Setelah sampai di hotel yang sudah di pesan Xavier melangkah menuju kamar yang berada paling atas dan merupakan kamar VVIP.
Xavier memasuki kamar dan di ikuti oleh sekretaris Ben yang mengekor di belakang nya.
'Segera beritahu Gerald untuk menandatangani kontrak nya, dan saya tidak mau tau mendengar alasan apapun Ben!" perintah Xavier
'Baik tuan muda" sekretaris Ben pamit undur diri
Xavier menjatuhkan tubuh nya di atas ranjang yang berukuran besar.
Dengan memejamkan kedua bola mata nya Xavier mulai berkelana dengan berbagai banyak pikiran.
Xavier mendesah pelan saat mengingat setiap apa yang terjadi dalam hidupnya.
Tok.. Tok.. Tok..
Xavier membuka pintu kamar nya dan menatap pria ber jas hitam dengan seorang perempuan yang terlihat masih muda.
'Ada apa?" Xavier bertanya dengan nada dingin
'Saya pemilik hotel ini tuan Xavier, saya membawa orang yang bisa memuaskan tuan Xavier" ucap pemilik hotel dengan senyum penuh kebanggaannya
Pemilik hotel berpikir bahwa Xavier salah satu pria yang suka bermain dengan para wanita hingga dengan bangga nya dia membawa salah satu perempuan panggilan.
'Dia masih Original tuan" tambah nya lagi dengan senyum menyeringai
Xavier menatap pemilik hotel itu dengan tatapan menyeringai serta senyuman yang apabila ada yang melihatnya maka akan ketakutan setengah mati.
'Baiklah, suruh dia masuk" Xavier tersenyum iblis melihat pemilik hotel tersenyum puas tanpa tau apa yang akan terjadi kedepannya
'Puaskan tuan muda ini, dia adalah pengusaha terkenal meskipun kamu tidak bisa berbahasa asing lakukan saja tugas mu dengan lancar agar dia terpuaskan" bisik pemilik hotel kepada perempuan muda itu
Sedangkan perempuan muda itu hanya mengangguk mengiyakan karna apabila di melawan maka dia akan mendapat sebuah hukuman.
'Selamat menikmati tuan Xavier, dan semoga suka dengan pelayanan hotel kamu, saya permisi tuan" pamit pelayan hotel
Xavier membiarkan perempuan muda itu masuk ke dalam kamarnya dan meneliti penampilan perempuan muda itu.
Xavier tidak memungkiri dengan apa yang di katakan oleh orang-orang, memang benar bahwa perempuan Asia sangatlah cantik dengan wajah kemayu dan warna kulit yang menurut Xavier lumayan menggoda.
'Siapa nama mu?" Xavier bertanya menggunakan bahasa inggris
'Nama saya Tiara tuan" jawab Tiara berbahasa inggris juga
'Usia mu berapa? Kelihatan nya kamu masih cukup muda?" Xavier kembali bertanya
'Usia saya baru 20 tahun tuan" jawab Tiara gugup
Dalam hati Tiara mengumpat karna sebenarnya dia bukanlah seorang wanita bayaran melainkan salah satu OB di hotel itu, dia terpaksa mengikuti kemauan pemilik hotel karna ancaman yang bisa membuat keluarganya menderita.
'Saya mohon tuan jangan lakukan apapun pada saya hiks.. hiks.. Saya di paksa oleh pemilik hotel ini hiks.. hiks.." isak tangis keluar dari mulut Tiara
Xavier mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang Tiara ucapkan.
Xavier tersadar bahwa sekretaris Ben sudah siaga dengan memberikan nya sebuah alat penerjemahan bahasa apapun, dengan cepat Xavier memasang nya di telinga kiri nya.
'Apa yang kamu ucapkan?" Xavier bertanya dengan raut wajah datar
'Saya tidak begitu lancar berbahasa inggris tuan hiks.. Saya mohon jangan melakukan hal terlarang itu pada saya hiks.. Saya terpaksa mengikuti perintah nya tuan apabila saya menolak maka keluarga saya akan di bunuh hiks.. hiks.." isaknya sesengukan dan bersujud di kaki Xavier
Xavier sekarang paham, perempuan muda di depannya tengah di ancam oleh pemilik hotel.
'Bangunlah, saya tidak akan melakukan apa pun padamu, saya akan melepaskan mu" Xavier melangkah menuju sofa yang berada di kamar itu
'Kemarilah" ajak Xavier
Tiara yang sedikit paham berbahasa Inggris pu mengangguk dan mendekat ke arah Xavier.
'Pergilah dan bawa ini" Xavier memberikan sebuah Cek pada Tiara
Tiara menerima cek itu dengan tangan bergetar, matanya terbelalak saat melihat angka nominal yang tertera di cek itu.
'Tuan saya tidak bisa menerimanya" cicit Tiara
'Kenapa?" tanya Xavier kembali
Baginya semua wanita sama saja, suka pada uangnya saja.
'Karna saya tidak memuaskan tuan dan saya tidak berhak" ucap Tiara takut
'Apa kamu berniat untuk memuaskan saya?!" Xavier bertanya dengan nada mencemooh
'TIDAK!" Tiara tidak sadar membentak Xavier
'Maafkan saya tuan, saya tidak bermaksud membentak tuan, tolong maafkan saya" Tiara memohon ampun kepada Xavier yang kini menatap nya tajam
'Pergilah sebelum saya berubah pikiran!" perintah Xavier
Tiara mengangguk dan buru-buru pergi dengan cek yang berjumlah 70 juta.
Sekarang Xavier tidak mood untuk melakukan apapun, dia mulai berpikir tentang Negara yang taat akan hukum ini dengan norma-norma yang berlaku tarnyata banyak menyimpan rahasia juga khusus nya dunia bisnis.
Xavier bisa saja dengan mudahnya menjatuhkan citra hotel ini tapi dia tidak mau berhadapan dengan hukum yang berlaku, lagi pula dalam dunia bisnis banyak yang melakukan hal itu.
Xavier meraih ponselnya dan menghubungi sekretaris sekaligus sebagai asisten pribadinya.
'Apa sudah mencari tempat yang cocok untuk melakukan tandatangan kontrak itu?" Xavier bertanya serius
'Baiklah" sambung Xavier kembali seteleh mendapat jawaban yang cukup memuaskan untuk nya
Xavier menuju kamar mandi dan membersihkan tubuh nya yang terasa lengket, setelah itu beranjak pergi munuju pintu dan membuka nya yang ternyata sekretaris Ben sudah menunggu dengan setelan rapi.
'Mari tuan" Ben berjalan di depan Xavier untuk memberi jalan
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah restoran berbintang.
Xavier berjalan menuju pengawal yang merupakan pengawal dari Gerald yang kini sudah menunggu di rungan khusus.
Ceklek...
Xavier menatap tajam Gerald yang kini tersenyum menggoda padanya, entah kenapa Xavier ingin sekali membogem wajah tampan Gerald tapi tentu saja wajahnya yang paling tampan.
'Cepat tanda tangan!" Xavier menyerahkan kertas berupa kontrak kerja sama karena tidak mau membuang-buang waktu
'Woooo... Woooo.. Santai Xavier, kenapa kita tidak berbincang-bincang dulu" Gerald masih berusaha menggoda Xavier yang kini menatap nya tajam
'Aku tidak mau membuang-buang waktu, segeralah tandatangani kontrak itu" Xavier masih kesal dengan sahabatnya itu
'Ckk, kamu sangatlah tidak santai, Pantas saja belum menemukan pasangan mu" ejek Gerald
Gerald sengaja mengatakan itu untuk membuat sahabat nya terpancing.
'Jangan berbelit-belit Gerald! Tinggal tanda tangan!" Xavier mulai meninggikan suaranya
Gerald merasa situasi yang tidak tepat buru-buru menandatangani kontrak kerja sama.
'Mengapa terburu-buru sekali Xavier?" Gerald membuka obrolan setelah mereka terdiam cukup lama
'Aku hanya ingin memberikan hadiah untuk Emillya" terang Xavier
'Ahh... aku paham sekarang, kamu ingin memberikan hadiah itu untuk nona manja?" kekeh Gerald mengingat Emillya yang menurutnya manja
'Dia akan marah saat mendengar ucapan mu Gerald" Xavier juga ikut terkekeh
Gerald lumayan dekat dengan Emillya makanya dia tau sifat Emillya adik dari Xavier yang menurutnya sangatlah manja dan setiap ucapannya harus dituruti dan tentu saja Gerald sudah menganggap Emillya seperti adik nya sendiri.
Xavier menghela nafas kasar, dia begitu kalut dengan pikirannya yang bercabang-cabang.
'Jangan terlalu memikirkan nya, biarkan dia memilih jalannya sendiri. Dia sudah dewasa" ucap Gerald mengingatkan Xavier
'Aku hanya takut dia kecewa, sepertiku" Xavier mengehela nafas
Gerald menatap sahabatnya sedikit sedih, dia tau apa yang terjadi kepada Xavier selama ini. Bahkan dia yang menjadi tumpuhan Xavier saat dirinya tengah down.
'Aku paham Xavier, tapi biarkan dia berpacaran dengan Romeo, nanti dia akan tau kedepannya setelah merasakannya" Gerald memberi pendapat
'Bukankah kamu tau bagaimana sifat Romeo selama ini, jadi biarkan Emillya memilih jalan hidupnya. Dan apabila Romeo berbuat hal di luar batas baru kita turun tangan" lanjut Gerald membuat Xavier memikirkannya
Xavier menghela nafas lagi, sepertinya dia harus berdamai dengan perasaan was-was nya terhadap adik satu-satu nya itu.
'Baiklah, dan terimakasih atas nasehat mu" ucap Xavier seraya beranjak
'Mau kemana? Bahkan kita baru bertemu dan belum makan?" Gerald kesal melihat sahabatnya yang kini berdiri ingin meninggalkan nya
'Aku sudah cukup kenyang dengan ocehan mu sedari tadi" ucap Xavier pergi begitu saja
Gerald mengumpat kasar saat di tinggal Xavier padahal dia masih ingin menghabiskan waktu dan berbincang-bincang banyak dengan Xavier.
Xavier keluar dari restoran berbintang itu, tatapannya tertuju pada sekeliling yang ternyata masih banyak orang.
Dengan langkah tanpa tujuan, Xavier pergi meninggalkan sekretaris Ben yang masih menunggunya di samping restoran bahkan sekretaris Ben tidak tau saat tuan muda nya sudah pergi keluar meninggalkan nya.
Xavier berjalan tanpa arah hingga dia merasa bahwa dirinya tengah di ikuti.
Dengan langkah lebar Xavier mulai mengeluarkan senjata yang sudah dia siapkan untuk berjaga-jaga saat sendirian hingga..
DOR... DOR..
Suara tembakan menggema di keheningan malam membuat beberapa orang yang mendengar takut karna tembakan itu sangat kuat memekikkan telinga bagi siapa yang mendengar.
Tubuh Xavier tumbang saat mendapat dua tembakan pada dadanya dan bahunya dan sebuah suntikan bius menembus kulitnya hingga pandangan Xavier mulai memudar perlahan dan hitam seketika.
***
Lio menatap hamparan bintang yang terlihat cantik di langit.
Dia memikirkan nasib nya yang tidak jelas sekarang, entah kenapa Lio merasa bahwa dia tidak akan mendapat kasih sayang dari keluarganya.
'Mungkin aku seharusnya tidak lahir hiks.. " isak Lio pelan
Lio duduk di pinggiran pantai yang lumayan jauh dari keramaian.
Entah sudah berapa jam Lio duduk termenung hingga dia memutuskan untuk pergi.
Baru beberapa langkah berjalan, Lio terjatuh akibat tersandung sesuatu yang keras.
Dengan pelan Lio bangkit dan mencoba menendang pelan apa yang baru saja membuatnya terjatuh.
Lio merasa penasaran dengan benda keras itu, dengan cepat Lio mengambil ponselnya dan menghidupkan Flash nya dan mengarahkan pada benda keras itu.
Saat Flash mengarah pada benda keras itu, mata Lio membulat seketika.
Tiba-tiba Lio jatuh di samping benda keras yang tidak lain adalah sosok manusia yang penuh dengan darah.
Lio merasa jantungnya mau copot saat melihat sosok manusia yang penuh darah itu.
Dengan penuh keberanian Lio mendekat dan mengguncang tubuh besar nan kekar itu.
'Tuan, apa and masih sadar?" tanya Lio sedikit berteriak
Setelah mengucapkan kata itu Lio memukul keningnya pelan.
'Sudah jelas dia tidak membuka mata, kenapa masih aku tanya" Lio meruntuki kebo*dohannya
Lio kembali menggucang tubuh itu berharap masih hidup, hingga terlihat dengan jelas saat flash di arahkan kemata sosok itu yang tidak lain adalah seorang pria.
Lio membulatkan matanya dan menutup mulutnya tidak percaya saat melihat sosok laki-laki itu ternyata bukan warga lokal melainkan dari luar melihat wajah dan warna bola mata pria itu.
'Tolong saya" ucap pria itu menggunakan bahasa asing yang tidak Lio ketahui setelah itu pria itu kembali pingsan
Lio panik seketika, dia melihat sekeling beruntungnya dia melihat dua orang penjaga pantai yang tengah melakukan patroli.
Lio meminta tolong agar mereka segera membantu pria yang tidak jelas identitas nya karna tidak menemukan identitas apapun.
Lio juga ikut karna ingin di mintai keterangan oleh para penjaga pantai.
Setelah memberikan kesaksian Lio segera duduk di kursi khusus para pasien maupun keluarga.
Pintu berwarna putih itu terbuka menampilkan sosok pria ber jas putih lengkap dengan stetoskop nya.
'Dok, bagaimana keadaan pria itu?" Lio bertanya dengan nada panik
'Anda siapa pasien di dalam?" dokter yang bernama Yoga itu nampak meneliti Lio dari atas sampai bawah
'S..saya bukan siapa-siapa nya dokter, saya tidak sengaja menemukan nya di tepi pantai" ucap Lio jujur dan sedikit takut melihat tatapan dokter itu yang terlihat mengintimidasinya
'Pria itu mendapat 2 tembakan pada dada dan bahunya, untungnya tembakan itu tidak mengenai organ penting, dan pasien harus segera melakukan operasi untuk mengangkat peluru yang masih bersarang" terang dokter itu menjelaskan
'Lakukaah dokter" ucap Lio panik
'Tidak semudah itu nona, pasien itu harus jelas identitasnya" lanjut dokter Yoga
'Tapi dia tidak punya identitas dokter, lagipula bukankah tugas dokter itu menyembuhkan pasien, kenapa dokter masih banyak bertanya" Lio kini di liputi rasa panik
Dokter Yoga nampak berpikir ulang kemudian mengangguk mengiyakan.
'Baiklah, nona uruslah administrasi nya agar operasinya segera di mulai" dokter Yoga
'Baiklah" Lio beranjak menuju Administrasi untuk membayar biaya operasi pria itu
Lio sebenarnya takut untuk menggunakan kartu yang diberikan papa nya, tapi dia berpikir bahwa nyawa pria itu tengah terancam biarlah nanti itu urusan belakang saat papa nya meminta keterangan nya.
Setelah membayar Lio kembali duduk di kursi untuk tamu dan melihat dokter Yoga kini masuk ke dalam ruangan Operasi.
Lio berharap agar nyawa pria yang baru dia tolong selamat, dan pria yang Lio tolong itu tidak lain adalah Xavier.
🌻🌻🌻
Kembali lagi dengan saya hai.... Haiiiii
bagaimana kelanjutannya? ikuti terus ya guyss jalan ceritanya biar tau hehe..
Oh iya jangan lupa untuk Like and komen ya guyss biar saya tau kalau kalian suka apa enggak hehe...
riri-can
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CERITANYA BAGUS, TPI KNP CERITANYA SLLU BRHUBUNGAN DGN LAKI2 BULE, KNP GK ANGKAT TOKOH PRIANTA, ADALAH PRIA PRIBUMI.. KNP HRS BULE..???
2023-04-29
0
Sulaiman Efendy
KIRA2 SIAPA MUSUH XAVIER, DN SIAPA YG MNEMBAKNYA...???
2023-04-29
0
Bunda
ceritanya mulai menarik..lnjut tor
2022-01-24
0