"Grace mana? katanya datang sama grace?" tanya Sarah sambil membuka kulkas mengeluarkan jus dingin.
Sementara Dion sudah duduk menghadap meja makan kecil yang cuma ada dua kursi itu.
"Dia menyusul katanya, masih ada urusan"
jawab Dion sambil matanya tertuju bungkusan makanan yang ada di atas meja.
Dion masih merasa tegang dengan pertemuannya dengan Raka hari ini.
Laki-laki itu seperti menyimpan rasa tidak senang terhadapnya.
Tapi, secara normal, suami mana yang senang jika ada laki-laki yang berkunjung ke rumah istrinya.
Tapi, menurut Grace, mereka bukanlah pasangan yang normal, mereka tidak benar-benar saling mencintai, kan?
"Raka, suamimu itu benar-benar tidur di sini?"
Dion mendongak pada Sarah yang sedang menuangkan jus ke dalam gelas dari kotaknya.
"Menurutmu?" Sarah menaikkan alisnya dengan acuh.
"Tapi kata Grace..."
"Apa kata Grace?" Sarah duduk sambil melotot pada Dion.
"Kamu dengan Raka cuma menikah pura-pura..." sahut Dion dengan nada ragu.
"Sttt...." Sarah meletakkan jari telunjuk di bibirnya.
"Jangan ada yang boleh tahu tentang ini" ujar Sarah setengah berbisik.
"Pernikahan ini hanya untuk melindungi keluargaku dan keluarga Raka dari aib yang memalukan tapi aku tidak ingin kamu mengungkit hal ini lagi."
"Tapi, Cay..."
"Tak ada tapi-tapian! Aku hanya ingin kamu berjanji, tidak akan membicarakan mengenai pernikahanku ini dengan siapapun!" Sarah berucap dengan nada keras.
"Ya, tapi..."
"Kamu berjanjilah demi aku...!" Sarah mengangkat dua jarinya ke depan hidung Dion dengan nada memerintah bukan memohon lagi.
"Tenang saja, Cay...aku berjanji" Dion mengangkat dua jarinya juga tinggi-tinggi menenangkan Sarah.
Sarah tersenyum dengan hati lega.
"Cay, kamu tidak mencintainya kan?" tatapan Dion penuh selidik.
"Memangnya sejak kapan aku jatuh cinta dengannya!" sergah Sarah kesal.
"Tapi dia tinggal bersamamu satu rumah?"
"Kamu pikir kami serumah?"
"Tadi?"
"Dia cuma mengantar sepatuku yang ketinggalan"
"Oh...." Dion mengurut dadanya dengan senyum puas.
"Memangnya kenapa?" Sarah berdiri mengambil piring dan memindahkan sushi, yakitori dan tempura yang di pesannya dari restoran jepang favoritnya lewat go food tadi ke dalam piring.
"Ah, tidak..." Dion terkekeh, wajahnya yang tegang sudah berubah riang.
Dia sudah berapa kali menyatakan perasaannya pada Sarah tapi gadis itu kadang hanya menertawainya, seolah perasaannya hanya sebatas lelucon bagi Sarah.
Dan sekarang, dia harus memastikan gadis itu masih bisa dimilikinya, asalkan dia tidak pernah mencintai orang lain.
Soal mencintai dan menunggu, Dion merasa dia sudah ahli melakukan itu.
Sarah membuka kotak pizza hut, sambil menggigit sepotong pizza supreme kesukaannya, dia memasukkan lasagna ke dalam mangkok.
"Kamu belum makan kan? ayo, makan" Sarah meletakkan piring ke hadapan Dion.
"Cay..." Dion menangkap jemari Sarah yang mengulurkan piring dan memegangnya sambil memandang nanar gadis itu.
"Kamu tidak benar-benar menikah dengan Raka kan?" matanya memandang Sarah dengan memelas.
"Astaga, Dion...kalau aku benar-benar menikah dengan Raka, tentunya kamu sudah ku tendang dari tadi. Bertamu malam-malam begini, seperti orang kurang kerjaan" Sarah menarik tangannya dengan mulut yang masih mengunyah pizza.
Dion tertawa seolah begitu senang dengan apa yang di dengarnya.
Tak lama bel berbunyi, Grace muncul dengan wajahnya yang ceria.
"Hallo sayang, kamu baik-baik saja kan?" Grace memeluk Sarah yang membukakan pintu.
"Memangnya aku kelihatan tidak baik-baik?" sahut Sarah sembari menutup pintu
"Terakhir ku lihat kamu bertukar cincin di depan altar, kamu tidak baik-baik saja" Grace tertawa menggoda.
Sarah mencubit pinggang temannya itu dengan kesal.
"Dion mana?" Grace langsung masuk di sambut batuk Dion dari meja makan.
Sarah mengambil kursi kecil dari sudut dan mereka bertiga menghadap meja.
"Aku sudah makan..."Grace sudah menolak sebelum Sarah menawarkan.
"Tapi, pizza sepotong bolehlah" dengan cueknya Grace mengambil sepotong pizza dari atas meja.
" Hey, Grace kita harus bicara!" Sarah melotot pada Grace.
"Ya, ada apa?" Grace nyengir sambil mengedipkan mata pada Dion yang asyik mengunyah sushi.
"Kamu cerita apa saja dengan Dion?"
"Tanya saja orangnya" Grace mengangkat pundaknya sambil memonyongkan bibirnya kearah Dion.
"Kamu tidak perlu juga cerita ke Dion masalahku dan Raka" protes Sarah.
"Sepertinya perlu Sar..." Grace mendekatkan wajahnya ke arah temannya itu.
"Karena jika tidak ku ceritakan, ada yang gantung diri karena patah hati waktu mendengar pernikahanmu" Grace tergelak.
Dion pura-pura tidak mendengar pembicaraan dua gadis itu. Dia sibuk memasukkan makanan ke mulutnya.
Sarah menaikkan bibir bawahnya dengan muka merah padam.
"Lebai...!" dipukulnya bahu Grace.
"Serius, Cay...aku hampir gila lho mendengar kamu menikah" Dion berkata lirih.
"Kalian berdua memang sekongkol!" wajah Sarah merengut.
"Pokoknya, apapun yang terjadi tidak boleh ada yang tahu, pernikahan ini pura-pura! Sampai aku bercerai dengan Raka!" ujar Sarah dengan tegas.
"Hah! kalian akan bercerai?" Dion terbelalak antara terkejut dan senang yang tidak bisa dia sembunyikan.
"Memangnya kamu kira, aku berencana hidup selama-lamanya dengannya?" Sarah menyendok lasagna lalu menghempaskan sendok yang dipegangnya ke mangkok.
Mengingat wajah dingin Raka membuatnya benar-benar kesal.
Betapa arogannya laki-laki itu tadi, bahkan cenderung memaksakan kehendaknya.
Selalu berusaha mempermalukan Sarah dengan semua sikapnya itu.
"Aku akan menunggumu, Cay" Dion menatap wajah gadis yang dari lama disukainya itu tapi tidak pernah benar-benar menanggapinya.
"Menunggu untuk apa?"Sarah melotot pada Dion,
"Menunggu kamu mencintaiku" Jawab Dion dengan wajah serius.
Grace terkekeh melihat sikap Dion.
"Ayolah, Yon...realistis sedikit dong, statusnya sekarang istri orang lho" goda Grace.
"Tapi dia bukan benar-benar jadi istri orang" jawab Dion senang.
"Tapi, aku mohon perlakukan saja aku seperti benar-benar istrinya di depan orang banyak, aku harus menghormati pernikahan ini meskipun tidak benar-benar menjalaninya" desah Sarah.
Mereka mengobrol banyak hal hampir sampai tengah malam. Sampai kemudian Grace dan Dion pamit pulang.
...***...
Sarah memandang langit-langit kamarnya yang temaram, tiba-tiba dia teringat pada Raka, dirinya benar-benar muak dengan sikap Raka yang semakin menjadi-jadi.
Dia pikir, dirinya selalu lebih tinggi dari orang lain. Berusaha mengatur dan mengendalikan orang sesukanya, sarah mendorong kakinya dengan kesal. Bahkan di depan tamunya, Raka bersikap seperti Sarah tidak ada apa-apanya.
Masih di ingatnya perkataan Raka,
"Ternyata kamu di luar perkiraan ku, hanya kelihatannya saja polos"
Memikirkan hal itu membuat Sarah naik darah,
"Dia kira, dia berhak menilai aku!" dengus Sarah dalam hati.
Selama ini Sarah tidak pernah membiarkan orang melecehkannya baik dengan perkataan maupun tindakan.
Dan Raka dengan gayanya yang sombong itu entah berapa kali membuat Sarah selalu merasa rendah.
Sarah berjanji pada dirinya, tidak akan dibiarkannya Raka menghinanya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Lilisdayanti
aqu tunggu BUCIN mu raka ☺️☺️
2022-12-08
0
Artati Sukreni
aq suka sikap sarah yg berani ga cengeng....
2022-09-04
0
Abie Mas
ga blh bina
2022-09-03
0