Pagi yang cerah, di ruang makan pribadi mereka, sarapan telah di sediakan oleh pelayan, menu berdasarkan request Raka, lebih banyak dari seharusnya.
Di atas meja makan yang lumayan besar itu tersedia aneka menu sarapan full breakfeast.
Ada roti panggang dengan preserved butter dan selai kacang, wafel favorit Raka, baked egg avocado kesukaan papa Raka, bubur ayam disediakan khusus untuk mama Raka. Tambahan lain ada pancake dan buah potong fresh kemudian baverage satu poci greentea dan juga susu segar.
Sarah sudah mandi lebih pagi dan berpakaian rapi, mengenakan rok plisket coklat muda dibawah lutut dipadukan dengan atasan cokelat model turtleneck yang setingkat lebih muda warnanya dari bawahannya, penampilannya sederhana itu tetap memancarkan aura yang elegan.
Raka tampak lebih casual dengan celana model tailoring dan baju oblong yang santai.
Rencana sarapan bersama ini sudah di lontarkan mama Raka tadi malam usai pesta resepsi. Dan dengan patuh Raka menyetujuinya. Sarah juga mengiyakan dengan manis.
Sekarang mereka berdua duduk di ruang tamu dengan tegang, seperti sedang menunggu panggilan ujian.
"Kita harus berusaha meyakinkan mereka, jangan bertingkah mencurigakan" ucap Raka datar tanpa mengalihkan wajahnya dari handphone di tangannya.
Sarah diam tak menyahut, dia sibuk sendiri membalas chat Jen, asistennya yang membicarakan soal urusan butik.
"Terlebih-lebih di depan mama, dia adalah orang yang sensitif" Raka menambahkan lagi.
Sarah mencibir dalam hati, selalu dia yang dituntut menjaga perasaan orang lain, lalu yang bisa menjaga perasaannya siapa?
Bel berbunyi, Raka langsung berdiri dan membuka pintu. Sarah mengikuti dari belakang dengan senyum manis. Mama Raka yang masih dalam pemulihan dari sakit, di dorong menggunakan kursi roda oleh Dea asisten Raka.
"Pagi ma, pagi pa..." Raka mencium pipi kiri kanan orang tuanya dengan hangat.
"Pagi sayang..." sambut mama Raka dengan sumringah.
Tangan kiri Raka memberi kode untuk melakukan hal yang sama. Sarah berdiri seperti orang bingung.
Tiba-tiba Raka menarik tangan Sarah dan mengantarnya langsung berdiri di depan papa dan mama Raka. Bibir Raka memberi isyarat seperti sedang memberi ciuman. Sarah baru tersadar dengan apa yang harus dilakukannya.
"Pagi tante, pagi om..."Sarah mendaratkan ciuman di pipi kanan dan kiri kedua mertuanya itu dengan kikuk.
Benar-benar keterlaluan Raka ini, kenapa dia tidak memberi tahukan apa saja kebiasaan mereka saat bertemu, setidaknya Sarah tidak terlihat begitu kaku melakukannya.
"Sayang, jangan panggil om dan tante lagi, panggil mama dan papa saja" mama Raka bertingkah seperti orang yang protes berat.
Raka segera memeluk pundak Sarah,
"Iya, sayang...mama benar"
Sarah tak menyangka dengan reaksi Raka yang luar biasa berbeda itu. Mata Sarah mendelik ke arah Raka, ini diluar skenario sama sekali.
Sarah tidak berkeberatan berakting di depan orangtua Raka tapi tidak perlu juga menurut Sarah memeluknya begitu, bahkan memanggilnya dengan kata sayang segala.
"Oh, iya tante...eh, mama..."sahut Sarah salah tingkah.
"Tenang saja, dia akan segera terbiasa," Raka menyeringai sambil menekan pundak Sarah, seolah memberi instruksi buat Sarah.
Papa dan mama Raka tertawa melihat tingkah anak dan menantunya itu.
Raka mengambil alih mendorong kursi roda mamanya.
"Ayo, kita sarapan saja...mama pasti sudah lapar" ujar Raka disambut tawa kecil mamanya.
meskipun sudah berumur mama Raka terlihat masih cantik, guratan pesona masa mudanya masih kentara.
Papa Raka mengambil duduk di kursi di sebelah mama Raka, Sarah duduk dengan patuh di sebelah Raka.
"Bagaimana malam tadi, sepertinya kalian berdua kurang tidur" papa Raka tertawa menggoda. Wajah Sarah langsung merah padam. Raka menyambutnya dengan tawa guyonan papanya, seolah membenarkan apa yang dikatakan sang ayah.
"Dea, kamu tidak ikut sarapan?" tegur Raka pada asistennya yang duduk di kursi ruang tamu, mengalihkan pembicaraan sang ayah.
"Saya sudah sarapan di resto hotel tadi, sebelum ke kamar bapak dan ibu" jawab Dea.
Raka mengambilkan mangkok bubur untuk mamanya, sementara papa Sarah sudah mulai menyendok baked egg avocado kesukaannya.
"Papamu ini lho, terlalu bersemangat untuk sarapan bersama kalian. Sebenarnya, tidak enak menganggu kalian pagi-pagi" mama Raka mencibir manja ke arah suaminya.
"Bukannya mama yang tidak sabaran bertemu menantu barunya...?"goda papa Raka.
Sarah benar-benar merasa seperti orang bodoh di depan orangtua Raka. Mereka begitu hangat dan penuh cinta, sementara Sarah dan Raja mati-matian berakting hanya untuk terlihat sebagai suami istri.
"Sayang, makanlah, ini Wafel kesukaanmu, mumpung masih hangat" Raka meletakkan sepotong wafel di piring Sarah yang masih kosong. Sekali lagi Sarah mendelik ke arah Raka, sok tahu sekali, sejak kapan dia tahu aku menyukai wafel? bukannya itu favoritnya?
Sarah bukan penggemar wafel, dia biasanya akan memesan pancake yang di beri topping sirup mapple dan wipped cream untuk menu breakfast.
Selama Sarapan, mereka asyik mengobrol dengan pembicaraan-pembicaraan ringan, mengenai beberapa hal lucu yang terjadi saat prosesi pernikahan.
Sarah hanya menyahut dengan jawaban-jawaban pendek dan kadang ikut tertawa. Sarah tidak harus banyak bicara, semua hal selalu diambil alih Raka menjawabnya.
Selesai sarapan, mereka duduk santai di ruang tamu kamar yang cukup luas itu. Mama dan papa Raka duduk santai di sofa besar yang dijadikan tempat tidur Sarah tadi malam.
Sarah mengambil tempat duduk di sofa panjang di seberang meja.
Dea, sang asisten Raka nampak sedang membahas beberapa hal yang berhubungan tentang pekerjaan, di ruang kerja Raka.
" Sarah, mama benar-benar bahagia untuk kalian" mama Raka berucap lembut, senyum wanita paruh baya itu begitu tulus.
"Makasih tante eh..ma..." Sarah sama sekali belum terbiasa dengan panggilan mama itu.
"Papa benar-benar nggak mengira, Raka menikahi kamu Sarah, bukannya Sally. Selama ini tunangannya dengan Sally eh, nikahnya sama kakaknya...kalian anak-anak muda ini benar-benar aneh..." Papa Raka terkekeh seperti yang dibicarakannya sangat lucu
"Sejak kapan sih, hubungannya kalian berdua Raka itu? " tanya papa Raka dengan nada penasaran. Pertanyaan ini simpel, tapi membuat Sarah kelimpungan tak tahu harus menjawab apa.
"Dari pertama kali aku melihatnya, aku sudah jatuh cinta..." entah sejak kapan Raka telah ada duduk di sampingnya. Merapat begitu saja tanpa ada pemberitahuan.
Sarah melotot pada Raka, pagi ini entah berapa kali dia membeliak matanya pada Raka, sikap Raka yang aneh dan berlebihan itu membuat Sarah tidak nyaman.
"Dulu, aku bertunangan dengan Sally karena ku kira, aku menyukai dia dan Sally pun merespon sama. Tapi sebenarnya aku baru menyadari aku menyukai Sarah. Selama bertunangan dengan Sally, kami berdua diam-diam berhubungan"
Raka mengedipkan matanya pada Sarah dengan genit, Sarah benar-benar tidak percaya apakah laki-laki di sampingnya ini adalah laki-laki yang sama dengan Raka yang berbicara dengan nada dingin padanya selama ini.
"Dan lagi, Sally juga menyukai orang lain, itu membuat kami berdua bisa menikah kan? Semua jadi happy ending" Raka tertawa lepas, tapi ditelinga Sarah tawa itu benar-benar garing.
"Coba kalian ngomong dari dulu, kan kamu bisa bertunangan dengan Sarah bukan dengan Sally. Tunangan kok dibikin main-main nak" mama Raka menatap anaknya dengan kesal tapi tidak ada nada marah di sana.
"Ah, sudahlah ma...nggak usah membahas masa lalu, yang penting sekarang aku sudah memberimu menantu yang baik dan cantik, ya kan?" Raka memeluk bahu Sarah dengan mesra. Sarah melirik wajah Raka dengan gusar.
Bersandiwara sih boleh saja, tapi ini sudah keterlaluan. mereka tidak ada kesepakatan untuk boleh saling menyentuh tapi Raka seenaknya main peluk di depan orang tuanya.
"Iya ma, nggak usah ungkit-ungkit lagi. Yang penting mereka berdua bahagia. Dan lagi papa kok lebih suka dengan Sarah...lebih kalem dan nggak berisik seperti Sally. Mirip kamu dulu" Papa Raka tertawa sambil menepuk tangan istrinya sambil tertawa.
Mama Raka mendengus sambil memukul bahu suaminya dengan manja.
" Sayang, ngomong-ngomong, Sally dimana sekarang, kok nggak hadir saat pernikahan kalian?" tanya mama Raka tiba-tiba.
"Ah, mama ini nggak lucu ah. Ya nggak enak dong kalau dia hadir, kan aku tunangan sama dia, tapi nikahnya sama kakaknya..."
Raka tiba-tiba menyahut sebelum sempat Sarah menjawab, sambil tergelak pula. Seolah-olah apa yang dikatakannya itu sangat lucu.
Raka begitu pandai mengisahkan cerita-cerita bohong kepada orang tuanya, sampai-sampai Sarah tercengang dengan apa yang sedang dilakukan oleh Raka. Andai saja dia adalah aktor film, Sarah yakin dia akan sukses memerankan tokoh film yang harus dimainkannya.
"Rencana bulan madunya kemana nih, Ka?" goda papa Raka.
"Terserah Sarah saja" Raka menjawab sekenanya.
"Kemana sayang? ke Jerman, Paris, atau jepang mungkin? di sana indah-indah lho, cocok tempat bulan madu" mama Sarah mengarahkan pandangannya ke pada Sarah.
"Mungkin nggak kemana-mana ma, Raka banyak pekerjaan sepertinya..." sahut Sarah asal jawab.
"Bulan madunya di apartemen saja, ma" Raka tertawa. Si wajah dingin ini ternyata sangat manis kalau tertawa.
"Ya, sudahlah...terserah kalian saja lah, kalau memang sibuk bisa ditunda dulu. Kalian tinggal di apartemen siapa? Apartemen Raka apa apartemen Sarah nih?" tanya mama.
"Apartemen Sarah saja, lebih dekat sama butiknya" jawab Raka cepat.
Sarah cuma mengangguk, seolah setuju. Padahal mereka sudah sepakat tidak akan tinggal bersama.
Sarah merasa benar-benar tidak enak, begitu banyak berbohong di depan orangtua Raka. Tetapi, Raka begitu santai menjadi
sutradara sekaligus sang aktor handal untuk kebohongan mereka hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Fhebrie
lama kelamaan juga bakalan cinta beneran tuh
2024-05-29
0
Dhevi Aylla
sebenarnya raka cari kesempatan saja sih, cuma pura2 dingin saja sama sarah
2023-09-23
0
Dhevi Aylla
nanti kena tabok ni si raka,, ngomongnya rada2 😆😆🤣🤣
2023-09-23
1