Raka memicu mobilnya dengan perasaan galau, entah bagaimana harus menghadapi orangtuanya. Bagaimana menjelaskan semua ini?
Tidak terbersit di pikirannya, Sally melakukan semua ini padanya. Sang tunangan yang selama ini benar-benar disukainya dan yang begitu manja padanya. Sally yang disayanginya sejak SMA benar-benar mengkhianatinya. Meninggalkannya tanpa pesan satu kalimat pun. Pantas saja dalam beberapa hari terakhir ini, WA nya off dan kontaknya seringkali di luar jangkauan.
Tetapi karena sedari dulu, Raka bukanlah orang yang posesif terhadap tunangannya, tidak ada kecurigaan apapun di hati Raka. Percaya tidak percaya selama ini, sedikitpun Raka tak pernah mempunyai perasaan cemburu terhadap Sally. Raka yakin saja, apapun yang dilakukan Sally, tetap saja Sally adalah miliknya. Semua orang tahu itu.
Sebelum dia berangkat ke Kuala Lumpur mewakili sang ayah dalam peresmian salah satu Hotel mereka yang baru dibuka di sana, mereka berdua sempat bertemu sebentar disebuah restoran.
Sekedar makan siang dan membahas persiapan fitting terakhir kostum pernikahan. Memastikan pra perhelatan sudah ditangani dengan benar oleh Wedding EO mereka. Meskipun sebenarnya mereka tahu kesiapan sudah delapan puluh persen di tangani oleh Dea, asisten Raka.
"Fittingnya tunggu kamu datang aja, toh yang mendesainnya Sarah juga." sahut Sally ketika Raka mengajak menyempatkan diri melakukan fitting baju pengantin, sebelum keberangkatannya.
Disaat itu, Sally memang agak gelisah dan menghindari berbicara banyak. Dia lebih sibuk dengam handphonenya. Tapi, Raka tidak pernah berpikir macam-macam,
" Mungkin dia terlalu tegang atau tertekan menghadapi acara pernikahan yang sudah begitu dekat," itu yang terbersit di hati Raka menanggapi sikap Sally yang tidak seceria biasanya.
Jam telah menunjukkan pukul 20.15 WIB. Lima belas menit yang lalu Raka baru meninggalkan kediaman orangtua Sally. Setelah hampir tiga jam menghadapi orangtua Sally, menerima kabar yang tidak hanya mengejutkannya tetapi juga menghancurkan perasaannya.
Handphone di tangan kirinya terus saja mengulang panggilan untuk satu nomor, kontak Sally.
Dengan kesal dibantingnya HPnya ke jok mobil yang kosong disampingnya. Sumpah serapah meluncur lewat bibir tipisnya seperti gumam yang tidak jelas.
Raka membelokkan mobilnya didepan sebuah cafe, salah satu favoritnya ketika sedang suntuk, di kotanya, masih salah satu dari cafe milik keluarga mereka. Di situ ada menyediakan beberapa jenis minuman beralkohol rendah juga.
Setelah memarkir mobilnya, Raka menuju sebuah sudut cafe. Segera melambaikan tangan dan memesan beberapa botol bir.
Raka benar-benar tidak mengerti, apa yang sebenarnya merasuki Sally, sampai melalukan hal sejauh ini.
Saat mendengar Sally ingin membatalkan pertunangan, tentu saja Raka tidak bisa mempercayai, bahkan setelah Sarah menunjukkan semua riwayat chat nya dengan Sally, Raka masih berharap semuanya itu bohong.
Bram...ya Bramantyo, Raka cukup mengenalnya
saat mereka satu team basket waktu SMA.
Bram memang tidak terlalu akrab dengannya, tapi Raka tahu benar sepak terjang Bram.
Bram memang salah satu dari laki-laki populer di sekolahnya dan juga pernah menjadi pacar Sally. Tapi hubungan mereka tidak lebih dari satu semester. Masih cukup lekat di ingatan Raka, bagaimana Sally tersedu-sedu di pundak Raka, karena mendapati Bram berpelukan mesra dengan Niar, teman sekelas mereka di belakang kantin sekolah.
Raka lah yang dengan sabar, menenangkan gadis itu dan mengantarnya pulang.
Dan sekarang, betapa tak masuk akalnya saat mendengar bahwa Sally kabur dengan Bram, yang bahkan sudah menikah dan mempunyai seorang anak.
Dalam lima tahun ini, semenjak pertunangan mereka, Raka benar-benar menaruh harapan yang besar terhadap hubungan mereka. Karena kepercayaannya yang tidak kalah besarnya kepada Sally, Raka memberi kebebasan yang seluas-luasnya kepada tunangannya itu.
Dulu, di saat masih satu sekolah, memang Sally adalah gadis yang terkenal karena beberapa kali mempermainkan pacar-pacarnya. Tapi, itu dulu...dulu sekali, saat Sally masih belum dewasa, saat Sally masih remaja.
Raka begitu yakin, gadis yang disayanginya itu akan berubah bersama waktu. Setiap orang punya masa lalu dan Raka sungguh-sungguh tidak mempermasalahkannya. Ketika Raka menyematkan cincin di jemari manis Sally lima tahun yang lalu, dia percaya Sally akan berhenti bermain-main karena ada yang benar-benar menjaga dan mengikatnya.
Beberapa tahun terakhir biarpun Raka dipisahkan jarak bahkan laut dan benua, Raka berusaha menjaga hatinya, karena keyakinannya pada cinta Sally. Dan, hubungan mereka benar-benar baik-baik saja. Dia dan Sally hampir setiap hari akan selalu saling berkirim kabar, lewat chat-chat, lewat pesan email dan video call.
Sally menjadi hiburan tersendiri disela kesibukan Raka. Betapa menyenangkan saat mendengar Sally bercerita dengan manja tentang kegiatan-kegiatannya, tentang kampusnya, teman barunya. Kadang bahkan Sally meminta Raka mengerjakan beberapa tugas-tugas mata kuliahnya.
Semua normal, benar-benar normal.
Diwaktu libur, Sally kadang tiba-tiba muncul di pintu apartemennya dengan wajah sumringah.
"Surprise...!" tawa lebar mengiringi mata yang berbinar manja, berdiri seperti bulan cerah di ambang pintu. Dan kemudian banyak waktu yang mereka lalui berdua, menyusuri jalan- jalan di kota Berlin. Mengingat cerianya, Sally ketika suatu sore di taman Grunewald, menikmati senja dipinggir sungai Havel dan berpegangan tangan sambil berjalan kaki diantara rimbunan pepohonan di Tiergarten.
Apakah semua kenangan-kenangan itu hanyalah cerita tak bermakna untuk Sally?
Raka meneguk kuat-kuat sebotol bir, mengenang semua itu seperti menggores-gores hatinya dengan kaca. Terasa sesak.
Selintas raut wajah Sarah, di benaknya yang kusut. Gadis itu seperti seorang puteri tertindas dengan mimik yang begitu misterius. Wajah yang seperti menyimpan banyak hal-hal yang bahkan dia sendiri tidak bisa mengungkapkannya. Benar-benar bertolak belakang dengan wajah Sally yang selalu mengambang senyum itu.
Wajah Sarah, terlalu tenang, seperti kolam tak berikan, seperti lukisan cantik yang buram. Dari dulu sesuatu yang langka jika melihat tawa lepas di bibirnya.
Dan Sarah, si gadis pendiam itu menggantikan posisi malaikat kecilnya Sally, benar-benar membuat Raka memejamkan matanya kuat-kuat.
Om dan tante Wijaya seperti orangtua kedua untuk Raka. Kedua orangtua mereka adalah founder yang mendirikan perusahaan secara bersama-sama dari awal, sampai kemudian menguasai hampir setengah dari bisnis perhotelan, mall dan cafe di kotanya.
Membatalkan pernikahan mereka tentunya sebuah goncangan yang hebat bagi dua keluarga ini.
Keputusan ada di tangan Raka, apakah Ia bersedia menukarkan pernikahannya dengan gadis yang dicintainya dengan seorang gadis yang hampir-hampir tak dikenalnya itu untuk menyelamatkan hubungan mereka, ataukah Raka harus mengambil resiko dengan meninggalkan semua prahara ini.
Mata Raka nanar memandang setengah lusin botol bir di depannya. Banyak hal yang melintas di kepalanya, wajah Sally, bayangan gelap Sarah, tangisan om dan tante Wijaya, wajah mamanya yang dalam perawatan setelah terserang stroke.
Dan bayang-bayang sebuah pesta pernikahan yang hancur ditengah badai.
Tiba-tiba Handphone Raka bergetar, diliriknya dengan enggan. Sebuah panggilan dari...? Raka hampir meloncat dari tempat duduknya. Ini telpon dari Sally...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
dalla.dalla
terlalu curiga itu salah....
tapi terlalu cuek juga salah ya...
2024-08-05
0
Fhebrie
hadeh selly sdh enak mau jadi istri raka malah jadi pelakor
2024-05-29
0
Lilisdayanti
selly sekarang pergi,,nanti kalau raka udah bahagi minta balikan 🙈🙈 hadeeeh pusing kepala barby 😂😂😂
2022-12-08
0