Farhan duduk termenung bersama dengan Petugas Polisi yang masih menunggu keadaan Ayu.
Bapak polisi itu sudah menceritakan kronologi kecelakaan Adiknya. Sampai kepada Seseorang yang mengaku calon suami Ayu, dan mendonorkan darahnya sebanyak tiga kantong.
Jika di pikir tiga kantong adalah jumlah yang sangat banyak dan pasti akan membuat pendonor merasa lemas mungkin bisa membahayakan dirinya.
"calon suami? adek saya masih kuliah semester satu pak, dan setahu saya dia gak punya pacar apalagi calon suami, apa bapak tau siapa namanya?" ujar Farhan yang bingung dengan penjelasan polisi tersebut.
"saya juga tidak menanyakan siapa namanya tadi nak Farhan, tapi saya salut dengan dia yang mau mendonorkan darahnya sebanyak itu, siapa saja pasti percaya kalau dia adalah calon suami pasien, karena tindakannya itu pasti bukan untuk sembarangan orang" ujar polisi tersebut.
"iya bapak betul, apa dia masih ada di rumah sakit ini pak? saya ingin tau siapa dia, dan juga ingin mengucapkan terima kasih dengan apa yang sudah ia perbuat kepada adik saya"
"saya rasa dia masih berada di rumah sakit ini, karna jika seseorang telah melakukan transfusi harus istirahat kan, sedangkan satu kantong aja usah lemas, apalagi tiga kantong, saya rasa dia masih ada di ruangan khusus rumah sakit ini, nanti kita bertanya kepada salah satu suster yang membantunya tadi"
"lalu bagaimana dengan orang yang sudah menabrak adik saya pak?"
"untuk saat ini pelaku dinyatakan meninggal dunia, dan kejadian ini masih dalam penyelidikan"
"bagaimana menurut bapak? apa saya harus menuntut keluarga untuk bertanggung jawab?"
"bisa saja kalau nak Farhan mau menuntut minta pertanggung jawaban dan ganti rugi, karna kejadian ini menimbulkan korban yang cukup serius dan kerugian yang cukup banyak. Jadi saya rasa wajar saja jika pihak korban ingin meminta pertanggungjawaban. Nanti kami akan melakukan mediasi antara pihak nak Farhan jika ingin meminta pertanggung jawaban dengan pihak keluarga pelaku.
"mereka harus bertanggung jawab atas apa yang sudah di perbuat oleh anggota keluarga mereka. Sekarang Ayah pun belum sadar, dan saya gak tau bagaimana keadaan adik saya di dalam pak."
"yang sabar ya nak, innallaha ma ashshobirin, Allah bersama dengan orang yang sabar, banyak berdo'a semoga Ayu bisa cepat sembuh, aamiin"
"aamiin, makasih banyak pak tas bantuannya"
"sama-sama, itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kami dari kepolisian. Mungkin saya akan kembali lagi untuk meminta sedikit keterangan dari Ayu, jika sudah sadar nanti. semoga lekas sembuh untuk Ayu"
"iya pak, aamiin sekali lagi terimakasih banyak pak."
Farhan termenung sembari menunggu ruang operasi terbuka. Ia cemas dengan keadaan adiknya di dalam sana, apalagi ia belum mendapatkan keterangan adapun tentang keadaan adiknya itu.
🌺🌺🌺
eunghh,,,
Ayah melenguh setelah hampir satu jam ia pingsan, sedangkan bunda terlelap di samping tempat tidur karena kelelahan dan juga syok karena musibah yang menimpa putri sulungnya.
"bunda, sayang"
"mmm,,, ayah sudah bangun?"
Ayah mengangguk sembari berusaha tersenyum kearah bunda. Dan Bunda juga melakukan hal yang sama, ia tersenyum miris mengingat keadaan putrinya yang sedang berjuang melawan maut di dalam sana.
"kita harus kuat sayang, bagaimanapun kondisi putri kita nanti, kita harus selalu menjadi kakinya untuk melangkah"
"apa maksud ayah? bagaimana keadaan anak kita? "
"apa kamu siap mendengarnya sayang?, aku gak tau bagimana menyampaikannya kepada kalian tentang kondisi anak kita"
Bunda menggeleng, namun ia juga harus mengetahui kondisi putrinya itu.
"atau kita ketempat abang aja ya? jadi ayah cuma jelasin sekali aja, kalau berulang kali rasanya dada ayah diremas sayang"
Bunda mengangguk sembari meneteskan air mata. fikirannya menerawang separah apa keadaan anak nya.
"Yok bantu Ayah bangun sayang"
"kamu udah kuat sayang? istirahat aja dulu, ada abang yang nungguin kakak disana"
"aku harus kuat sayang, nanti disana aja istirahat di kursi, kalau disini malah jadi gak tenang, atau kamu mau istirahat sayang?"
"gak yah, bunda mau ke sana juga"
"yaudah bareng yak, bantu ayah bund"
Mereka berjalan kearah ruang operasi dan terlihat Farhan sedang termenung disana
"bang" panggil bunda
"bunda, ayah" Farhan membantu ayah untuk berjalan kearah kursi.
"ayah sama bunda gak apa kan?"
"gak papa nak, gimana kakak bang?, udah ada dokter yang keluar?"
"belum yah, dari tadi belum ada yang keluar, ayah apa kata dokter tadi yah sebelum operasi? gimana keadaan kakak?"
Ayah menceritakan keadaan Ayu sesuai dengan yang diceritakan oleh dokter tadi.
Bunda yang tidak tahan mendengarnya langsung menangis kembali, dengan sesegukan bunda berusaha agar tangisannya tidak mengganggu yang lain.
"ya allah kak, berarti kakak gak bisa jalan lagi dalam waktu dekat yah?"
"iya bang, sekarang Ayah bingung gimana cara menenangkan kakak nanti kalau dia sudah sadar"
"aku juga mikir gitu yah, padahal tadi pagi dia baru aja bayar uang kuliah. Apa semseter ini kakak cuti dulu ya yah, biar nanti aku kabari Ana untuk minta tolong urusin surat cutinya kakak"
"iya gak apa bang, lebih baik kakak istirahat dulu semester ini"
Mereka terdiam sejenak, lalu Ayah dan Farhan teringat bahwa ada seseorang yang masih mengganjal yaitu orang yang mengaku calon suami Ayu
"ayah tadi kata pak polisi ada orang yang ngaku calon suami Ayu, dia mendonorkan darahnya tiga kantong yah, kira-kira siapa dia yah?"
"iya bang, tadi dokter juga bilang gitu sama ayah, cuma ayah belum ngeh gitu"
"maksudnya calon suami gimana bang?" tanya Bunda
"jadi begini bunda, tadi pas aku cerita-cerita sama pak polisi, dia bilang kalau ada yang mengaku calon suami kakak dia juga yang membawa kakak ke sini dan menjadi pendonor untuk kakak bunda"
"iya nak? terus gimana keadaannya sekarang?, kalau gak salah tadi ayah bilang tiga kantong kan?"
"iya bun, kita berhutang budi sama dia"
"aku udah nyari informasi, cuma suster yang bantu orang itu bilang, kalau dia gak mau ada yang tau siapa dia Yah, Bund" jawab Farhan
"terus gimana? apa dia baik-baik aja? atau ayah coba ngomong sama pihak rumah sakitnya gimana?" usul bunda
"iya nanti ayah akan menanyakan ini kepada pihak rumah sakit bunda"
Operasi berlangsung hampir 4 jam. Mereka menunggu sembari berdo'a untuk kelancaran operasi dan kesehatan Ayu.
Bahkan Adinda pun sudah berada dirumah sakit ketika mendapatkan kabar kalau kakak nya kecelakaan. Begitu juga dengan Ana dan Putri yang sudah berada di rumah sakit, Mereka terkejut dengan apa yang di katakan oleh Farhan ketika menelfon Ana tadi.
Tak lama lampu di pintu operasi berubah menjadi hijau pertanda bahwa operasi telah selesai. Sontak mereka memberondong dokter yang keluar dari ruangan tersebut.
"bagaimana keadaan anak saya dokter?"
"ibu dan bapak bisa ikut saya sebentar"
"bisa dokter, bang jaga adek-adek ya, bunda sama ayah mau ikut dokter dulu"
"iya yah"
"ayo bund"
Dokter menjelaskan keadaan Ayu yang sudah melewati masa kritisnya, hanya menunggu kapan waktu Ayu untuk sadar.
Kaki Ayu yang mengalami keretakan sudah diperbaiki, dan kaki kanan yang patah sudah di beri Pen, untuk penyangga kakinya.
Dokter juga menjelaskan hasil rontgen Ayu secara keseluruhan, dan Alhamdulillah tidak ada penyakit yang serius akibat dari kecelakaan itu.
Ayah dan Bunda bernafas lega mendengar penjelasan dokter. Namun yang menjadi beban fikiran mereka yaitu bagaimana menjelaskan ini kepada Ayu.
Ada ketakutan yang dapat membuat mental Ayu down kembali. Tetapi semuanya hanya bisa berserah diri dengan keadaan Ayu. Berdoa semoga Ayu baik-baik saja.
🌺🌺🌺
to be continue
jangan lupa
like
koment
vote
dan hadiahnya
terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Heny Ekawati
semoga adit yg nolong ayu
2021-08-26
0
friz
kasihan Ayu
2021-06-14
2
falas
siapa itu calon suaminya ayu?
2021-06-14
2