Satu minggu kemudian.
Ciel menggeleng ringan ketika melihat banyak prajurit yang berbaris dan membungkuk kepadanya. Dia kemudian tersenyum lembut sebelum bertanya.
“Apakah kalian benar-benar berpikir kalau latihan semacam ini tidak berguna?”
Alasan para prajurit berkumpul disebabkan latihan yang diberikan oleh Ciel. Dihasut oleh lelaki paruh baya bernama Kun, mereka menganggap kalau latihan semacam ini hanya membuang waktu dan tidak efisien.
Pak tua Kun menjawab dengan sopan. “Maafkan kekasaran kami, Tuan. Namun budak tua ini pikir, mempelajari hal semacam itu tidak berguna dan tidak praktis di medan pertempuran.”
“Hou … jadi begitu.” Ciel mengangguk ringan. “Kalau begitu, bagaimana kalau kita bertaruh?”
“Budak tua ini tidak mengerti yang diucapkan Tuan.” Pak tua Kun membalas sopan.
“Mari kita bertarung.”
Mendengar jawaban Ciel yang tegas dan sederhana membuat semua orang terkejut. Pak tua Kun buru-buru menjawab, “Budak tua ini tidak berani, Tuan.”
“Kamu takut melukaiku dan aku akan membungkammu, kan?”
Ciel melihat pria tua itu tampak ragu untuk menjawab. Dia malah tersenyum.
“Tenang! Aku bersumpah tidak akan melakukan hal semacam itu. Meski aku terkenal tidak berguna, aku bukanlah orang yang pernah mengingkari perkataannya.”
“Benarkah itu, Tuan?” Pak tua Kun menatap Ciel dengan hati-hati.
“Semua prajurit di sini bisa menjadi saksinya.”
“Budak tua ini masih ragu, Tuan. Lagipula, pedang tidak memiliki mata, jika ada kecelakaan …”
“Aku bisa menjaga diriku sendiri,” ucap Ciel dengan senyum lembut di wajahnya.
Pak tua Kun melihat Ciel dengan tatapan dalam. Seolah memikirkan sesuatu, dia akhirnya menjawab, “Sesuai keinginanmu, Tuan.”
“Apakah kamu membutuhkan sesuatu yang lain? Jika tidak, bagaimana kalau pergi ke arena latihan sekarang?”
“Baik.” Pak tua Kun mengangguk sopan.
Beberapa saat kemudian, terlihat Ciel dan Pak tua Kun berdiri saling berhadapan di arena latihan. Selain itu, Ciel telah mengganti pakaiannya dengan peralatan standar yang digunakan untuk latihan. Itu sebagai pencegah agar tidak ada yang menganggapnya curang.
Pemuda ras iblis yang tampak biasa saja bernama Ron akan menjadi wasit. Daripada orang yang terlihat mencolok, sosok biasa sepertinya lebih cocok untuk pekerjaan itu. Kelihatan tidak memihak salah satu sisi.
“Apakah kamu siap?”
“Budak tua ini telah siap, Tuan.” Pak tua Kun mengangguk dengan ekspresi serius.
“Kalau begitu, silahkan memberi aba-aba, Ron.”
Mendengar namanya dipanggil, pemuda biasa seperti Ron tampak panik. Mencoba menenangkan diri, dia berseru, “MULAI!”
Mendengar seruan Ron, Ciel tampak tidak terburu-buru. Dia memegang pedang kayu dengan kedua tangan, berdiri dengan kuda-kuda yang mantap. Sementara itu, Pak tua Kun langsung melesat ke depan untuk menyerang Ciel, berpikir untuk segera menyelesaikannya.
Sebagai tanggapan, Ciel melakukan gerakan menebas vertikal dengan santai. Pak tua Kun mencibir, menghindari tebasan dengan gerakan gesitnya. Dia memutar tubuh ke samping sebelum mengayunkan pedang kayu ke arah leher Ciel.
Suara tabrakan pedang kayu terdengar. Masih berdiri mantap di tempatnya, Ciel menggunakan gerakan menangkis dan berhasil menahan serangan Pak tua Kun. Ekspresi tak acuh terlihat di wajah Ciel, membuat lelaki tua itu menyipitkan matanya.
Pak tua Kun segera mundur, mencoba menjaga jarak dengan Ciel. Melihat kalau sang Pangeran tampak cuek, dia mengerutkan kening. Tatapan tidak menyenangkan terlihat di matanya.
“Kelihatannya rumor tentang anda benar-benar salah, Tuan.”
“Hehehe … kamu terlalu memujiku.” Ciel sedikit mengangkat sudut bibirnya, tetapi pandangannya jelas masih tak acuh.
“Bolehkah budak tua ini menanyakan sesuatu, Tuan?”
“Silahkan.”
“Dalam pertarungan yang sebenarnya, bukan hanya teknik yang dibutuhkan. Bagaimana cara menggunakan spiritual energi juga sangat penting.”
Hmmm? Apakah lelaki tua itu menghasutku untuk menggunakan spiritual energi?
Ciel mengangkat alisnya, tampak tidak senang. Spiritual energi, energi yang dikumpulkan dalam tubuh dan biasa digunakan oleh para ksatria, assassin, serta para petarung yang tidak bisa menggunakan sihir atau memiliki bakat buruk dalam sihir. Hal itu mirip dengan ‘Qi’ atau ‘Qigong’ dalam kehidupan Ciel sebelumnya.
Ada dua jenis energi dasar yang digunakan para petarung di dunia ini. Pertama adalah spiritual energi, itu energi yang terpusat di jantung. Sementara terakhir adalah mana energi yang biasanya terpusat di otak. Tentu saja, kedua energi memiliki sifatnya sendiri.
Spiritual energi biasanya digunakan untuk memperkuat tubuh ketika bertarung. Kekuatan, kecepatan, atau pertahan biasanya bisa ditingkatkan untuk sementara waktu. Selain itu, para ahli bisa memadatkan energi untuk melapisi pedang, tombak, anak panah, dan senjata lainnya.
Penggunaan mana energi sendiri lebih luas. Biasanya mana digunakan untuk ‘bahan bakar’ sihir. Jenis energi itu bisa diubah menjadi sebuah sihir elemental seperti api, air, tanah, angin, dan semacamnya. Tentu saja ada beberapa sihir unik, tetapi itu hanya minoritas.
Menggunakan spiritual energi atau mana energi untuk bertarung, bisa dikatakan pertarungan itu akan menjadi serius. Kegagalan mengendalikan energi bisa melukai diri sendiri atau lawan latihan. Menyadari itu, Ciel mencibir dalam hati.
Orang tua itu mulai menunjukkan taringnya. Mencoba melukaiku, kah? Mari kita lihat apakah kamu bisa melakukannya.
Pikir Ciel ketika melihat Pak tua Kun dengan senyum di wajahnya. Dia tampak tidak terlalu peduli sebelum berkata, “Kalau begitu kita akan latihan spar menggunakan spirit energi.”
“Budak tua ini tidak berani, Tuan! Hal semacam itu berbahaya untuk keselamatan anda.”
Cih! Terus saja bertingkah.
Ciel mencibir dalam hati. Namun dalam kenyataan, dia masih tersenyum lembut.
“Tenang, aku sama sekali tidak menyalahkanmu. Mungkin ini akan menjadi pengalaman yang baik untukku. Lagipula, aku biasanya terlalu santai di Istana Kekaisaran. Tidak memiliki banyak pengalaman.”
“K-Kalau itu yang anda perintahkan, budak tua ini tidak berani menolak. Jadi tolong maafkan kekasaran budak tua ini, Tuan!”
“Baik!” Ciel menatap ke arah Ron sebelum mengangguk ringan.
“MULAI!”
Kali ini Pak tua Kun tidak langsung bergerak. Dia memperkuat tubuh dengan spiritual energi. Tak hanya itu, lapisan cahaya putih menyelimuti pedang kayu di tangan lelaki itu itu. Melihat kalau Ciel masih berdiri tak acuh, dia mengutuk dalam hati.
Bocah sombong, mati untukku!
Pak tua Kun langsung melesat ke arah Ciel. Gerakan zig-zag dan ayunan pedang tak beraturan membuat serangannya sulit diprediksi sebagian orang.
Tentu saja Ciel bisa melihat pergerakan lelaki tua itu. Dengan senyum di wajahnya, pemuda itu memusatkan sedikit spiritual energi pada kaki. Saat serangan datang, dia dengan santai mengambil langkah mundur sambil memiringkan kepalanya. Gerakannya terlihat santai, tetapi sangat cepat. Hal itu membuat para penonton tercengang.
‘Bagaimana Tuan bisa menghindari serangan seperti itu dengan mudah?’
Sekarang para prajurit memikirkan pertanyaan itu dalam benak mereka. Sementara itu, Pak tua Kun tampak kesal. Dia terus maju dan bergerak dengan tangkas. Lelaki tua itu terus menyerang Ciel, tetapi hasilnya masih sama. Pangeran itu menghindar dengan santai. Bahkan senyum masih terlihat di wajahnya.
Melihat senyum itu, Pak tua Kun merasa diejek dan marah. Dia terus berjuang keras dan mulai kehilangan ketenangannya. Saat melihat Ciel sedikit kehilangan keseimbangan, dia memfokuskan seluruh energi di pedang dan mencoba menusuk tepat di jantung. Lelaki tua itu berteriak gila.
“Mati untukku, Bocah tidak berguna!!!”
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments
Deputy_10
hohoho... terbukalah kedoknya
2022-07-15
2
John Singgih
kayaknya pak tua Kun ini orang selundupan untuk membunuh Ciel, entah dari pihak musuh yang mana...
2022-03-03
6
Naufal Hakim
lanjut thor
2021-12-21
0