Jen membuka pintu ruangan sarah, dan mempersilahkan Raka duduk. Raka tampak angkuh ketika masuk, mengenakan polo shirt warna biru navy dan celana jeans dipadukan dengan sneaker putih.
Sarah berdiri dari duduknya, untuk menyambut kedatangan Raka. Dengan wajah tanpa ekspresi Raka duduk di sofa berseberangan meja dengan Sarah.
Kursi tamu itu memang di atur berhadapan tepat di samping jendela kaca, sehingga pemandangan langsung ke arah suasana kota.
Sarah benar-benar kikuk, tidak tahu harus memulai dari mana untuk membuka pembicaraan. Dan lagi, Sarah enggan untuk bertanya. Biar saja, Raka yang memulai, toh dia yang mau bertemu.
"Ku rasa kamu sudah mengerti apa yang mau ku bicarakan denganmu" Raka melemparkan pandangannya ke seluruh ruangan, dan terhenti pada sebuah manequin gaun pengantin, yang dia tahu benar, gaun pengantin Sally.
Disebelahnya agak kebelakang ada manequin dengan stelan jas pengantin pria model Italian yang klasik, mirip mode British Style dengan dua ventilasi di bagian belakang dan bahan wool silk Italia yang teksturnya mengkilap, benar-benar elegan.
Sempurnanya, dengan model slim fit saat dikenakan oleh Raka yang berbadan ideal.
Sarah tidak menyahut, menunggu Raka melanjutkan kalimatnya.
"Kita melakukan pernikahan ini hanyalah formalitas saja, kamu dan aku sama-sama
nggak punya pilihan" lanjutnya sinis.
Sarah menghela nafas pelan. Untuk hal itu, Sarah sudah tahu meskipun tidak di ucapkan.
"Kita lakukan saja seperti seharusnya. Setelah prosesinya kita laksanakan, kita hanya suami istri di atas kertas. Aku tidak akan melarang kamu melakukan apapun, begitu juga sebaliknya" mata Raka terpaku pada gaun pengantin di sudut ruangan itu, dia seolah-olah sedang berbicara dengan gaun itu.
"Oh, iya...kamu tidak perlu kuatir, aku tidak akan mengganggu kehidupanmu karena aku sudah merencanakan untuk melanjutkan S-2 di leiden university" Raka ternyata sudah merencanakan semuanya dengan matang.
Raka mengalihkan pandangan sebentar ke wajah Sarah.
" Kamu mengerti kan?" pertanyaan Raka seperti sembilu. Tatapan dingin itu seolah menghakimi Sarah.
Sarah mengatupkan rahangnya dengan kejengkelan yang tiba-tiba, andai saja dia cukup berani, maka ia akan berteriak,
"Seharusnya kamu lebih ramah padaku, karena aku adalah korban sebenarnya dalam masalah ini!"
"Akulah yang berkorban menyelamatkan semua kepentingan kalian, supaya kalian semua tidak kehilangan muka. Aku yang paling sakit! " Sarah membatin.
Raka mengeluarkan suara nafas berat, menyadarkan Sarah.
"Kamu mendengarkan aku?" tanya Raka tajam.
Sarah mengangkat dagu, dan membalas tatapan Raka dengan berani.
"Lalu...aku harus berkata apa?" Sarah balik bertanya dengan suara bergetar.
Raka membuang pandang ke arah jendela kaca dengan jengah.
"Aku cuma mau memastikan kamu benar-benar memahami, bahwa pernikahan ini hanya sandiwara saja. Setelah dua tiga tahun kita bisa mengajukan perceraian dengan berbagai alasan. Setelah itu kita bebas dari pernikahan ini"ujar Raka.
"Jangan pernah berpikir, kamu bisa benar-benar bisa menggantikan Sally." Ucap Raka lagi. Kalimat Raka ini menusuk ke hatinya, merendahkan harga dirinya ke level paling bawah.
"Kamu tidak perlu kuatir...aku hanya berdiri menjadi tumbal perbuatan adikku. Aku akan menjalankan skenario ini, bukan karena aku mau, tapi karena aku harus membayar ketidakberuntungan hidupku." Sarah menahan matanya supaya tidak mengerjap. Karena jika matanya mengedip, maka mungkin saja ada yang tidak terbendung keluar dari sana.
"Ku pastikan aku akan ada di depan altar di waktunya nanti dan menyeringai bahagia di hari resepsi pernikahan kita untuk menyenangkan semua orang.
Apakah itu cukup membuatmu puas?" lanjut Sarah dengan suara bergetar.
Raka tak bergeming, hanya mengusap pelipisnya dengan telunjuk tanpa ekspresi.
Dia seolah kehilangan rasa, ataukah mungkin dia adalah manusia yang tidak berperasaan?
Tak lama kemudian, Raka berdiri dari duduknya
"Baiklah kalau begitu, kamu hanya perlu datang di acaranya, untuk prosesi altar akan di kirimkan WO videonya, ikuti saja. Untuk urusan lain, aku yang urus" Raka meremas ponsel ditangannya dengan kuat, menekan perasaannya di depan Sarah.
Sarah diam di tempatnya duduk, enggan untuk berdiri. Dia kehilangan minat untuk mengantarkan Raka ke pintu. Terdengar langkah halusnya, tapi sebelum menyentuh gagang pintu, Raka berbalik.
"Kirimkan jas itu ke rumahku, berserta berapa biaya gaun pengantinnya. Gaun itu boleh kamu pakai jika cocok denganmu."
Sarah tidak menanggapi, hanya menoleh sebentar ke arah Raka, kemudian menatap lurus ke arah jendela.
Suara pintu di buka kemudian ditutup, meyakinkan Sarah bahwa Raka sudah meninggalkan ruangannya.
Sepeninggal Raka, tak bisa Sarah bendung lagi air matanya. Sarah menangis tanpa suara dengan wajah keras lurus menghadap jendela kaca.
Langit di atas kota hari ini begitu cerah, begitu biru. Sungguh ironis dengan perasaan Sarah.
Semua orang seperti mengacungkan jari padanya, meminta pertanggungan jawab dari dirinya atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya.
Sandiwara pernikahan ini menyakitkannya, menusuk-nusuk hatinya. Apakah karena hidupnya yang sial sehingga semua hal yang buruk harus dialaminya. Bahkan Raka yang seharusnya berterimakasih atas keberadaannya, merendahkannya sedemikian rupa.
...***...
Raka melemparkan badannya ke atas tempat tidur dengan kesal tanpa memperdulikan sepatu yang masih melekat di kakinya.
Semua adegan di ruang kerja Sarah tadi seperti kaset kusut di kepalanya.
Raka kesal dengan sikap pasrah Sarah dan kesannya yang begitu pelit mengeluarkan kata-kata. Tapi saat dia tiba-tiba mengeluarkan kata-kata, kalimat yang keluar seperti balok yang langsung menumbuk jantung Raka.
Memaksanya merasa berdosa dengan apa yang telah dilakukannya pada kehidupan gadis itu.
Wajah Sarah sebenarnya cukup cantik, dengan mata besar berkilau dan alisnya yang tebal rapi. Rambutnya panjang model wavy beach, kalau di lihat dari jauh saat dia diam, seperti wanita dalam lukisan. Hanya saja dia begitu suram.
Seharusnya, dia mengeluarkan semua yang ada di kepalanya, paling tidak, menyampaikan amarahnya atas ketidak adilan yang di terimanya. Dengan begitu, Raka bisa mendebatnya dan memberikannya banyak alasan kenapa dia harus dilibatkan. Hal itu tentu lebih membuat Raka sedikit terhormat dalam menganiaya masa depan Sarah
Tapi yang terjadi, Sarah hanya menerimanya dengan tanpa banyak bicara. Membiarkan Raka yang sedang patah hati ini merasa semakin bersalah.
Sudahlah, pikir Raka. Sally telah menyakitinya seperti ini, tentu saja semua keluarganya juga harus bertanggung jawab. Kalaupun Sarah melakukan pernikahan ini, tidak akan lama juga. Mereka hanya menikah pura-pura. Setelah menjadi suami istri, Raka juga tidak akan lama di sini. Dengan alasan melanjutkan sekolah ke Leiden dia bisa menjauh dari semua permasalahan ini sementara waktu.
Bisnis mereka tetap baik-baik saja sepeninggal Raka, karena Edgar kakaknya menangani urusan perusahaan selama ini.
Raka menatap langit-langit kamar hotel yang sudah dua malam ini ditempatinya. Raka malas pulang, jika tidak ada yang perlu sekali. Mungkin nanti, setelah dekat hari H, dia akan kembali ke rumah.
Dia enggan pulang setelah berhasil meyakinkan orangtuanya dengan sebuah cerita bohong bahwa Ia dan Sally sepakat mengakhiri pertunangan mereka, karena selama ini Ia mencintai Sarah bukan Sally.
Dengan penuh kesungguhan Raka bersandiwara meminta restu mereka, meminta ijin menikahi Sarah dan mengatakan bahwa semuanya sudah sepengetahuan orangtua Sarah. Ia dan Sally sudah berpisah baik-baik.
Sally juga sekarang sedang di luar negeri, dengan laki-laki pilihannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Dwisur
Sarah , dengan perjalanan hidup dari kecil yg sudah terbiasa penuh warna warni menjadikan karakter pribadi yang menarik dan unik
2024-12-01
1
Fhebrie
kayaknya sarah hidupnya memang tertekan
2024-05-29
0
latifa laura
sabar Sarah,kehidupan memang tak seperti yang kita bayangkan,nasip kita hampir sama
2023-09-28
0