Dua minggu berlalu, akhirnya aku keluar dari rumah sakit ini. Selama dua minggu sebelumnya, ibuku banyak bercerita tentang masa kecilku, teman-temanku, sekolah, sepupu kecilku Mia dan anggota keluargaku yang lain. Tapi percuma, semua itu tidak membantu. Aku masih tidak bisa mengingat apapun.
Mobil melaju tenang di jalan yang tidak terlalu ramai. Aku melihat keluar jendela mobil yang menyajikan pemandangan kota yang terasa begitu asing bagiku. Aku merasa berada di tempat baru dengan identitas baru. Selama perjalanan ibu bercerita dan menunjuk sana-sini. Aku hanya tersenyum dan beberapa kali bertanya disela-sela cerita ibu.
Mobil terus melaju melewati jembatan dengan sungai yang terbentang luas. Tanpak perahu-perahu kecil menari-nari di atas ombak yang mereka ciptakan sendiri. Ada perbedaan siknifikan antara dua daratan yang terpisakan sungai ini. Tempat yang baru saja kami tinggalkan begitu padat dengan bangunan pencangkar langit dan suara kebisingan kota biasa. Sedangkan tempat yang akan kami tuju di penuhi hutan pinus dan kawasan perumahan dengan ketenangan damai.
Mobil memasuki areh dan berhenti di salah satu rumah kuno tiga lantai dengan halaman luas. Terdapat air mancur berukuran besar tepat ditegah-tengah halaman. Aku meneliti rumah ini sepertinya tidak asing, walau hanya samar-samar di kepalaku. Di depan pintu, kami disambut seorang gadis kecil berumur 5 tahun yang aku kenal sebelumnya. Ia adalah Mia sepupuku. Di belakangnya ada bibi Emely dan paman Alan orang tua Mia. Selain itu ada paman Fang sebagai pengurus rumah dan beberap orang yang tidak aku kenal.
"Kakak.....!" teriak Mia sambil berlari menghampiriku dan langsung memelukku.
"Mia kakakmu baru keluar dari rumah sakit."
"Tidak apa bibi," aku menggandeng Mia masuk ke dalam rumah.
Aku teperangak melihat isi rumah. Ini lebih mengagumkan dari pada bagian luar. Interior klasik, terawat dengan sangat baik. Ruang luas terhubung dengan lantai satu dan dua. Terdapat tangga besar membentuk huruf Υ dengan akuarium raksasa berbentuk tabung. Akuarium itu berdiri kokoh di antara tangga atau lebih tepatnya tangga tersebut mengelilingi akuarium yang tingginya dua lantai. Aku melihat kelangit-langit, tepat di tengah-tengah tergantung lampu lilin besar abat petengahan yang tidak digunakan lagi tapi sepertinya masih berfungsi. Masuk ke rumah ini seperti pindah ke zaman abat pertengahan. Aku tidak percaya di sini tempat bermainku waktu kecil. Sumua ini lebih dari apa yang aku bayangkan ketika mendengar cerita ibu.
"Selamat datang kembali ke rumah Sherina!!"
Tiba-tiba sesosok bayangan putih seorang gadis seumuran denganku melesat begitu cepat dari tangga ke arahku. Tubuhnya yang transparan hanya sesenti lagi dari wajahku membuatku terkejut.
"Uuaaaa...........!!!" teriakku kaget sampai terjatuh. "Ha... Hantu...!!!"aku menujuk ke arah gadis itu dengan tubuh gemetar dan ketakutan. gadis itu melayang di udara.
"Liz........!!!" geram ibuku pada sosok itu. Gadis itu hanya terkekeh. Ia menyatukan telapak tangannya meminta maaf. "Tidak apa sayang Liz memang suka bercanda," ibuku membantuku berdiri.
"Ta.... Tapi..... Hantu...." kataku gemetar. Aku masih tidak mengerti sama sekali. Bagaimana bisa ada hantu di rumah ini? Apa ia pemeluk rumah kuno ini di masa lalu?
"Dia teman ibu. Ia baik kok."
"Hai..." hantu itu melambai padaku.
"Dulu kau sering bermain dengannya. Ya walau tidak akur."
Kenapa aku merasa aku tidak ingin mengembalikan ingatanku. "Tapi bagaimana bisa aku melihat hantu? Apa yang lain bisa melihatnya juga?"
"Tidak Rin, hanya kau dan ibumu saja yang dapat melihatnya," kata bibi ku kemudian.
"Iya kau mewarisi kemampuan itu dari ibumu," sambung paman.
"Jangan terlalu di pikirkan. Perlahan-lahan kau akan mengerti semuanya," kata ayahku. Ia mengacak-acak rambutku. "Dan kau Liz! Jangan lakukan lagi seperti tadi," lirik tajam ayahku salah arah. Hal itu membuatku yakin kalau ayah tidak dapat melihatnya.
Ibu mengantar ku ke kamar bersamaan dengan hantu bernama Liz ini. Kamar ku terdapat di lantai dua. Aku masih terkagum-kagum dengan desain rumah ini. Banyak barang antik tersebar di setiap sudut ruangan dan lorong, seperti guci berukir berbagai ukuran dan beberapa lukisan. Entah siapa semua orang yang ada di dalam lukisan itu. Tampaknya bukan orang biasa. Mereka lebih mirip penguasa-penguasa zaman dahulu. Apa keluargaku memiliki keterkaitan dengan raja dan ratu?
Rumah ini seperti labirin dalam ruangan. Untuk sampai di kamarku saja harus melewati beberapa lorong dan tikungan. Apa aku masih bisa kembali ke kamar lagi kalau aku keluar. Di lorong terakhir akhirnya aku sampai di kamarku sendiri. Ibu membuka pintu. Kamar yang cukup luas dengan prabotan lengkap, seperti tempat tidur, lemari, kamar mandi, kursi sofa berserta tv, meja belajar, lemari penuh buku dan stiker bintang yang memenuhi langit-langit kamar.
Aku keluar menuju balkon. Pemandangan di atas sini sangat indah. Balkon kamarku mengarah langsung ke halaman tengah yang terhubung sampai halaman belakang. Ada tiga bangunan
🌲🌲🌲🌲🌲 lagi. Dua diantaranya ada di sisi
.......🏡🏡... kiri dan kanan, sama besar dan
..🏠......🏠.. satu bangunan memanjang tepat
.......🏠....... ada di halaman belakang Aku
.......⛲....... baru menyadari tidak ada rumah
lagi selain hutan pinus yang luas. Ibu berjalan ke arahku dan berhenti di samping ku.
"Apa kau mengingat sesuatu dari tempat ini?"
"Tidak. Tapi aku merasa begitu aman ketika aku memasuki kawasan rumah."
"Tidak ada bahaya yang akan mengintaimu disini. Rumah adalah tempat teraman di dunia ini sayang."
Aku sedikit bertanya pada ibu mengenai beberapa bangunan lain yang ada di belakan rumah ini. Bangunan sebelah kanan adalah rumah keluarga kecil Decaprio atau rumah paman dan bibiku. Di sebelah kiri, itu adalah rumah juga tapi tidak ada yang mehuninya. Karna ayah ku cuman memiliki satu adik perempuan yaitu Emely. Rumah itu terawat dengan baik dan prabotanya lengkap. Yang terakhir bangunan memanjang tepat di halaman belakang, itu adalah asrama para pelayan.
"Ibu, apa ibu bisa jelaskan sedikit tentang penampakan ini?" aku menunjuk pada Liz yang sendiri tadi melayang di luar balkon. Aneh kenapa ada hantu di hari yang panas ini.
"Sembarangan kau mengataiku penampakan!!" protes Liz tidak senang.
"Lalu apa? Kau memang penampakan."
"Eee......! Dasar kau Sherina.....!!!" Liz menggeretakan giginya. Entah dari mana air sebaskom tiba-tiba mengguyurku, membuatku basah dari ujung rambut sampai kaki. Liz hanya tertawa terbahak-bahak setelahnya.
"Liz......!!!" dasar kau ini. Kemari kau! Aku akan membuatmu merasakan rasanya Mati dua kali," aku mengejar Liz yang terbang masuk ke rumah. Aku benar-benar kesal dibuatnya dan ia masih sempat-sempatnya mengejekku. Tunggu saja kau!!!
"Sudah cukup...!!!!" bentak ibuku mengerikan. Aku dan Liz hanya terpaku mendengar perintah. "Kalian berdua ini tidak perna akur setiap kali bertemu walau hanya sedetik saja!!"
"Ibumu sangat mengerikan saat marah. Aku do'a kan kau tidak akan masuk rumah sakit lagi," Liz langsung menghilang tanpa jejak.
"Hei... Liz tunggu aku. Kenapa kau meninggalkan aku dengan singa ini," aku melirik ke arah ibu. Astaga benar-benar sangat mengerikan, aku merasakan hawa membara disekelilingku. Aku tidak menyangka sosok yang begitu lembut adalah orang yang sama di depanku ini. Ibu dimana kelembutan mu tadi? Apa ini akhirnya? "Eh.... Mau jalan-jalan sebentar?"
"Cepat ganti bajumu....!!!!"
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Retno Palupi
ini cerita nya seru
2024-04-14
1
Mariam R RIa
langsung masuk paforit😍😍
suka sama ceritanya Thor🙏🙏
2022-11-27
1
miss N
Sangat keren...udah aku Like dan Faf juga ya 😊
2022-07-20
2