalu. Awalnya banyak orang yang kurang setuju, tetapi kepala desa sebelumnya membiarkan orang itu tinggal karena kasihan. Para penduduk pun setuju, lagipula, dibandingkan orang-orang kota yang tak acuh, mereka masih memiliki rasa empati.
Dikatakan alasan kenapa setengah Troll tidak ikut menyambut kedatangan Ciel karena takut membuatnya jijik. Meski tidak berpikir demikian, pemuda itu memakluminya. Lagi-lagi masalah bangsawan dan rakyat biasa. Hal yang menyebalkan untuk didengar.
Knock! Knock! Knock!
Pintu rumah kayu diketuk oleh kepala desa, tak lama kemudian pintu terbuka dan sosok setinggi 180 cm muncul dari sana. Makhluk itu memiliki wajah mengerikan, kepala botak, dan agak bungkuk. Ciel cukup kaget ketika melihatnya. Troll harusnya lebih tinggi, tetapi karena hanya setengah Troll, ini bisa dimaklumi.
“A-Ada masalah apa anda … memanggil saya, Pak?” tanya setengah Troll dengan suara serak dan parau. Dia terlihat agak bingung dan takut.
“Tidak ada apa-apa, Gru. Perkenalkan, ini adalah Pangeran Luciel. Beliau penasaran dan ingin bertemu denganmu.”
Setengah Troll bernama Gru itu langsung melihat ke arah Ciel. Menyadari kalau pemuda di depannya adalah seorang Pangeran, Gru langsung bersujud.
“S-Senang bertemu dengan anda, Pangeran Luciel.” Gru berkata dengan terbata-bata.
“Bangun.”
Gru bangun dan menatap Ciel dengan ekspresi ragu. Dia terlihat memberanikan diri untuk bertanya, “Apa … Apakah ada yang Pangeran inginkan dari budak ini?”
Mata emas Ciel sedikit bersinar saat menatap Gru. Senyum lembut muncul di wajahnya. Kemudian, pemuda itu menggeleng ringan sambil menjawab, “Aku hanya ingin melihatmu.”
“M-Maafkan budak ini karena tidak bisa menjamu anda, Pangeran.” Gru terlihat menyesal dan pucat.
“Aku tidak mempermasalahkannya,” ucap Ciel santai sambil berjalan mendekati Gru.
“Tolong jangan terlalu mendekat, Tuan! Itu berbahaya,” ucap Camellia yang khawatir.
“Tidak apa-apa. Aku percaya Gru tidak akan menyerang orang tanpa alasan.”
Gru yang melihat pangeran mendekat tampak ragu. Pemuda itu mengamatinya dari dekat sebelum akhirnya berjinjit untuk membisikkan sesuatu. Mendengar bisikan Ciel, mata Gru langsung menyipit, aura ganas dan niat membunuh terpancar dari tubuhnya.
Setengah Troll itu tiba-tiba mengayunkan kepalan tangannya sambil meraung, “MATI!!!”
Sebagai tanggapan, Ciel dengan santai melompat mundur sambil menghindar. Senyum lembut masih terlihat di wajahnya ketika menghindari pukulan Gru. Sebagai gantinya, pemuda itu mengangkat tangan kanan sambil menunjuk Gru dengan jari telunjuk.
“Hellfire.”
Dengan ucapan singkat Ciel, api hitam menyelimuti jarinya. Di depan jari telunjuk, sebuah bola api hitam seukuran bola golf terbentuk. Meski kecil, benda itu membuat suhu di sekitarnya langsung naik beberapa derajat.
Bola api hitam ditembakkan ke arah kepala Gru, tetapi yang mengejutkan, makhluk itu nyaris menghindarinya. Bola api hanya sedikit menyerempet telinga kiri Gru sebelum akhirnya menabrak rumah kayu di belakangnya. Ledakan dahsyat langsung terdengar.
“Tuan!”
“Pangeran Luciel!”
Mendengar seruan dari belakang, Ciel buru-buru berkata, “Kalian mundur!”
Sementara itu, Gru yang melihat rumah kayu miliknya hampir roboh menatap tajam ke arah Ciel sebelum lari ke dalam.
Melihat Gru yang panik, sudut bibir Ciel terangkat. Dia kembali menggunakan bola api hitam untuk menghancurkan rumah kayu itu. Rumah kayu itu pun akhirnya roboh dan terbakar, membuat Gru terkubur di dalamnya.
“P-Pangeran!”
Kepala desa tampak bingung ketika melihat Ciel tiba-tiba menghancurkan rumah dan membunuh Gru. Dari sudut pandangnya, setengah Troll itu sama sekali tidak bersalah. Tiba-tiba memancing emosi dan membunuhnya itu cukup keterlaluan.
“Kalian mundur.”
Sekali lagi Ciel mengatakan hal yang sama. Melihat ke rumah kayu yang runtuh dan terbakar, mata pemuda itu menyipit. Suara ledakan terdengar, puing-puing kayu berterbangan, sosok hitam langsung melompat menjauh dari kobaran api.
Melihat sosok Gru yang baru saja keluar dari kobaran api, ekspresi terkejut terlintas di wajah Camellia dan kepala desa. Wajah dan tubuh setengah troll itu terbakar, penuh luka hampir di sekujur tubuh. Anehnya, Gru itu tampak tak acuh. Ada sebuah busur di tangan kanannya, sementara di tangan kirinya ada sebuah belati.
Di depan mata ketiga orang, Gru menjatuhkan kedua senjata lalu mulai ‘merobek’ kulitnya sendiri. Melalui proses yang menjijikkan itu, tubuh yang berada dalam ‘kostum’ tersebut terungkap. Bukan makhluk mengerikan atau menjijikkan, justru sebaliknya, ada makhluk yang begitu cantik dan elegan.
Rambut hitamnya lurus dan panjang, iris birunya tampak indah bak safir, dan kulitnya putih pucat. Makhluk itu memiliki paras cantik dan tubuh menawan. Yang agak mencolok adalah telinganya yang cukup panjang dan runcing. Melihat wanita cantik di depannya, senyum muncul di wajah Ciel.
“Sebuah kejutan! Ternyata seorang Dark Elf.”
Melihat kalau Dark Elf cantik dengan pakaian ketat serba hitam hanya diam, Ciel kembali berkata, “Apakah Dark Elf cantik ini lupa bagaimana berbicara layaknya perempuan setelah terlalu lama memakai ‘kostum’ setengah Troll?”
Bukannya menjawab pertanyaan Ciel, Dark Elf itu mengambil belati dan busur miliknya. Setelah menyematkan belati di pinggang, dia langsung menarik busurnya. Air mengembun di ujung jarinya. Ketika tali busur ditarik ke belakang, sebuah anak panah es terbentuk dari ketiadaan.
Swoosh!
Anak panah merobek udara ketika lepas dari busurnya. Targetnya adalah … kepala Ciel!
Sebagai tanggapan, Ciel berhenti tersenyum dan menarik pedang dengan kecepatan yang hampir tidak bisa dilihat mata. Pedang itu langsung menghancurkan anak panah es, tetapi sihir es yang terkandung di dalamnya masih menyebar, membuat pemuda itu merasa sedikit kedinginan.
Melihat wanita yang lebih cantik dari Camellia atau Isabella, Ciel mendecakkan lidahnya. Wanita itu memanglah sangat cantik, tetapi semakin cantik wanita memiliki arti semakin berbahaya.
Apakah kamu akan merasakan cinta pada pandangan pertama ketika melihat lelaki tampan atau perempuan cantik? Itu mungkin.
Namun … jika sosok tampan atau cantik tiba-tiba muncul di depanmu dan mencoba membunuhmu, apakah kamu masih akan merasakan cinta dalam pandangan pertama?
Jelas, itu mustahil!
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
AitchAre
kelakukan kayak gini nih, bisa bikin cewek suka sama kita
2023-10-16
0
pengagum 🥀
HITAM 😋
2023-10-03
0
dark elf bukannya kulitnya hitam ya?
2022-09-03
0