Bel pintu berbunyi, sebelum Dion dan Grace terlalu lama menunggu, Sarah segera membuka pintu dan menyambut tamunya dengan senyum lebar.
Senyum Sarah seketika seperti beku di bibirnya, sesaat dia terpana, di detik berikutnya senyum di bibirnya berubah menjadi lengkungan setengah cemberut. Di depannya berdiri dengan wajah dinginnya, Raka.
"Kamu?" mata Sarah berkedip mengisyaratkan rasa terkejut.
"Kamu menunggu seseorang?" malah Raka yang balik bertanya. Matanya berkilat melempar pandangan ke seluruh ruangan di depannya.
"Bukan urusanmu..." Sarah menjawab masih dengan tangan di gagang pintu.
Raka melangkahkan kakinya dengan acuh, melewati Sarah meskipun si tuan rumah tidak mempersilahkannya masuk.
"Ternyata kamu di luar perkiraan ku, hanya kelihatannya saja polos" Raka melemparkan sebuah goodie bag di tangannya ke atas kursi tamu.
Lalu duduk dengan acuh.
Sarah masih tercengang dengan sikap Raka yang agak kurang ajar menurutnya itu.
"Hey, ku rasa kita sudah punya kesepakatan. Kita tidak perlu saling melanggar privacy masing-masing!" Sarah menyahut gusar sambil menutup pintu dengan kasar.
"Kamu kira aku tertarik dengan urusan pribadimu?" Raka terkekeh. Gaya Raka itu sungguh membuat Sarah jengkel.
"Lalu, kenapa kamu datang ke apartemenku?!"
"Tidak boleh?" tanya Raka tanpa menoleh pada Sarah yang berdiri tegang di belakang tempat duduknya.
"Kamu sendiri kan yang bilang, kita tidak akan tinggal bersama. Dan aku tidak punya kewajiban apa-apa terhadapmu!" sembur Sarah dengan kesal yang tidak bisa di bendung.
Lelaki ini benar-benar tidak bisa dipercaya, muka dinginnya itu hanya topeng, sebenarnya dia adalah manusia yang plin plan
"Jangan lupa, statusmu masih isteri Raka, tidak perlu bersikap kasar begitu dengan suamimu" Raka meliriknya dengan cuek.
"Baru tadi pagi ku antar pulang, malam ini sudah ada yang janjian"
Sarah mengatupkan mulutnya dengan perasaan marah.
"Tenang saja, aku cuma mampir sebentar kebetulan lewat jalan depan apartemen mu.
Itu, sepatumu tertinggal di mobilku. cuma mau mengantarkan itu" Raka menunjuk ke arah goodie bag diatas kursi yang tadi dilemparnya lalu dia berdiri dengan gaya yang di buat begitu elegan.
"Numpang ke toilet boleh?" dia tersenyum seperti mengejek, sebelum Sarah menjawab Raka sudah berbalik dan melangkah sendiri melewati ruang tamu menuju kamar Sarah.
"Toilet di sana! " Sarah berteriak mencoba menghentikan Raka sambil tangannya menunjuk ke arah ruangan kecil yang bersebelahan dengan ruang menuju dapur. Itu toilet untuk tamu.
"Ku rasa di dalam kamar juga ada kan? " Raka terus melangkah tanpa memperdulikan Sarah.
Sarah hendak berteriak protes tapi suara wireless intercom sudah lebih dulu berbunyi. Dengan kesal Sarah memencet tombol penjawab,
"Ya..."
"Ada tamu lagi mbak Sarah" suara pak Amin yang cempreng terdengar.
"Suruh naik, pak!" sahut Sarah.
Sarah berdiri di depan pintu dengan raut cemberut.
Tak lama bel berbunyi, Dion tersenyum lebar di sana dengan wajah sumringah.
Di tangannya, ada dua buah kotak pizza hut
"Hai, Cay..."Dion merentangkan tangannya, seolah berharap Sarah melempar dirinya ke padanya.
" Masuk, Yon," Sarah berusaha tersenyum meski hatinya masih benar-benar kesal.
"Lihat, aku membawa Super Supreme yang paling besar dan lasagna favoritmu" Dion menyerahkan kotak pizza itu ke tangan Sarah.
Sebelum Sarah menyambutnya dan bertanya mengenai Grace yang tidak nampak bersama Dion, tiba-tiba Raka keluar dari pintu kamar sambil membuka lipatan lengan sweatshirt yang dikenakannya, sepertinya habis mencuci tangan.
Dion tertegun, dan berdiri seperti patung saat Raka muncul begitu tiba-tiba dari arah kamar Sarah.
"Maaf? kalau kedatanganku menganggu, aku...aku cuma..." Dion salah tingkah, merasa bingung dan tidak enak.
" Oh, ini Raka, Yon. Kamu tidak menganggu sama sekali." Sarah tersenyum sambil menarik kotak pizza yang masih terjulur di udara, yang belum sempat diterima Sarah, sementara Dion masih terpana menatap Raka yang tampak datar menanggapi kedatangan Dion.
"Kalau Sarah bilang tidak menganggu, berarti tidak menganggu sama sekali" sahut Raka sambil menyeringai membuat Dion merasa jadi seperti orang bodoh.
"Terimakasih untuk pizzanya, Yon. Ayo, langsung ke meja makan saja. Makan malamnya sudah ku siapkan. ku buatkan jus jambu dingin mau?" Suara Sarah terdengar riang.
Dion masih terpaku di tempatnya berdiri, masih bingung harus berbuat apa.
"Tenang saja, Raka sudah mau pergi." Sarah masih memegang gagang pintu, membiarkan pintu setengah terbuka. Raka tahu, Sarah mengusirnya.
Raka tersenyum ke arah Dion, terlihat sangat tidak tulus di pandangan Sarah, kemudian dia melangkah ke arah pintu tanpa berbicara.
Dilewatinya Sarah dengan wajah yang sangat dingin, seolah-olah Sarah tidak ada di situ.
Begitu Raka melewati pintu, segera Sarah menutupnya.
...***...
Raka melangkah ke arah mobil, dengan perasaan kesal.
Di bukanya pintu mobil, dengan kasar dan membantingnya.
Entah kenapa hatinya benar-benar kesal dengan kejadian di apartemen Sarah.
Dengan muka masam di pandangnya lampu kamar apartemen Sarah yang menyala terang di lantai delapan itu.
Sungguh di luar dugaan Raka, Sarah yang pendiam dan tidak banyak bicara itu, lebih liar dari yang dibayangkannya.
Selama ini, jika menilik dari sikap Sarah, dia ragu kalau Sarah mempunyai seorang kekasih.
Dia tidak pernah mendengar Sarah berpacaran dengan seseorang.
Dan beberapa hari terakhir terselip rasa bersalah di hati Raka, merasa begitu tidak adil memperlakukan Sarah.
Gadis baik itu begitu rapuh dan pasrah dengan semua yang dituntut kepadanya.
Setelah tiga hari di hotel itu, Raka semakin merasa terlalu berlebihan memperlakukan Sarah.
Gadis itu tidak tahu apa-apa. Tapi dia menumpahkan semua sakit hati dan kebenciannya pada Sarah.
Hari ini, usai mengantar Sarah pagi ke apartemennya, rasa bersalah Raka begitu mengusiknya. Karena itu dengan dalih mengantar sepatu Sarah yang tertinggal di mobilnya, dia mau sedikit memperbaiki sikapnya di depan Sarah.
Dia berencana mampir sebentar, mulai bersikap lunak dan meminta maaf untuk banyak hal dari sikapnya yang menyinggung hati gadis itu.
Raka tak bisa memungkiri, karena jasa Sarah dia tidak dipermalukan di tengah orang banyak.
Tapi, semua rencana itu urung dilakukan. Semua bermula dari pintu yang terbuka saat dia mengetuk pintu Apartemen Sarah, dan
pertama kali Raka melihat senyum lebar Sarah yang begitu bahagia saat pintu itu terbuka.
Ketika roman wajah Sarah berubah dalam sekejap begitu melihat wajahnya, Raka kemudian menyadari Sarah menunggu seseorang. Senyum bahagia itu bukan karena melihatnya.
Raka sangat penasaran dengan sosok yang bisa membuat senyum Sarah selebar itu, karena itu dia mengulur waktu dan sengaja berpura-pura mencari toilet.
Diam-diam dia berharap, itu teman perempuan Sarah meski hampir seratus persen dia yakin tamu yang di tunggu Sarah adalah seorang laki-laki.
Entah kenapa, Raka merasa perlu membuat seseorang yang nantinya muncul itu memperhitungkan posisinya. Karena itu dia memaksa menggunakan kamar mandi Sarah yang berada dalam kamarnya. Hampir setiap apartemen, memiliki kamar mandi dan toilet yang terhubung dengan kamar tidur secara langsung. Raka Tahu itu.
Dan saat pertama kali bertemu dengan laki-laki yang membawa pizza itu, Raka benar-benar tidak menyukainya. Wajah itu terlihat ramah dan pintar merayu, tentu saja Sarah akan terperdaya dengan sikap itu. Dan setiap perempuan yang melihatnya, pastilah takluk padanya, apalagi dia terlihat sangat menyenangkan di depan perempuan.
Raka mendengus dengan wajah kesal, perempuan itu memang tidak pantas dikasihani. Dia pantas menerima semua sakit hati Raka.
Raka menenangkan hatinya yang entah mengapa menjadi perduli pada kehidupan Sarah.
Segera dia menyadarkan dirinya, tidak boleh terlarut dalam sandiwara ini, mereka punya kesepakatan dan yang membuat kesepakatan itu juga merupakan ide Raka sendiri.
Sangat memalukan jika kemudian dia mempunyai perasaan berhak atas hidup sarah, yang notebene hanya istri di atas kertas.
Ini perasaan yang aneh, perasaan yang salah.
Raka menghidupkan mobil dan melaju dari parkiran apartemen Sarah dengan perasaan marah.
"Semua perempuan sama," umpatnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Fhebrie
kenapa bang cemburu ya 😄
2024-05-29
0
Dhevi Aylla
cembruru dia 😆😆🤭🤭
2023-09-24
0
Dhevi Aylla
hahaha kenapa raka.. kok cembekur 😆😆
2023-09-24
1