Knock! Knock! Knock!
Ciel yang sedang berbicara dengan Elena dikejutkan oleh ketukan pintu.
“Ini saya, Tuan.”
“Masuk,” ucap Ciel.
Pintu kamar terbuka, sosok Camellia yang membawa semangkuk bubur masuk ke dalam kamar. Wanita itu melihat ke arah Ciel dan Elena kemudian menghela napas panjang. Dia terlihat lega karena sesuatu.
Sementara Camellia mengamati keduanya, Elena juga melihat ke arah Camellia. Dark Elf itu sedikit terkejut sebelum bergumam, “Dhampir …”
“Hmmm???” Ciel memiringkan kepalanya. “Apakah ada yang salah dengan itu?”
“Tidak. Saya hanya sedikit terkejut.”
Elena menggeleng ringan. Wanita itu melihat ke arah Camellia. Saat bertemu pertama kali, dia tidak menyadari kalau gadis itu adalah seorang Dhampir karena terlalu fokus pada Ciel.
“Terkejut kalau seorang Pangeran memilih Dhampir sebagai seorang pelayan?” tanya Ciel dengan senyum di wajahnya.
Camellia yang melihat keraguan di mata Elena mendengkus dingin.
“Jangan menyamakan Tuan dengan para bangsawan lain. Tuan adalah orang yang penuh kasih sayang dan toleran.” Camellia langsung memuji Ciel, membuat pemuda itu agak malu.
“Penuh kasih sayang …” gumam Elena sambil menatap Ciel dengan ekspresi rumit.
“Wanita picik, apa yang kamu pikirkan? Tuan tidak mungkin melakukan hal semacam itu kepadamu!” seru Camellia. Gadis itu kelihatan benar-benar marah. “Aku yang telah mencuci tubuh serta mengganti pakaianmu. Tuan menyelamatkan dan mengobatimu, jangan terlalu berimajinasi!”
Mendengar ucapan Camellia yang lugas, Elena memalingkan wajahnya. Rona merah muncul di pipinya. Dia terlihat malu.
Melihat ekspresi Elena, Camellia kembali berkata, “Bahkan jika kamu seorang Dark Elf cantik, Tuan adalah sosok yang baik. Tuanku … tidak akan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!”
Setelah penegasan Camellia, Elena tampak takjub. Wanita itu melihat pelayan Dhampir yang berkata tulus lalu melihat ke arah Ciel. Dia memandang Pangeran dengan ekspresi penuh terima kasih.
Sementara itu, Ciel yang dipuji oleh Camellia merasa malu. Dia merasa kalau si Dhampir terlalu fanatik. Pemuda itu bingung harus menangis atau tertawa.
Camellia … aku tidak sebaik itu, ok? Aku memang ‘sedikit’ mengambil kesempatan. Pada saat menggendong Elena kembali, aku ‘tidak sengaja’ menyentuh beberapa tempat. Itu normal, ok? Aku adalah lelaki sehat dan bukan seorang kasim!
Ciel mengeluh dalam hatinya. Dia benar-benar tidak berdaya, Camellia terlalu memujanya. Terkadang pemuda itu bingung, dia adalah seorang iblis, tetapi kenapa gadis itu memujinya seolah dia adalah utusan cahaya.
Uhuk! Uhuk!
Berputa-pura terbatuk, Ciel segera berkata, “Karena belum yakin untuk melepaskannya, Elena tidak mungkin makan sendiri. Biarkan aku menyuapinya sebelum buburnya menjadi dingin.”
“Hehehe … jadi namamu Elena,” ucap Camellia sambil menatap Dark Elf yang diborgol itu. “Kelihatannya Tuan ‘menghargai’ dirimu.”
Entah kenapa, saat Camellia menekan kata ‘menghargai’, bulu kuduk Ciel berdiri. Dia menoleh ke kiri dan kanan. Pemuda itu menatap jendela yang tertutup, merasa bingung.
Aku seorang Iblis tingkat tinggi, benar-benar merinding karena sesuatu yang tidak jelas?
“Anda telah melakukan banyak pekerjaan, Tuan. Biarkan hamba ini yang menyuapi Elena.”
Camellia? Kamu pelayanku, kan? Kenapa aku merasa ada ancaman dalam kalimat itu? Dan apa-apaan tatapan itu?
Ciel merasa agak canggung. Dia kembali berpura-pura terbatuk sebelum berkata, “Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu, Camellia.”
“Sebuah kehormatan bagi hamba ini agar bisa membantu anda, Tuan.”
Melihat ke arah kedua wanita itu, Ciel tersenyum pahit. Dia segera berdiri lalu pamit, pergi dengan secangkir kopi di tangannya.
...***...
Setelah Ciel keluar beberapa waktu, ruangan sunyi. Kedua wanita itu saling memandang.
“Kamu … cemburu?” gumam Elena.
Wajah Camellia tiba-tiba menjadi merah. Dia memelototi Elena sebelum berkata, “Tidak mungkin! Aku adalah pelayan Pangeran Ciel, aku tidak cemburu!”
“Semakin menyangkalnya … kamu semakin terlihat,” ucap Elena dengan nada tak acuh.
“Itu bukan urusanmu,” gumam Camellia. “Bangun. Aku akan menyuapimu.”
Elena menatap Camellia dengan ekspresi kosong sebelum menghela napas panjang. Dia kemudian bertanya, “Apakah menurutmu aku bisa bangun dengan kondisi seperti ini?”
Melihat kedua tangan dan kaki Elena yang diborgol, Camellia merenung. Meski cukup berbahaya, seharusnya tidak perlu memborgol kedua tangan dan kaki terlalu ketat. Diam-diam gadis itu berpikir.
Apakah Tuan tipe seperti itu? Tipe S?
“Apa yang sedang kamu lamunkan?”
Pertanyaan Elena membangunkan Camellia dari lamunannya. Gadis itu segera menaruh bubur di meja dekat tempat tidur. Dia kemudian membantu Elena duduk dan mulai menyuapinya. Tanpa terasa, waktu berlalu dan seluruh bubur di mangkuk habis.
“Namamu Camellia, kan?” tanya Elena dengan nada tak acuh.
“Iya.” Camellia mengangguk.
“Kamu tidak berpikir untuk mencoba ‘bersama’ dengan Pangeran Luciel, kan?”
Mendengar pertanyaan itu membuat Camellia merasa disiram dengan air dingin. Gadis itu mulai menyadari kenyataan. Dirinya hanyalah seorang budak dan tidak terlahir di keluarga mulia. Terlebih lagi, dirinya adalah seorang Dhampir.
Camellia tidak pernah berpikir untuk menikah dan menjadi istri Ciel. Namun, dia sesekali berharap dirinya bisa menjadi selir Tuan yang dia cintai. Hanya saja, itu tidak mungkin. Royal Family tidak mungkin mengizinkan Pangeran memiliki selir seorang Dhampir, iblis berdarah tidak murni.
Mata Camellia terlihat suram. Dengan senyum pahit di wajahnya, dia bergumam, “Tanpa kamu ingatkan, aku sudah memahaminya.”
...***...
Kembali ke ruangannya sendiri, Ciel duduk pada kursi kayu di dekat jendela. Memandang langit penuh bintang di luar jendela, pemuda itu menghela napas panjang.
Wanita itu benar-benar mengerikan!
Ciel berseru dalam hati. Dia tiba-tiba teringat ayahnya, sang Kaisar. Orang itu kuat dan sangat berwibawa di depan seluruh pasukan dan rakyat. Namun orang itu tidak egois, masih menerima masukan dari ketiga istrinya.
Mungkinkah ayah takut? Tidak ... tidak … tidak. Daripada takut, lebih tepat kalau aku menyebutnya ‘menghargai’.
Memikirkan itu, Ciel mengangguk dengan ekspresi puas. Karena Camellia adalah salah satu orang kepercayaannya, pemuda itu merasa kalau dirinya cukup ‘menghargai’ si gadis Dhampir.
Benar! Tidak mungkin aku takut! Camellia baru level 2 dan bahkan belum menjadi iblis tingkat menengah. Aku, seorang iblis tingkat tinggi tidak mungkin takut. Hahaha!
Ciel terlihat senang. Dia kemudian memikirkan Elena. Wanita Dark Elf yang cantik, memiliki tubuh baik, dan suaranya merdu. Namun yang paling pemuda itu ingat adalah bakat bawaannya yang kuat, Frost Heart!
“Bahkan Hellfire di level yang sama bisa dipadamkan,” gumam Ciel.
Setelah merenungkan sesuatu, Ciel mengingat sihir es yang disebut ‘Cocytus Ice’. Seperti namanya, sihir es itu juga adalah sihir iblis kuat yang berani memakai nama neraka. Mampu mensummon es yang menyaingi api hitamnya, bakat itu tidak sederhana.
“Akan lebih baik kalau dia mau mengikat kontrak jiwa.” Ciel sekali lagi bergumam.
Memejamkan matanya, pemuda itu mulai berpikir keras. Jika dia menerima Elena, dirinya akan menjadi musuh dari keluarga Blackscar, salah satu Count di bawah Marquis Fergus. Keluarga Fergus sendiri cukup terkenal di wilayah West Duchy, bahkan lebih kuat dari 3 Marquis lainnya.
Keluarga Bathory di selatan … Keluarga Fergus di barat. Belum lagi, Permaisuri pertama kelihatannya tidak menyukaiku. Emmm … aku tidak akan membuat seluruh Kekaisaran menjadi musuhku, kan?
Sial! Hidup ini berat! Ada musuh di segala arah. Dunia telah menjadi gila!
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Nogo Boy
baru tau loe klo dunia itu gila?😁
2025-01-17
0
F_Zaida_C
selamat anda telah mengetahui kalau dunia itu memang gila🤗🤗
2023-11-14
0
F_Zaida_C
loh"!! gelap anying🗿
2023-11-14
2