"Hallo...Sally??!" suara Raka tanpa sadar meninggi, dengan volume yang cukup mengejutkan dua sejoli yang lagi duduk tidak jauh dari mejanya.
"Ya..." ada suara lirih diseberang.
"Kamu dimana? kamu kemana saja?" cecar Raka, mukanya merah padam menahan emosinya yang campur aduk.
"Aku...aku...minta maaf," suara lirih milik sally terdengar bergetar.
"Maaf untuk apa? kamu dimana? aku sekarang ke sana...kita harus bertemu!"
"Maafkan aku, Ka...aku yang salah." desah Sally
"Kita bertemu sekarang! kita harus bicara!" Raka berteriak keras.
"Raka...biarkan aku bicara dulu"
"Kita harus ketemu!!!" Raka menyela dengan gusar.
"Raka...dengarkan aku! waktuku tidak banyak, sebentar lagi aku boarding. Aku minta dengarkan aku, please..." suara Sally terdengar tegas penuh permohonan.
"Maafkan aku, tidak usah menunggu aku lagi.
Aku menyesal terlambat menyadari bahwa aku tidak pernah benar-benar mencintaimu. Selama ini ternyata aku hanya menyayangimu, tidak lebih!"
Raka terpaku seperti patung, terpana dengan kalimat yang didengarnya.
"Aku tahu aku salah, karena pergi di saat-saat seperti ini. Tapi aku tidak bisa menghabiskan hidupku denganmu, aku lelah bersembunyi selama ini. Aku minta maaf..."suara di seberang semakin serak.
"Tapi tidak begini caranya! Apa kamu sudah gila? Kamu tidak memikirkan banyak orang yang bisa gila juga karena kamu!"
Raka mendengus geram dengan rasa amarah.
Semudah itukah Sally meminta maaf untuk semua perbuatannya ini. Suara di seberang mulai terisak.
" Oke...kamu tidak perlu memikirkan aku, tapi apa kamu tidak ingat papa mamamu? Kamu tidak memikirkan perasaan orangtuaku! Kamu tidak memikirkan apa kalau aku bakal jadi bahan tertawaan semua orang!
Kamu anggap semua ini lelucon apa?!"Raka benar-benar tidak lagi bisa membendung amarahnya.
"Aku tahu, aku mengecewakan banyak orang.
Tapi aku sudah mengambil keputusan ini! Aku tidak tega membohongimu lebih lama lagi. Aku mencintai orang lain, aku lebih bahagia dengannya. Aku tidak mau menciptakan pernikahan neraka untuk kita berdua, jika ini di teruskan."
Raka terduduk lemas, banyak kata yang ingin diucapkannya tapi semuanya seperti tertahan di tenggorokan. sesaat mereka berdua terperangkap hening, tidak tahu harus bebicara apa.
"Raka..."
"Raka, kamu masih mendengarkan ku kan?" terdengar isak kecil di sana.
"Sally, nggak begini caranya...ayo kita bicarakan baik-baik. Pulanglah..." Raka memejamkan matanya yang terasa perih. Raka tidak pernah merasa putus asa seperti ini.
"Aku...aku tidak bisa kembali, Bram menungguku. Dan sekarang aku...aku sedang mengandung anaknya..." terdengar suara terbata-bata Sally diujung sana, tapi suara itu seperti petir ditelinga Raka.
Raka terbelalak, seperti orang yang dihujam jantungnya. Semua yang ada di dalam dadanya terasa sesak. Mulutnya seperti kram, tak tahu harus mengatakan apa-apa lagi.
"Maafkan aku...maafkan aku telah mengecewakanmu begini. Tidak perlu menunggu aku lagi, aku minta maaf"
kalimat lirih disela isak itu kemudian terdengar nada sela panggilan berakhir.
Raka terdiam seperti orang linglung, tangannya menggenggam kuat ponsel di tangannya, seolah-olah ingin meremasnya menjadi kepingan.
Raka tidak pernah merasa sesakit ini di dalam hidupnya, rasa sakit yang membuat dadanya benar-benar terasa sesak.
Kepala Raka terkulai di sandaran kursi, tubuhnya benar-benar lemas berusaha mencerna apa yang baru saja di dengarnya.
Berusaha memilah-milah segala hal yang merasuk di otaknya.
Mengapa Sally mengkhianatinya sedemikian rupa. Tidak tahukah Sally bahwa apa yang telah diperbuatnya, tidak hanya mematahkan hatinya,
tidak hanya mempermalukannya tetapi juga menghancurkan hidupnya.
Mata Raka terasa panas, semakin di pejamkan, terasa semakin perih. Raka tahu dia lelaki yang tabu untuk mengeluarkan air mata tapi lelaki manakah yang tidak merasa hancur jika mengalami apa yang kini dirasakannya.
Terasa air merembes di sudut matanya yang terpejam, Raka menyekanya dengan kasar. Dia benci dengan rasa tidak berdaya yang kini menderanya.
Dia masih berharap ini hanya mimpi.
Dicengkeramnya dengan kasar satu botol bir, dan menenggaknya dengan kasar. Kepalanya terasa berat. Raka tidak bisa memahami, perasaan cinta macam apa yang dipunyai Sally kepada Bram, sehingga sanggup melakukan semua ini? Tidak ia memikirkan perasaan orangtua mereka, keluarga mereka, rumah tangga Bram, perasaan anak istri Bram?
Apalagi sekarang bahkan begitu lugasnya dia mengatakan, dia mengandung anak Bram.
Cinta macam apa yang tega menghancurkan banyak hati untuk kebahagiaannya sendiri.
Mengapa ada cinta buta seperti ini di dunia?
Raka menarik nafasnya dengan berat, mencoba mengembalikan kewarasannya karena beberapa saat ia merasa seperti gila dengan semua yang ada di kepalanya. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa sakit, marah, bingung, kecewa, kasihan, benci, kesal bahkan ada rasa jijik terhadap apa yang telah dilakukan Sally.
Raka mengakui bahwa dia bahagia saat bersama dengan Sally. Bukankah merasakan kebahagiaan bersama seseorang itu berarti kita mencintai orang itu? Tapi apakah selama ini, Sally tidak merasakan hal yang sama terhadap dirinya? Ataukah selama ini dia hanya berpura-pura bahagia saat bersamaku?
Seburuk itukah hubungan kami selama ini, bahkan aku sendiri tak menyadarinya? semua pertanyaan itu bertubi-tubi menyerang benaknya.
"Pak Raka..." sebuah suara menghampiri telinga Raka. Dengan enggan dibukanya kelopak mata, dengan kepala masih terkulai di sandaran kursi. Wajah manis Riris, salah satu pelayan cafe yang sangat dikenal Raka tersenyum didepannya.
"Pak Raka, sudah jam 12..." ucapnya dengan nada ragu. Raka memejamkan matanya lagi.
"Sebentar lagi, Ris..."desah Raka.
Dia pandang sekelilingnya, sudah sepi. Beberapa pelayan cafe yang lain sepertinya juga sibuk berbenah. Cafe ini memang hanya buka sampai jam 12 malam saja. Raka tahu benar, karena ini adalah salah satu dari cafe milik Rudiat Wijaya Grup. Perusaan milik ayah Raka dan Sally.
"Telpon Dea, aku nggak pulang, aku mau tidur di Merkurius malam ini..." ucap Raka lagi.
"Iya, Pak." sahut Riris segera.
Dia tidak pernah melihat bosnya begitu kacau seperti malam ini.
Dengan sigap Riris menelpon Dea, asisten Raka. Menyampaikan pesan sang bos. Merkurius Hotel adalah salah satu dari jaringan hotel yang dimiliki Rudiat Wijaya Grup juga. Jadi asistennya hanya perlu menelpon maneger hotel untuk memesan kamar untuk Raka. Hotel itu tidak terlalu jauh dari cafe tempat sekarang.
Raka benar-benar merasa lelah jiwa dan raga. Malam ini dia tidak ingin pulang, malam ini dia perlu tempat menenangkan hatinya dan berpikir harus melakukan apa?
Ide gila yang di lontarkan tante mytha tentang menggantikan Sally dengan sarah, yang sempat hanya dijadikan opsi permohonan untuk solusi dari keluarga Sally sekarang benar-benar harus dipikirkan lagi.
Sempat Raka mengatakan akan mempertimbangkannya tadi saat di rumah Om Wijaya, sebenarnya asal bicara saja, dia tidak berharap benar-benar melakukannya karena masih belum sepenuhnya percaya dengan apa yang di dengarnya dari Sarah dan keluarganya.
Tapi sekarang?
Pilihan ini menjadi sesuatu yang paling masuk akal dilakukan di situasi ini, kalau menginginkan semuanya baik-baik saja. Jika ingin menyelamatkan kerjasama dua keluarga mereka, apalagi saham keluarga Rudiat di grup saat ini hanya 35 persen saja. Jika Raka memikirkan diri sendiri, perpecahan grup tentu akan terjadi dan itu sama sekali tidak menguntungkan keluarga mereka.
Pernikahan dengan keluarga Wijaya adalah impian ayahnya dari dulu. Apalagi ibunya sekarang begitu lemah karena serangan stroke dan masih dalam masa pemulihan.
Raka benar-benar merasa tak berdaya, kebahagiaannya atau perasaannya bukan lagi prioritas yang harus dipikirkannya. Banyak hal yang harus dipertimbangkannya di atas prahara yang kini dialaminya.
Sekarang, Raka hanya harus menata hatinya, melepaskan Sally dari pikirannya dan dari hidupnya. Sally, cinta pertamanya dan juga cinta yang diharapkannya menjadi terakhirnya.
Raka harus melepaskan semua mimpi-mimpinya, karena menunggu orang yang tidak menginginkan dirinya adalah sia-sia.
Ponselnya bergetar, panggilan dari Dea asistennya. Raka meraihnya dan berdiri,
"Ya...hallo..."
"Kamarnya sudah siap kak..."
Raka menutup telpon dan beranjak.
Malam ini, dia harus membuat keputusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Nayla Sasha
perasaan udh 2× aku baca cerita ini tapi tetap bikin aku baper
2023-12-03
0
Rina
keren bahasanya...👍
2022-12-10
0
juriyati
langsung fall in love akuuh....
2022-07-03
0