Tentang apakah ini? ketidakberuntungan mana yang dimaksud oleh bi Asih?
Sarah merasa, Raka adalah laki-laki yang beruntung sekali. Orang tua yang lengkap dan sangat menyayanginya, keluarga yang harmonis, kekayaan yang mungkin tidak akan habis sampai berapa turunan.
Dan bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginan, bahkan memaksa seseorang menjadi seorang istri baginya.
Bukankah dia adalah salah satu manusia yang terlalu beruntung malah?
"Bi Asih, buatkan aku segelas jus apel ya" tiba-tiba Raka sudah muncul di belakang kursi Sarah. Tertegun, sarah menoleh, di belakang berdiri Raka dengan wajah segar. Sepertinya dia telah mandi dan berganti pakaian dengan kaos oblong biru navy dan celana pendek baggy yang santai.
"Oh, iya den. Akan bibi buatkan..." dengan salah tingkah bi asih membawa beberapa buah apel dengan mangkok kaca kecil, kemudian mengambil juicer dari dalam lemari peralatan dan mulai memotong-motong apel untuk jus seperti yang diminta Raka.
"Bibi, seperti biasa pake full cream, ya" pinta Raka.
"Iya, den..." jawab bi Asih
"Oh, iya den, kamar tamu di atas, yang di seberang kamar aden sudah siap kalau mau pindah malam ini tidur di sana." bi Asih baru ingat memberitahu kalau kamar tamu besar yang diminta mama Raka untuk kamar Raka dan istrinya itu sudah bisa di tempati.
"Terserah Sarah saja bi, kalau dia lebih betah kami berdua tidur di kamarku, kami tidak perlu pindah kamar"
Sarah sibuk menyelesaikan pekerjaannya menyusun buah apel, anggur, pear dan dan stoberi ke dalam tatakan buah dari porselen di atas meja di depannya.
Sarah sama sekali tidak perduli, Raka mau bicara apa, toh tidak akan berpengaruh apa-apa jika pun Sarah protes.
"Den, tadi non Dea ke sini, mencari den Raka, katanya ponsel den Raka non aktif"
"Ya, bi...HP ku low batt, tidak sempat di charge, keburu aku tertidur siang tadi. Dea bilang apa?"
"Non Dea titip beberapa dokumen untuk den Raka, sudah bibi antar ke ruang kerja den Raka di atas. Katanya, kalau aden ada waktu minta tolong aden hubungi non Dea."
"Oh, " Raka menyahut pendek.
Sekarang pandangannya di alihkan kepada Sarah yang tanpa ekspresi di depannya, raut wajahnya tiba-tiba seperti Sarah yang ditemuinya sebelum mereka menikah. Dingin seperti lukisan, meski mungkin kesannya tidak suram sekali seperti sebelumnya.
"Sayang, kenapa tidak membangunkan aku tadi?" tegur Raka, mencoba mencairkan suasana di depan bi Asih yang tertangkap oleh Raka mencuri pandang pada mereka berdua.
Sarah mengangkat wajahnya sebentar, sejurus melirik kepada Raka, tidak ada lagi wajah kepiting rebus setengah bengkak tadi siang yang menunjukkan dia alergi sesuatu.
Orang ini benar-benar segar dan sehat.
Andai saja, dia tidak menyaksikan sendiri reaksi Raka tadi siang, mungkin saja Sarah berpikir Raka hanya bersandiwara.
"Kamu tidur seperti orang mati, menurutmu apa harus aku membangunkan kamu tadi, dengan tidur nyenyak begitu...?" Suara Sarah setengah mendesis, volume suaranya terdengar rendah.
"Sayang, sedikit ciuman mungkin bisa membangunkan orang mati, " Raka mengacak rambut Sarah, dengan gemas Sarah menepisnya. Orang ini selalu kurang ajar pada kesempatan apapun. Jika ada orang di sekitar mereka, dia bersikap seolah-olah Sarah adalah miliknya dengan sebenar-benarnya.
"Besok, aku harus kembali ke butik, pekerjaanku sudah menunggu" ucap Sarah tanpa menanggapi tingkah Raka.
"Pekerjaan yang menunggu, atau ada seseorang yang tidak sabar ingin bertemu?" pertanyaan Raka sinis setengah mengejek. Ada nada aneh di dalam nada sinisnya.
"Apapun yang menungguku, bukan urusanmu!" wajah Sarah menegang.
Bi Asih yang sedang mencuci juicer dan beberapa gelas mencuri pandang dari jauh, sedikit bingung dengan apa yang sedang dilihatnya, meskipun tidak begitu jelas dengan apa yang di bicarakan dua majikan muda nya ini. Mereka tiba-tiba seperti sedang bersitegang.
Anak-anak jaman sekarang, sebentar mesra, sebentar kemudian seperti sedang perang dingin. Mereka menunjukkan perasaan cinta dengan cara yang aneh, benar-benar aneh, menurut pikiran bi Asih yang lugu.
"Bibi, mbak Marni kemana? malam ini kita makan malam, menunya apa?" tanya Raka sambil menarik kursi di seberang meja Sarah.
"Lho, katanya nyonya tadi, mbak Marni tidak usah masak untuk makan malam." Jawab bi Asih sambil menyodorkan segelas besar jus apel.
"Kita tidak makan malam, begitu? " Raka bertanya dengan heran. Sambil mulai meminum jus apelnya.
Selalu menjadi ritual penting dalam keluarga ini adalah breakfast, makan siang dan makan malam bersama jika sedang weekend di rumah. Bukankah hal yang aneh, jika mamanya melewatkan salah satu momen penting ini?
"Atau...jangan-jangan istriku ini jadi koki kita malam ini" Raka meletakkan gelas ke meja sambil menatap Sarah dengan curiga.
Yang di tatap hanya bersikap acuh, seolah tidak mendengar apapun.
"Bukan begitu den, tapi nyonya bilang malam ini tuan, nyonya, aden dan nak Sarah di undang makan malam di rumah den Edgar."
"Oh, ya...kok kami tidak di beritahu?" tanya Raka heran.
"Aden berdua dari tadi siang, mengurung diri dalam kamar. Kata nyonya tidak usah di ganggu...di beri tahu menunggu aden sudah bangun saja" bi Asih tersipu.
Raka terkekeh mendengarnya.
"Istriku ini memang terlalu manja bi, tidak mau jauh-jauh dari tempat tidur"
Bi Asih tertawa kecil mendengar penyataan yang dilontarkan Raka, di sambut mata besar Sarah yang melotot ke arah Raka.
"Ah, pengantin baru memang begitu, den" bi Asih balas menyahut, membuat kuping Sarah menjadi semakin panas saja.
Sarah memundurkan kursinya kebelakang dan berdiri, wajahnya merona.
"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Raka setengah mendongak.
"Mandi, memangnya kenapa?" Sarah balas menatap Raka dengan menantang.
"Aku baru saja mau menyuruhmu segera mandi" yang di tantang, menyahut dengan cueknya.
"Aku bukan anak kecil, yang harus di suruh-suruh." Sarah membalik badannya dan melangkah meninggalkan dapur.
"Jangan lama-lama mandinya ya, kita harus segera berangkat ke rumah kakakku. Nanti kita terlambat untuk makan malam.
Aku menemui mama sama papa dulu." Seru Raka sambil berdiri juga dari duduknya.
Sarah meneruskan langkahnya tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Laki-laki ini memang mahluk yang menjengkelkan!" serapahnya dalam hati.
Diikuti tatapan bi Asih yang merasa heran dengan pengantin baru ini. Mereka kadang-kadang seperti sepasang kekasih yang saling mencintai dan sulit untuk di pisahkan, di lain waktu seperti dua orang yang sedang bermusuhan.
...***...
Raka terpesona dengan tampilan sederhana Sarah malam ini yang memilih menggunakan dress flare mini yang dipadu classic cardi. Dress berwarna abu-abu yang dikenakannya, memiliki model yang flowy sehingga membuat penampilannya begitu manis tetapi dewasa. Sentuhan kardigan klasik berbahan rajut marun menjadikan penampilan Sarah tetap stylish. Sebuah flat shoes with ankle straps warna hitam menyempurnakannya.
Tidak salah memang Sarah menjadi seorang designer pakaian karena dia begitu pandai memadu padankan apapun yang dikenakannya, sehingga terlihat begitu pas serta serasi dengan tubuh dan kepribadiannya.
"Sayang, kamu cantik sekali..." puji mama Raka saat gadis itu menuruni tangga dari kamar menuju ruang keluarga, ternyata di sana telah berkumpul mama, papa dan Raka menunggunya. Sarah hanya tersipu.
"Maaf ma, jadi harus menunggu" sahut Sarah.
"Ah, ini baru jam berapa juga, belum jam 7 juga" sela papa Raka sambil tersenyum menyambut Sarah.
Raka, entah kapan sudah berganti kostum tadi hanya menggunakan baju kaos oblong dengan celana pendek baggy sekarang sudah rapi dengan sweater crewneck warna hijau pine dipadu celana chino gelap, membuatnya terkesan semakin macho dan cool.
Mungkin dia berganti pakaian saat aku dikamar mandi , pikir Sarah.
Tapi, terserahlah yang penting tidak menganggu Sarah.
Tidak berapa lama mereka sudah berada dalam mobil Mercedes benz V- Class, salah satu mobil Papa Raka yang di favoritkan keluarga, selain kapasitasnya yang besar untuk beberapa orang karena ruang kabin lega serta fitur interior berkelas, desain bodinya juga terbilang cukup anggun dengan menggunakan pintu geser sehingga memudahkan membawa mama yang masih belum pulih benar, keluar dan masuk mobil.
"Kita akan bertemu cucuku, Deasy yang sedang tak sabar menunggu adiknya lahir." Kata mama Raka dengan suara ceria.
"Dan kalian berdua sayang, harus banyak bertanya kepada Lila dan Edgar, bagaimana cara supaya cepat bisa menyusul mereka, memberikan mama banyak cucu."
Sarah dan Raka hampir tersedak bersamaan mendengar kalimat penuh harap yang bahagia dari kabin di belakang jok mereka duduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Ilyloveme
Namanya juga designer
2023-03-09
1
Ekawati Hani
Pengen getok si Raka
2022-11-28
0
Aqiyu
outfit yang dipakai Sarah sampai detail kita malah ga tahu modelnya kira-kira bagaimana
tapi yang ada diotak cuma pakai dres sedengkul😅 ama cardigan😁
2022-07-26
0