Pada saat sarapan, suasana menjadi canggung. Ciel sedang makan dengan ekspresi tak acuh. Namun hatinya merasa tidak nyaman.
Di sebelah kanan, Camellia duduk dan makan seperti biasa. Di sebelah kiri, Elena yang kemarin bertarung dengannya duduk dan makan dengan tenang. Keluarga kepala desa serta kesepuluh ksatria memandangnya dengan curiga.
Aku tidak bersalah, ok? Jangan tatap aku dengan ekspresi seperti itu!
Ciel berseru dalam hati. Dia harusnya merasa senang bisa duduk di antara dua wanita cantik. Namun pemuda itu malah merasa aneh dan kurang nyaman. Belum lagi pandangan takjub para ksatria dan keluarga kepa desa, itu membuatnya semakin tidak nyaman.
Selesai makan, Ciel dan rombongan beristirahat sebentar. Kira-kira pukul delapan pagi, mereka akhirnya memulai perjalanan kembali menuju ke Kota Black Lily. Pada saat mereka melewati jalan desa, para warga menyambut mereka dengan ramah. Anak-anak kecil melambaikan tangan mereka, mengirim mereka pergi dengan suasana ceria.
“Melihat senyum orang-orang itu … tidak buruk juga,” gumam Ciel yang memandang ke luar jendela.
“Anda terlalu lembut, Tuan.”
“…” Elena hanya memandang Ciel dengan tatapan rumit.
Melihat Camellia dan Elena, Ciel tersenyum.
...***...
Pada hari berikutnya saat matahari telah lurus di atas kepala, Ciel dan rombongan akhirnya sampai di Kastil Black Lily.
Pintu gerbong kereta terbuka, sosok Ciel yang ‘loyo’ turun dari sana. Dalam perjalanan, tidak ada sesuatu yang spesial, tidak ada pemandangan menarik, semua sepi dan tenang. Pemuda itu benar-benar bosan sampai mati.
Ini cara bermalas-malasan yang tidak efisien! Tidak ada buku menarik! Tidak ada makanan lezat! Ini sangat monoton!
Melihat ke arah bangunan utama kastil, Ciel berkata, “Akhirnya pulang.”
“Pulang,” gumam Elena yang baru saja turun dari kereta kuda.
Entah kenapa wanita itu tiba-tiba mengingat keluarganya. Dia tiba-tiba merasakan tangan yang menepuk pundaknya, menyadarkannya dari lamunan. Elena melihat ke arah Ciel yang tersenyum lembut.
“Mulai sekarang, ini akan menjadi rumahmu juga, Elena.”
Elena langsung terkejut. Dia kemudian menoleh, Camellia yang berada di sampingnya mengangguk. Meski terlihat dingin, jelas gadis itu juga menerimanya.
Lima tahun!
Sudah lima tahun dia bersembunyi di gubuk kayu. Melewati dinginnya setiap malam hanya untuk membalas dendam.
Pandangan Elena tiba-tiba menjadi agak kabur. Tanpa dia sadari, air mata hangat mengalir dari manik lalu membasahi pipinya. Ciel yang melihat itu buru-buru menyeka air mata dan mencoba menghiburnya.
“Apakah kamu tidak apa-apa, Elena?” tanya Ciel.
“Saya tidak apa-apa, Tuan. Hanya terkena debu,” jawab Elena dengan nada tak acuh.
Siapa yang akan percaya itu!
Ciel berseru dalam hati, tetapi penampilan dingin masih terpatri di wajahnya. Melihat kalau Elena sudah kembali tenang, dia berkata, “Mari masuk.”
Masuk ke dalam bangunan utama, lebih tepatnya ketika melewati lorong, para pelayan cantik membungkuk sopan untuk menyambut kedatangan Ciel.
“Selamat datang di rumah, Tuan!”
Di antara para pelayan, sosok Succubus cantik datang mendekati ketiganya. Jika dibandingkan, meski parasnya kalah dengan Elena, tubuhnya memang terlihat sedikit lebih baik. Wanita itu tentu saja adalah Isabella.
Isabella membungkuk tepat di depan Ciel sebelum berkata, “Senang melihat anda kembali tanpa luka, Tuan. Apakah anda lelah? Bagaimana jika budak ini menyiapkan air untuk mandi? Atau anda ingin disiapkan teh serta beberapa camilan?”
Melihat Isabella yang mencoba dengan berani di depannya, Ciel agak tergoda. Namun sebelum pikirannya melayang entah kemana, dia merasakan dingin di punggungnya. Sudah jelas, kedua wanita di belakangnya menatap pemuda itu dengan ekspresi dingin.
Uhuk! Uhuk!
Berpura-pura terbatuk, Ciel berkata, “Tolong siapkan saja makan siang, kami belum sempat makan siang. Setelah istirahat sebentar, aku akan turun untuk makan.”
“Anda lelah, Tuan? Bagaimana kalau budak ini memberikan sebuah pijatan untuk menghilangkan letih anda?” tanya Isabella sopan.
“Tidak perlu. Aku akan beristirahat sendiri.”
“Sesuai keinginan anda, Tuan.”
Setelah mengucapkan itu, Isabella membungkuk sopan sebelum mundur. Usai Ciel, Camellia, dan Elena lewat, barulah para pelayan bubar dan memulai kembali pekerjaan mereka.
“Kelihatannya Isabella benar-benar merindukan anda, Tuan?” ucap Camellia.
“Huuh …” Ciel menghela napas panjang. “Mereka hanya sedikit terlalu antusias karena menyambut pemilik kastil yang baru. Setelah beberapa hari, semua pasti berjalan normal.”
“Benarkah demikian?”
“Sudahlah. Kalian beristirahat terlebih dahulu, pelayan akan memanggil kalian setelah hidangan siap.” Ciel hendak pergi menuju ke ruangannya tetapi berhenti. “Ngomong-ngomong … Elena akan tinggal di sebelahmu. Jadi tolong tunjukkan jalannya, Camellia.”
“Baik, Tuan!”
“…”
Camellia dan Elena membungkuk sopan.
Setelah makan dan beristirahat di siang hari, pada sore hari Ciel memanggil Camellia dan Elena. Kedua wanita itu diajak pergi ke sebuah ruangan kosong dekat dengan ruang kerja Ciel. Untuk masuk ke ruangan itu, harus melalui cara khusus yaitu rak buku dalam ruang kerja. Tentu saja, Ciel menerima semua informasi dari kepala pelayan, Isabella.
Kelihatannya ruangan itu biasanya digunakan untuk bermeditasi atau melakukan latihan sihir oleh Marquis sebelumnya. Benar-benar bersih dan kosong. Pada saat itu, kedua wanita melihatnya dengan ekspresi penuh tanda tanya, jadi Ciel segera menjelaskan.
“Kita akan memulai ritualnya di sini.”
Setelah mengatakan itu, Ciel membuka bungkusan kain yang dia bawa. Di sana ada berbagai jenis benda aneh dari tanaman, bebatuan kristal, bahkan darah.
“Camellia, kamu tunggu di ruang kerja. Jangan izinkan satu orang pun masuk sebelum upacara selesai.”
“Sesuai perintah anda, Tuan.”
Setelah melihat Camellia keluar, Ciel segera memulai tugasnya. Dia membuat lingkaran besar dengan kuas dan darah. Pemuda itu kemudian membuat hexagram di tengah serta berbagai rune rumit di sekeliling lingkaran dan garis hexagram. Terakhir, Ciel meletakkan enam item berbeda di setiap ujung hexagram.
Persiapan selesai!
Setiap ritual memiliki cara tersendiri tergantung orangnya. Khususnya sebuah ritual kontrak jiwa. Tidak seperti kontrak budak yang langsung bisa dilakukan hanya dengan darah Tuan, kontrak jiwa lebih menuntut. Ritual memerlukan beberapa item berbeda tergantung Tuan yang membuatnya. Semakin kuat lingkaran sihir, semakin kuat kontrak yang dibuat.
Jadi, setiap kontrak jiwa memiliki lingkaran sihir yang berbeda dan cara berbeda tergantung pembuatnya. Juga, setiap orang memiliki sigil (tanda atau simbol sihir) berbeda.
“Tuan ... ini?” tanya Elena dengan ragu.
“Tenang. Kamu duduk di tengah lingkaran,” ucap Ciel.
“Baik.”
Melihat Elena yang duduk di tengah lingkaran sihir, Ciel mengangguk. Tanpa basa-basi, pemuda itu langsung menarik belati dan melukai jari telunjuknya sendiri. Cairan merah langsung menetes di lantai.
Ciel langsung mendekati Elena lalu sedikit membuka pakaian atas wanita itu. Dark Elf cantik sedikit terkejut tetapi akhirnya diam karena pemuda di depannya sama sekali tidak membuka seluruh pakaiannya. Hanya membuat sebuah ruang di area bawah lehernya. Ciel mengoleskan darahnya di bawah leher sebelum melangkah mundur, keluar dari lingkaran.
“Elena, apakah kamu setuju untuk menjadi milikku? Selalu mengikutiku sampai kematianmu dan tidak pernah mengkhianatiku?” tanya Ciel yang berdiri di luar lingkaran.
“Saya … saya bersedia!”
Setelah mengucapkan itu, tanda darah di bawah leher Elena tiba-tiba berubah menjadi sebuah simbol mata vertikal. Lingkaran sihir dan rune yang terbuat dari darah menyala. Di bawah tatapan takjub Elena, darah dalam lingkaran sihir terbagi menjadi enam dan merangkak menuju keenam item.
Setelah beberapa saat, keenam item tersebut melebur. Sebagai gantinya, enam ular berwarna merah dengan tanduk ada di tempat keenam item. Ular itu langsung merayap ke arah Elena. Wanita itu sebenarnya ketakutan, tetapi karena pengekangan simbol mata vertikal di bawah lehernya, dia tidak bisa bergerak.
Keenam ular itu merayap melalu tubuh Elena. Mereka membuka mulut lalu menggigit simbol di bawah leher wanita itu bersamaan. Rasa sakit menyerang, tapi Elena tidak bisa berteriak. Dalam pandangan takut wanita itu, keenam ular itu ‘masuk’ ke dalam simbol mata vertikal. Jeda beberapa saat, perubahan terjadi, enam sayap muncul pada simbol. Tiga di kiri, tiga di kanan. Sebuah sigil mata vertikal dengan enam sayap dibuat.
Ritual akhirnya selesai!
>> Bersambung!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
IG: _anipri
wah, Elena udah jadi milik Ciel dong
2022-12-23
0
John Singgih
ritualnya sudah selesai dan elena resmi menjadi budaknya ciel
2022-03-03
0
ed Nupra
bertambah 1..
official number 3
2022-01-04
0