Raka sama sekali tidak kelihatan setelah sarapan pagi bersama, pamit kemana perginya juga tidak ada.
Sarah sebenarnya tak ambil pusing, dia bisa menyibukkan diri sendiri dengan berdiskusi mengenai persiapan fashion show dua minggu lagi lewat video call dengan Jen.
Tapi setidaknya, Raka bertanggung jawab karena telah membawanya ke rumah ini, tidak adil dong dia cuma membawa Sarah kemudian menghilang?
Setelah selesai diskusi dengan Jen, Sarah benar-benar bosan. Rumah terasa sepi, tapi Sarah merasa tenang tidak harus bertemu Raka jadi dia tidak perlu menguras emosinya menghadapi sikap Raka yang kadang keterlaluan.
Mama Raka sepertinya sedang melakukan fisiotherapy bersama perawat, Sarah juga tidak ingin menganggu nya, itu di beritahukan tadi saat mereka sedang sarapan. Jadwal rutin pagi.
Pasca Stroke ringan yang menimpa mama Raka, setelah pengobatan di rumah sakit, mama Raka harus rutin melakukan fisiotherapy di rumah bersama suster perawatnya sambil juga tetap rutin check up ke dokter syaraf pribadi mereka.
Untung saja, untuk berbicara dan berinteraksi mama Raka sudah pulih tapi untuk berjalan, keseimbangan tubuhnya masih terganggu, terutama salah satu bagian anggota gerak tubuhnya.
Jadi diperlukan melatih anggota geraknya untuk bisa berjalan normal.
Sarah turun dari kamar dan berkeliling rumah, kemudian sampai di dapur. Nampak Bi Asih sedang sibuk dengan satu orang asisten rumah tangga lainnya, yang tampaknya juru masak rumah.
"Non Sarah" Bi Asih menyambutnya dengan senyum riang.
Alis Sarah mengernyit.
"Kan aku minta di panggil Nak saja, bi..." Sarah menunjukkan wajah merajuk
"Eh, iya...bibi lupa." Bi Asih terkekeh
"Ada yang bisa bibi bantu atau...nak Sarah memerlukan sesuatu?" tanya Bi Asih ramah.
"Tidak bi, aku hanya jalan-jalan saja"
"Disini dapur kotor nak Sarah, tempat masak. Kasihan nak Sarah nanti jadi bau asap dan bawang"
Sarah berjalan cuek, melihat seorang perempuan yang usianya mungkin tiga puluhan yang sedang membersihkan sayuran.
"Aku lagi bosan, ada yang bisa ku bantu di sini?" tanya Sarah sambil tangannya dilipat di belakang punggung seolah menunggu instruksi.
Bi Asih berpandangan dengan perempuan yang sedang sibuk dengan sayurannya itu.
"Nak Sarah, tidak usah...nanti nyonya besar bisa marah, kalau saya dan mbak Marni merepotkan nak Sarah." Bi Asih menolak dengan enggan.
"Bibi, aku sudah biasa masak sendiri, masakan aku enak lho" tawar Sarah.
"Aku bantu masak untuk makan siang ini, ya" tanpa menunggu persetujuan Sarah menuju sebuah lemari kaca kecil yang kelihatan dari jauh adalah tempat celemek dan kain-kain lap bersih.
Sarah mengenakan salah satu celemek dan tersenyum lebar kepada bi Asih dan mbak Marni yang masih terheran-heran memandangnya.
"Tenang saja bi, aku siap menanggungnya kalau nyonya eh mama marah" Sarah nyengir sambil mendatangi mbak marni yang masih menghadap kitchen sink.
"kita masak apa hari ini mbak?" tanya Sarah.
"Belum jelas ni masih non...baru rencana" mbak Marni menjawab sungkan.
"Tuan suka masakan seafood, nyonya biasanya bubur dan sayur-sayur, kalau ada den Raka biasanya dia suka masakan dari daging..." lanjut mbak Marni.
Sarah berkacak pinggang sebentar sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Dia ingat, temperamen mama dan papa Raka yang begitu ramah, humoris dan menyenangkan, tentunya tidak akan mempermasalahkan jika dia ikut andil menentukan menu makan siang hari ini.
"Bagaimana jika aku yang bikin menu hari ini..." Sarah tersenyum, dia senang jika bisa membunuh kebosanannya dengan melalukan sesuatu, apalagi jika itu adalah salah satu hobbynya juga yaitu memasak.
Sebentar kemudian Sarah sudah sibuk dengan semua peralatan masaknya, mbak Marni dan bi Asih siap sedia membantu Sarah, entah mengambilkan sesuatu, membersihkan dan memotong bahan. Sarah membuat bumbu-bumbu dan juga memasaknya.
Mbak Marni dan bi Asih melakukan perintah majikan barunya itu dengan senang, mereka tidak menyangka gadis dari kalangan atas ini ternyata suka rela melakukan pekerjaan memasak di dapur, yang tentu saja jarang di lalukan gadis seumuran mereka apalagi sekelas Sarah yang notabene anak salah satu orang terkaya di kota mereka.
Untuk mama Raka secara khusus Sarah membuat sup jagung wortel.
"Nyonya bisa bosan lho, di kasih bubur tim terus..." ucap Sarah sambil tangannya sibuk bergerak.
Menurut bi Asih, papa raka suka sekali dengan masakan asia khususnya seafood yang di masak ala chinese. tapi Raka tidak suka masakan asia, favoritnya Raka menu ke barat-baratan. Dan satu lagi Raka tidak suka makan ikan, itu sudah dari semenjak dia kecil.
Sarah menyunggingkan senyum, setidaknya dia bisa balas dendam lewat masakan siang ini.
Dia mau Raka hari ini tidak usah makan saja, atau kalau menilik dari sikap dan gaya Raka yang suka bersandiwara di depan orangtuanya mengenai keharmonisan hubungan mereka,
hari ini Raka harus makan dengan makanan yang dia tidak suka.
Menu yang lain Sarah menyiapkan steamed salmon with fish sauce, bokchoy tumis jamur shimeji di tambah dengan sup asparagus dengan daging kepiting yang di haluskan.
Makanan penutup ada custard yang di buat Sarah dengan penuh dedikasi.
Semua menu itu di buat fleksibel, bisa juga di nikmati oleh mama Raka, meskipun dalam masa pemulihan.
Sarah memandang dengan puas masakan yang di buatnya.
"Nak sarah, untuk den Raka kita bikin apa?"
tanya bi Asih, penasaran.
"Ah, sudahlah bi...dia makan yang ini saja"
Sarah tersenyum kecil.
"Tapi den Raka tidak suka ikan."
"Dia pasti suka, bi...kan istrinya yang masak"
Sahut Sarah dan melepas celemek dengan senang.
Dia yakin kemanapun Raka siang ini, dia pasti tidak melewatkan makan siang bersama keluarganya.
...***...
"Benar, ini semua masakan Sarah?" mama Raka masih menatap bi Asih dengan tidak percaya.
"Iya, nyonya...kami sudah melarang non Sarah untuk ikut memasak tapi non memaksa" Bi Asih menjawab dari tempatnya berdiri dengan agak takut kalau-kalau nyonya besarnya itu marah karena membiarkan menantunya melakukan hal yang kasar.
"Iya, ma...Sarah juga tidak ada kerjaan tadi, jadi membantu memasak. Sarah sudah biasa masak sendiri" Sahut Sarah.
Papa Raka sudah mencicipi Steamed salmon dengan tidak sabar.
"Enak sekali masakan menantu ku ini, enak sekali...restoran kalah jauh" puji papa Raka dengan puas.
Mama Raka juga makan dengan lahap
"Mama suka sayang, semua masakan kamu benar-benar luar biasa" mama Raka memandang menantunya itu dengan bangga.
Yang di pandang hanya tersipu, tapi Raka tak bergeming di sebelah Sarah, hanya memandang semua menu di meja dengan nanar.
"Eh, untuk Raka apa nih?" mama Raka memutar pandangan mengitari menu di meja, kemudian menoleh kepada Sarah dengan penasaran.
Raka tidak menyukai semua olahan ikan, mama Raka tahu pasti itu.
"Iya ma, Raka sekarang sudah mulai menyukai ikan sejak kami tinggal bersama di apartemen, dia sering minta dimasakkan ikan.
Apalagi sup asparagus yang di buat kental, dia suka sekali" ucap Sarah sambil menyendok sup asparagus ke dalam mangkok kecil meletakkan di depan Raka. Kemudian memasukkan sepotong ikan ke piring Raka.
"Ayo sayang, di makan...ini favorit kamu kan?"
Sarah menyeringai dengan penuh kemenangan melihat wajah Raka yang sejenak kebingungan tidak tahu harus menjawab apa.
"Sayang, kamu sekarang mau makan ikan?" mamah Raka menatap anaknya itu dengan tidak percaya. Sejak kecil Raka pasti akan menolak jika makan ikan
"Raka tidak suka ikan, amis...!" begitu alasan Raka.
Dan hari ini, seperti melihat keajaiban, ketika mereka melihat Raka memasukkan potongan ikan ke mulutnya.
"Iya ma, aku suka semua masakan yang di buat istriku" Raka menjawab sambil berusaha menelan ikan yang masuk ke mulutnya tanpa di kunyah.
Mata Raka mencuri pandang sebentar ke arah Sarah yang sedang tersenyum bahagia, senyum pertama yang paling tulus yang pernah dilihatnya dari gadis yang dinikahinya ini selama bersamanya.
Dia tidak menyangka gadis itu sudah pandai menirunya bersandiwara.
Bahkan kini sepertinya sedang membalas perlakuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Dwisur
rasain kamu raka
2024-12-01
0
Dhevi Aylla
😆😆 Pembalasan dendam yang menakjubkan 👏🏻👏🏻👏🏻
2023-09-24
1
Lily
alur cerita yang bagus lanjut thor
2023-09-02
0