"Tidak ada yang serius hanya trauma ringan terhadap ketinggian. Istirahat yang cukup dan kurang stres saja."
Setidaknya itulah yang dikatakan dokter sekolah padaku. Aku cuman terbaring di ranjang ruang kesehatan sekolah sambil menatap kosong langit-langit ruangan. Aku ingin sendiri tidak mau bertemu siapapun termasuk teman-temanku. Kejadian tadi benar-benar terlalu cepat. Aku tidak bisa mencernanya dengan baik. Rasa bersalah terus menghantuiku. Semua pertanyaan kenapa? Apa? Bagaimana? Tidak henti-hentinya berputar di kepalaku.
Pihak sekolah belum menanyakan tentang masalah ini. Mereka mengizinkan aku untuk menenangkan diri. Barulah setelah itu mereka akan menanyakan tentang apa yang terjadi antara Linda dan Jenny. Ini masalah bagiku. Bagaimana aku harus menjelaskannya? Apa aku harus mengatakan bahwa aku pergi ke masa lalu dan melihat semua kejadian tragis itu? Apa mereka akan percaya?
Di tambah lagi, aku mendapat ingatan kasar yang samar. Siapa gadis yang berteriak memanggilku? Suaranya sangat familiar tapi aku tidak bisa mengingatnya perna dengar dimana. Selain itu ada juga potongan ingatan-ingatan kecil yang ikut terbawah. Ayah dan ibu akhirnya datang setelah mendapat kabar dari pihak sekolah. Aku segera duduk ketika melihat ibuku melangkah masuk dengan raut wajah cemas.
"Kau tidak apa-apa sayang?" ibu duduk disampingku dan mengelus lembut rambutku.
"Em...."
"Tidak apa, kau bisa cerita sama ibu."
Aku menari nafas panjang dan mulai menceritakannya dari awal. "Aku awalnya pergi ke gudang bersama temanku untuk mengambil sesuatu. Entah mengapa tiba-tiba pintunya terkunci dan mengurungku di dalam gudang. Aku mencoba membukanya tapi tidak bisa, sampai ada asap tebal memenuhi gudang dan membuatku pingsan disana. Saat itulah, aku tidak tahu bagaimana bisa aku sudah berpindah ke masa dua tahun lalu. Disana..." aku terhenti sebentar dan berusaha untuk melanjutkan. "Disana aku melihat Linda tewas. Karna... Jenny dan salah satu temanya. Aku tersadar dan mendapati diriku sudah kembali. Aku bertemu arwah Linda. Ia tidak meminta apa-apa dariku, cuman minta bantuan mengantarkan sebuah amplok kecil. Aku tidak tahu isinya. Aku menyetujui itu. Setelah berhasil keluar aku segera mengantarkan amplok itu pada Jenny. Hanya selang beberapa menit.... Jenny...." aku tak sanggup lagi melanjutkannya. Suara dan bayangan percakapan antara aku dan Linda di atap sekolah masih terus berulang di kepalaku.
"Sudahlah. Ibu paham. Jangan dipikirkan lagi. Semua sudah berlalu, kita tidak bisa mengubahnya," peluk ibuku mencoba menenangkan diriku.
"Tapi jika bukan karna aku semua ini tidak akan terjadi."
"Ini diluar batas kemampuan mu."
"Semuanya telah di takdirkan," kata ayakku yang melangkah masuk. Ibu melepaskan pelukannya. "Aku sudah bicara sama pihak sekolah dan sedikit bertanya apa yang terjadi. Jangan salahkan dirimu. Kau bertemu dengan dia pun sudah takdir yang ditentukan. Ayah harap kau tidak terlalu terbebani dengan kejadian hari ini."
Aku terdiam sebentar. "Kenapa aku harus memiliki kemampuan seperti ini," kataku penal. Rasa sesal masih menyelimutiku.
Ayah dan ibu tersentak dan mereka saling pandang. Aku hanya tertunduk menatap dinginnya lantai.
"Sherin apa kau mau liburan sebentar? Mencari tempat damai dan melupakan semua kejadian hari ini," kata ibuku mengalikan topik pembicaraan.
"Ide bagus. Aku akan ambil cuti beberapa hari di kantor," ayah langsung menyetujuinya.
"Bagaimana kalau ke pantai? Pegunungan? Jalan-jalan keluar nengri atau kemana?"
"Bagaimana kalau ke pulau pribadi? Bukankah ayah punya kenalan yang memilikinya?" saraku.
"Boleh juga. Dari mana kau tahu ayah punya teman yany memiliki pulau pribadi?" tanya ayah sedikit terkejut mendengarnya.
"Angap saja sebagian kecil ingatanku sudah kembali."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya. Sekolah diliburkan beberapa hari ke depan. Akibat insiden yang menimpa salah satu siswi. Seperti yang sudah direncanakan. Kami sekeluarga, ayah, ibu, paman, bibi, Mia dan aku akan pergi berlibur di pulau pribadi milik salah satu teman ayah. Butuh waktu sekitar satu setengah jam dari pelabuhan untuk sampai di pulau tersebut, mengunakan kapal tentunya.
Pulau nan indah diselimuti pasir putih yang membentang sepingiran pulau. Seperti pulau pada umumnya, terdapat beberapa pohon kelapa menghiasi pinggiran pantai. Angin bertiup kencang dari arah belakangku membuat rambutku berterbangan menutupi wajahku. Kami sekeluarga segera menuju rumah kayu yang ditata sedemikian rupa menariknya. Berlibur disini adalah pilihan tepat untuk melepaskan semua kejadian kemarin. Suasana tenang dan damai jauh dari kebisingan kota membuat suasana hati menjadi nyaman.
Tidak ada kegiatan hari ini. Aku hanya lebih memilih bermalas-malas di pondok rumah pohon bersama Mia. Ayah, ibu, paman dan bibi aku tidak tahu dimana mereka. Mungkin beristirahat atau sedang mengisi waktu luang dengan kesibukan yang menyenangkan. Aku tidak tertarik. Untuk masalah kemarin. Pihak sedikit bertanya tentang apa yang terjadi. Aku sebenarnya tidak mau bercerita pada siapapun. Mengingat semua tentang kejadian itu dari awal membuatku semakin tidak mau mengingatnya. Karna bujukan ibuku aku mau bercerita tapi hanya pada ibu saja. Selebihnya ibulah yang menjelaskan pada pihak sekolah. Dan tentu saja ibu masih merahasiakan kemampuan ku dengan sedikit.... Ya.... Aku tidak tahu bagaimana cara ibu menjelaskannya pada mereka.
Beberapa hari ini aku tidak tertarik untuk melakukan apapun. Aku lebih suka berdiam diri dikamar. Semua panggilan masuk dari temanku aku hiraukan. Termasuk telpon dari Perchye. Ingatan hari itu masih membanyangiku dan membuat mimpi buruk. Aku masih beruntung Mia ada disini. Ia tiap hari menghiburku dengan tingkahnya yang menggemaskan. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak meladininya. Walau terkadang aku sering murung secara tiba-tiba dan membuatku pergi meninggalkannya. Tapi ia tetap saja menggodaku sampai aku menanggapinya. Dan yang paling efektif adalah kejahilannya yang membuatku emosi.
Hari demi hari berlalu. Perasaanku sekarang menjadi lebih baik. Tidak ada kejadian aneh atau hal supranatural lainnya yang bisa mengingatkanku pada kejadian hari itu. Aku mulai mengikuti beberapa kegiatan yang disarankan seperti menyelam, bermain jetski, membuat istana pasir atau sekedar menemani Mia mencari cangkang kerang. Dan untuk sekejap aku melupakan kejadian hari itu, ditambah lagi kehadiran Liz membuatku bisa menerima kemampuan ku bahkan aku meminta pada ibuku untuk mengajari ku beberapa hal tentang Necromancy.
Awalnya ibu merasa ragu tapi aku menyakinkan ibuku bahwa aku dapat menerimanya. Akhirnya ibu menyetujuinya. Malam ini ibuku akan mengajari ku bagaimana caranya memanggil arwah, dengan Liz sebagai kelinci percobaan. Pertama ibu mempraktekanya padaku terlebih dahulu. Hal yang aku lihat hanyalah ibu duduk bersilang kaki dan memejamkan mata. Tak lama aku melihat alis ibu berkedut dan perlahan bayangan putih muncul dihadapannya. Bayangan itu membentuk seseorang yang aku kenal. Liz muncul dihadapan kami. Ibuku membuka matanya.
"Hai ada apa memanggil?" tanya Liz yang tidak mengetahui apa-apa.
"Tidak ada yang penting. Sherin cuman ingin belajar caranya memanggil arwah."
"Bukankah kau sangat pandai dan beberapa kali memanggil temanmu itu," wajah Liz sangat dekat dengan wajahku.
"Itukan dulu," kataku sambil memalingkan muka.
"Sudah-sudah jangan mulai. Liz apa kau mau membantu Sherin menjadi arwah yang dipanggil?"
"Apa kau mau aku jadi kelinci percobaan?! Aku tidak mau!!" Liz pergi begitu saja dengan marahnya.
"Padahal aku tidak mengatakan kelinci percobaan, tapo tetap saja ia marah."
"Ada apa dengannya?" tanyaku pada ibu.
"Ia mengalami trauma. Penyebab kematiannya karna ia menjadi salah satu kelinci percobaan penelitian yang di lakukan profesor gila. Em......" ibu berhenti sebentar dan melirik padaku. "Sebaiknya lain kali saja ibu cerita."
"Ibu. Ayok lah ceritakan," rengekku pada ibu.
"Tidak. Hari sudah larut. Sebaiknya kau tidur," ibu mulai lagi mengacak-acak rambutku dan selepas itu ia melangkah pergi.
Penyebab kematian Liz karna menjadi kelinci percobaan? Ibu pernah memberitahu ku bahwa Liz adalah teman masa kecilnya. Dan ibu tahu penyebab kematian Liz? Itu berarti ibu perna melihat kejadian itu. Atau ibu juga salah satu kelinci percobaan? Aku jadi penasaran, masa lalu apa yang telah mereka alami?
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Retno Palupi
coba aja pergi ke masa lalu
2024-04-14
1
✹⃝⃝⃝s̊S Good Day
like.
2021-04-05
2