Menikah Denganmu Adalah Takdirku
"Aku akan tanggung jawab, Sha! Kita akan membesarkan anak ini bersama!" Ucap Seorang laki-laki yang tengah memeluk gadis dengan penuh kasih sayang.
"Aku ga mau Dhit, anak ini hanya menyusahkanku saja!" Ucap Gadis itu meraung sambil memukul dada Adhit.
"Sha, kamu harus kuat! Jangan sia-siakan bayi yang tengah kaku kandung saat ini, Aku akan bertanggung jawab!" Ucap Adhit meyakinkan Sasha.
"Adhit?" Panggil seseorang yang terlihat penuh dengan rasa kecewa.
"Ayu?" Ucap Adhit terkejut dan melepaskan pelukannya.
"Jadi ini alasan kamu membatalkan janji kita hari ini?" Ucap Ayu dengan air mata yang sudah menggenang.
"Sayang, dengarkan aku dulu!" Ucap Adhit berusaha untuk meraih Tangan Ayu.
"Apa lagi yang harus aku dengar? Tanggal pernikahan kalian? Atau rencana masa depan kalian?" Ucap Ayu dengan air mata yang menetes.
"Bukan Sayang! Aku bisa jelasin ini!" Ucap Adhit lirih.
Lagi, Ayu menepis tangan Adhit yang hendak menggapainya. "Kita sampai di sini saja! Aku harap kalian bahagia dimasa mendatang!" Ucap Ayu berlari menuju mobil yang berada tak jauh darinya.
"Sayang! Tunggu!" Ucap Adhit mengejar Ayu.
Namun sayang, Gadis itu sudah masuk lebih dulu dan mengunci pintu agar Adhit tidak bisa masuk ke dalam. Ia menjalankan mobil dengan terburu-buru keluar dari rumah sakit tanpa menghiraukan keadaan kendaraan lain yang berada di dekatnya.
Brak!!
"Astaghfirullah!" Pekik Ayu terbangun dari tidurnya!.
Ia menelisik keadaan sekitar, dengan nafas memburu dan keringat yang sudah menetes keluar dari pori-porinya.
"Astaghfirullah, mimpi itu lagi!" Ucapnya memejamkan mata merasa lelah dengan semua trauma yang masih menghantuinya.
Semoga kalian hidup bahagia, dan pada akhirnya, hanya ada aku dengan kenangan masa lalu yang sulit untuk dihilangkan!. Batin Ayu tersenyum miris dengan air mata yang sudah menggenang.
Triiiiing.... triiiing.....
Alarm berbunyi menunjukkan pukul 04.30 pagi, Ia segera bangun dari tempat tidur, dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
Membiasakan diri untuk mandi, melaksanakan sholat sunnat wudhu, mengaji, lalu menjalankan sholat subuh berjamaah di rumah bersama dengan keluarga.
Bermunajat kepada sang pencipta agar senantiasa diberi perlindungan, kesehatan, rezki serta kelancaran dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Merenungi diri mencari cara untuk menghilangkan rasa trauma yang masih saja menghantuinya hingga hari ini.
Ayu segera bersiap untuk pergi ke kampus, mengenakan baju tunik polos berwarna abu-abu dan juga menggunakan rok plisket berwarna senada dengan baju, dengan jilbab berwarna moca bercorak floral.
Ia menuruni satu persatu anak tangga menuju ruang makan. Di sana terlihat semua orang sudah duduk di kursi masing-masing sambil berbincang-bincang ringan.
"Pagi, Semua!" Ucap Ayu menyapa semua orang yang ada di meja makan tak lupa mencium pipi mereka.
"Pagi, Sayang!" Jawab Ayah, Farhan dan Bunda.
"Pagi, Kak" jawab Adinda Sang Adik bungsu.
Ayunda Friska Mahendra, seorang mahasiswa tingkat satu jurusan Bimbingan dan Konseling, disalah satu kampus swasta di kota Padang, Sumatra Barat, Indonesia.
Gadis berusia 20 tahun ini memiliki segudang kepandaian yang cukup jarang dimiliki oleh gadis pada umumnya. Otot kawat tulang besi, adalah slogan yang bisa ia sandang dengan baik.
Unggul di salam bidang akademik, Ayu juga memiliki keterampilan dalam ilmu bela diri, olah raga dan memiliki hobi dalam berbisnis. Bahkan saat ini ia sudah bisa membiayai kehidupannya sehari-hari dari hasil usahanya.
Selepas sarapan, Ia bergegas untuk pergi ke kampus menggunakan motor matic kesayangan yang terlihat sudah sedikit usang.
Gadis berkerudung itu terlihat begitu ceria pagi ini, melupakan mimpi buruk yang selalu menghantui, dan memulai hari dengan untaian do'akan, berharap keselamatan selalu menghampirinya.
Berkendara dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang mulai di padati pengendara lainnya, membuat gadis cantik itu berusaha agar tidak terjebak macet, sehingga ia memilih untuk mencari jalan tikus agar cepat sampai di kampus.
Kampus swasta yang berisikan anak-anak dengan ekonomi menengah ke atas, pergaulan yang cukup bebas dengan budaya saling pamer satu sama lain.
Terkadang, mereka memandang Ayunda dengan tatapan sinis dan juga merendahkan, seolah jijik melihat gadis cantik ini.
Ayunda segera memarkirkan motornya di antara motor sport lainnya. Tanpa rasa malu, ia berjalan melewati mahasiswa yang matap tajam kearahnya.
Yaudah lah ya, aku gak peduli mau mereka mandang jungkir balik pun aku tetap jadi diri sendiri, hidup dengan kesederhanaan yang membuatku cukup nyaman dan pastinya orang yg mendekatiku hanya orang-orang yang tulus ingin berteman dengan ku. Batin Ayu tersenyum.
Sebernanya Ayu bukan dari kalangan orang yang sederhana, tapi bisa di katakan memiliki ekonomi menengah keatas. Sang Ayah memiliki restoran atau rumah makan dua puluh lima cabang yang tersebar di provinsi Sumatera Barat.
Bunda memiliki pekerjaan yang paling mulia yaitu mengurus rumah tangga dengan tetap bekerja sampingan dari rumah.
Berjalan dengan begitu cepat, tanpa sadar Ayu menabrak seseorang dengaan cukup keras.
Tuck....
"Aduh shhhh,, sakit" Ucap Ayu menjerit ketika tak sengaja disenggol oleh seseorang yang tidak dikenal. .
mereka hanya saling bertatapan sebentar, lalu dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Ayu.
"Ih, mimpi apa aku semalam?. Pagi-pagi sudah dapat sial, Astagfirullah," ucap Ayu sambil bangkit dan melanjutkan tujuan awalnya yaitu pergi ke kelas.
"Eh dek aa? pagi baru muko lah kusuik (Eh kenapa? pagi-pagi udah kusut saja wajahmu)," Ucap Ana dalam bahasa minang sambil mengernyit.
"Antahlah, dikecek an buto, inyo bamato, dikecek an bisu inyo menjawek (Gak tau lah, dibilang buta, matanya melihat. Dibilang bisu dia menyahut)," jawab Ayu dangan kesal.
"Apa sih, Yu? gak jelas banget deh!" Ucap Ana menggeleng heran.
"Udah lah Na, Aku gak mau mengurus hal itu pagi ini! Membuat mood hancur saja!" jawab Ayu yang masih merasa kesal.
Mereka berbincang sebentar sebelum dosen masuk dan memulai pembelajaran.
Namun wajah kesal Ayu masih belum bisa di hilangkan begitu saja. Ia bahkan berani berdebat dengan dosen tentang materi yang tidak ia pahami, hingga membuat satu ruangan itu ricuh.
"Ayunda, Apa sebenarnya yang Anda inginkan?" Ucap Dosen itu kesal melihat tingkah Ayu.
"Saya hanya belum paham, Pak! Saya hanya bertanya tentang apa yang belum saya pahami, apa itu salah?" Ucap Ayu yang juga ikut emosi.
"Bagian mana lagi yang saudara tidak paham?" Ucap dokter itu sudah sangat tidak sabar.
"Maaf Pak, sekarang saya sudah paham! Terima kasih," Ucap Ayu malas.
Dosen itu terlihat menghela nafas untuk meredakan emosi yang sudah di pancing oleh Ayu tadi. Hingga ia bisa melanjutkan pembelajaran tanpa ada drama lainnya.
Aduh, ini anak kalau sudah marah semua orang juga ikut dimarahi!. Batin Ana yang sudah lelah menghadapi tingkah Ayu.
💖💖💖
To Be Continue
jangan lupa
like, koment, vote dan hadiahnya
terima kasih
🌺🌺
Ini karya pertama jika suka bantu saya untuk share cerita ini, semoga kebaikan teman-teman semua di balas berlipat ganda oleh Tuhan
...SEMOGA SUKA YA :-),...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sama Lia
hai author apa kabar...?? maaf lama tak jumpa...
2022-09-15
1
Last Oct
simpan di rak buku...
2022-07-24
1
。.。:∞♡*♥
mampir kak fris
2022-07-23
1