Setelah 3 hari yang melelahkan, menikmati malam pengantin yang menjemukan di hotel. Setiap hari harus bersandiwara di depan papa dan mama Raka juga merupakan beban tersendiri untuk Sarah.
Momen breakfast selalu menjadi hal yang menegangkan baginya, banyak improvisasi tak terduga dari Raka yang kadang membuatnya heran, laki-laki ini memang berbakat menjadi bintang film.
Sarah membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya yang nyaman.Tidur melingkar di sofa hotel benar-benar membuat badannya penat, tidurnya pun setiap malam tidak pernah nyenyak.
Sekarang dia merasa bebas merdeka di dalam Apartemennya meskipun tidak terlalu luas, tapi tempat ini adalah favoritnya.
Memang hanya ada satu ruang tamu, kitchen room kecil, bathroom, ruang kerja tempatnya mencurahkan inspirasi dalam mendesain busana dan sebuah kamar tidur, tetapi di apartemen inilah Sarah merasa dunianya lengkap.
Setelah mengantar orangtua Raka pulang ke rumahnya, Raka dan Sarah pamit untuk kembali ke apartemen mereka. Dan sesuai kesepakatan, setelah mengantar Sarah ke apartemennya, Raka pulang ke apartemennya sendiri.
Seharian Sarah tidur pulas di atas tempat tidur, seperti bayi.
Hari telah sore ketika dia terbangun karena merasa lapar.
Dengan malas di raihnya handphonenya, hari ini dia tidak berselera untuk menyentuh perabotan masaknya meskipun dia sebenarnya sangat suka memasak.
Sarah memilih menggunakan aplikasi Go food saja untuk memesan makan malam dari restoran favoritnya, setelah itu melanjutkan ritual malas-malas di tempat tidurnya yang nyaman. Istirahat total hari ini karena besok dia berencana menjenguk butiknya, sudah beberapa hari urusan pekerjaannya terbengkalai hanya di handle oleh Jen, sementara Sarah sibuk menjadi pengantin.
Ketika di bukanya layar handphone sudah puluhan pesan masuk di WA nya.
Sarah mengernyit dahi, sambil memeriksa.
Ada pesan dari Jen yang mau mengkonsultasikan beberapa buah orderan pakaian.
Pesan dari beberapa teman perancang dan beberapa orang kolega yang memberi selamat untuk pernikahannya.
Ada ucapan selamat dari seseorang yang menarik perhatian Sarah.
"Selamat ya Cay untuk pernikahannya. Semoga bahagia selalu"
"Tanpa angin dan badai, kamu tiba-tiba menikah, kenapa?"
diakhiri dengan emoticon bingung.
Pengirimnya, Dion.
Ya, hanya Dion yang memanggilnya Cay, katanya lebih enak memanggil kependekan namanya dengan Cay.
Dion adalah seorang teman Sarah, merupakan seorang pemilik agency model yang biasanya menjadi mitra Sarah untuk promo busana dari butiknya.
"Sorry, Yon...baru buka WA, aku capek"
Sarah membalas chat Dion.
Langsung muncul tanda Dion sedang mengetik, orang itu ternyata sedang online.
"Jelas saja capek, pengantin baru...ha..ha..ha"
Sialan Dion ini, dia pikir aku habis apa?
"Lagi sibuk, Cay?"
"Ya...sibuk...sibuk tidur!"
"Suamimu benar Raka, putra pak Rudiat teman papamu?"
"Kata siapa?"
"Tabloid di mejaku pagi ini yang bilang"
Sarah menggeleng-geleng kepalanya, pernikahan mereka ada di headline berita kota, ya jelaslah semua orang tahu.
"Aku tidak dapat undangan, Cay? why?"
"Lupa..."
"What? masa kamu lupa, aku kan salah satu fans beratmu. Semudah itu kamu lupa padaku"
"Maaf" dibalas Sarah dengan emot menyesal.
"Sejak kapan kamu pacaran sama Raka itu? aku kok tidak pernah tahu, Cay?"
"Bukankah Raka tunangan adikmu? kok nikahnya sama kamu?"
Sarah termangu, jarinya berhenti mengetik balasan chat Dion.
"Sebagai teman aku bingung lho, Cay. Apakah ada yang salah denganmu?"
Tak tahu harus menjawab apa, pada temannya ini.
Dion adalah teman yang cukup dekat dengan Sarah.
Mereka sering hang out berdua biasanya, jika selesai bekerja sama menyelenggarakan suatu event. Sedikit banyak Dion tahu tentang Sarah biarpun Sarah tidak pernah terbuka soal kehidupan pribadinya.
Sarah pun tahu jika Dion menaruh hati padanya. Bukan diam-diam lagi tapi terang-terangan.
Grace temannya sebagai perancang yang sering bekerja sama dengan Dion pun tahu.
Tapi Sarah tidak pernah benar-benar menanggapinya, karena Sarah merasa perlu fokus pada kariernya saja untuk sementara waktu.
"Terima saja Dion, Sar...kasian dia" pernah Grace berucap begitu suatu ketika
"Malas pacaran, masih trauma" jawab Sarah.
"Dicoba saja dulu, Sar. Apa salahnya penjajakan? Dion itu anaknya baik lho"
Sarah hanya nyengir saja, dia belum siap menjalin hubungan dengan siapapun. Dia takut ruang kerjanya tidak leluasa jika punya seorang kekasih.
Semua orang tahu, Sarah jomblo sejati. Dan sekarang dia mendadak menikah, bukankah itu menjadi pertanyaan bagi orang-orang di sekelilingnya.
"Cay?"
"Ya"
"Suamimu lagi melototin kamu ya?"
"Sembarangan!"
"Kamu lagi dengan suamimu?"
"Kalau ada dia, tidak ada waktuku balas chatmu."
Sebuah gambar jempol dikirim disusul emot tertawa dari Dion.
"Aku mau tanya, Cay...sebagai teman..."
"Apa?"
"Kamu mabuk waktu dilamar Raka?"
"Sembarangan!"
Lalu emoticon tertawa berhamburan sebagai balasan chat Sarah.
"Cay, penasaran, nih. Jawab yang jujur,"
"Apa??"
"Kamu benar nikah karena cinta sama Raka?"
Oh, my god...! Dion ini benar-benar menyudutkan Sarah. Tapi Jiwa Sarah yang sedang sakit ini, ingin berontak mengeluarkan semua perasaan yang kini menyiksanya.
Tapi, siapakah yang akan mengerti? Siapakah yang bisa menyimpan rahasia ini rapat-rapat?
"Cay...masih hidup?"
"Sudahlah, Yon. Kamu tidak akan mengerti"
"Aku mengerti kamu, satu-satunya yang mengerti kamu. Karena itu aku perlu tahu, ada apa denganmu!"
"Please, aku sudah menikah Yon!"
"Grace sudah cerita semua"
Sialan kamu, Grace! maki Sarah dalam hati sambil menepuk jidatnya dengan pasrah. Untuk apa semua chat basa basi ini panjang dan lebar, Dion ternyata tahu semuanya. Rahasia terpentingnya sekarang telah bocor.
Beberapa hari sebelumnya, Sarah curhat dengan Grace tentang hilangnya Sally menjelang pernikahannya, kemudian sampai pada rencana pernikahan palsu ini. Sarah cuma percaya pada Grace, menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi. Selama ini 3 tahun dia berteman Grace, tidak pernah sekalipun membocorkan rahasianya.
Hari ini, sungguh tak bisa dipercaya. Dion bilang tahu segalanya.
"Apa yang kamu tahu?"
"Semuanya"
Sarah menghela nafasnya, tidak tahu harus berkata apa.
"Sejam lagi aku pulang, aku lewat depan apartemen kamu. Boleh mampir?"
"Ada suamiku"
"Bohong, katanya tadi kalau ada suaminya, tak ada waktu balas chatku"
"Terserah kamu lah, Yon"
"Kamu lagi di apartemen kan?"
"Memangnya dimana lagi?"
"Aku tahu kamu perlu teman, aku ajak Grace ke situ ya...tunggu sejam lagi"
Sarah mendongak ke arah jam dinding.
Jam 6 sore, sudah setengah jam lebih dia berbalas chat dengan Dion.
Bunyi intercom wireless menyadarkan Sarah. Sarah menyambutnya, ternyata pemberitahuan dari Pak Amin petugas lobby, pengantaran dari go food.
Setelah menerima paket makan malam dari kurir Go food, Sarah segera pergi mandi dan berganti pakaian dengan dress pendek bermotif bunga sakura kecil-kecil. Menunggu dua tamunya yang datang meski tidak di undang itu.
Makanan yang dipesannya lebih dari cukup untuk makan malam bersama dua temannya itu. Dia harus meluruskan beberapa hal dengan Dion dan Grace, supaya masalah pernikahan ini tidak menjadi konsumsi publik. Cerita di balik perkawinan ini harus tetap menjadi rahasia
Ada nama dua keluarga yang dipertaruhkan dan yang terpenting dia tidak mau pengorbanannya dalam menyelamatkan nama baik dua keluarga ini menjadi sia-sia.
Saat Sarah sedang memulas bibirnya dengan sedikit lipstik warna nude supaya penampilannya tidak terlalu pucat, intercom wireless berbunyi lagi.
Setengah jam lebih cepat dari janji Dion, mungkin mereka tak sabar ingin bertemu Sarah.
"Ada tamu buat mbak Sarah..."
"Ya, Pak Amin, persilahkan saja naik."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Abie Mas
tamu
2022-09-03
0
Artati Sukreni
mm harus ada orang yg jd saingan....
2022-06-22
0
Apek Dankel
lanjut kakak,
2022-06-12
0