"I.... Ini pasti... Ulah hantu siswi itu." kata Leah gemetar.
"Sebaiknya kita keluar saja dari sini dan mencoba menjelaskan apa yang terjadi, pada guru nanti," saranku.
"Ide bagus."
Aku tidak tahu arwah siswi itu baik atau jahat. Sebaiknya untuk tidak berurusan dengannya dulu. Aku dan Leah berjalan cepat menuju pintu, tapi baru saja Leah melangkah keluar tiba-tiba pintu membanting dengan kencangnya. Hal ini membuatku terkunci di dalam. Aku berteriak memanggil Leah sambil menggedur pintu dan mencoba membukanya. Tapi percuma pintu itu tidak bergeser sedikitpun.
"Rin! apa kau tidak apa-apa?!" teriak Leah dari luar.
"Tidak apa-apa! Tapi apa kau bisa cari bantuan!" balasku berteriak.
"Bertahanlah! Aku akan memanggil guru! Kau jangan kemana-mana!"
"Memangnya aku bisa!"
Suara benda berjatuhan terdengar kembali aku berbalik dan tersandar di pintu. Tubuhku mulai gemetar dan bulu kudukku berdiri. Aku melihat ke sekeliling tidak ada siapa-siapa. Cahaya yang masuk melalui jendela tidak cukup untuk menerangi keseluruhan gudang ini. Di beberapa bagian masih gelap gulita. Benda berjatuhan mulai berhenti tapi berbarengan dengan berhentinya benda-benda itu muncul asap yang entah dari mana dan semakin tebal. Aku menutup mulut dan hidungku mengunakan kedua tangan. Tetapi tetap saja asapnya masih bisa terhirup olehku.
"Ukhuk..... Ukhuk..... Asap dari mana ini?"
Nafasku terasa sesak dan kesadaranku mulai menghilang. Aku tersungkur ke lantai yang dingin. Dikesadaranku yang hampir menipis aku melihat seseorang berjalan mendekati ku. Aku tidak tahu siapa dia. Aku hanya melihat kakinya saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Dasar kau gadis miskin!!! Beraninya kau mengotori bajuku!" bentak seorang wanita membuatku sadar. Tapi aku hanya mendengar suara mereka saja. Aku masih memiliki tenaga untuk membuka mata.
"Maaf. Aku... Aku akan berusaha menggantinya," kali ini suara gadis lain memohon. Sepertinya ia baru saja didorong ke lantai.
"Menggantinya?! Memangnya kau sanggup! Bajuku ini sangat mahal tahu!!"
"Iya. Gadis miskin sepertimu itu mana sanggup menggantinya. Kau itu hanya beruntung saja dapat bersekolah disini," suara wanita yang satu ini berbeda. Ia mungkin salah satu teman gadis sombong ini.
Aku membuka mataku perlahan dan berusaha untuk duduk. Aku tidak merasakan dinginnya yang sebelumnya teramat sangat menusuk di tulang. Aku melihat ke sekeliling. Ada yang berbeda dari susunan barang-barang di dalam gudang ini. Sudahlah. Suara bentakan dan cacian dari wanita tadi masih terdengar dari luar. Aku jadi penasaran ingin melihat wajah gadis sombong itu dan juga kesalahan apa yang dilakukan gadis malang ini sampai-sampai membuat wanita itu begitu marah padanya.
Brak.....!!!!
Pintu dibanting dengan kerasnya. Aku yang terjatuh langsung berdiri dan menghindar. Wanita sombong itu mendorong gadis malang itu ke lantai sampai kepalanya membentur lantai dengan sangat keras. Darah mengalir disana. Kedua wanita itu hanya tertawa sambil menyilangkan kedua tangan.
"Hei apa yang kalian lakukan?!!!" bentakku pada mereka tapi dihiraukan. Sepertinya mereka tidak mendengar ku atau bahkan tidak melihatku sama sekali. "Apa.... Apa yang terjadi?" kedua wanita itu berjalan melalui ku dan menembus tubuhku. Rasanya benar-benar aneh. Aku terkejut bercampur takut. "Apa aku sudah mati?!"
Salah satu wanita berambut pirang panjang menjambak rambut gadis itu yang sudah tidak berdaya. "Kau gadis miskin tidak pantas ada disini," bisik wanita itu di telinga gadis tersebut. Setelah itu ia menghempaskan kepala gadis itu dengar kuat ke lantai. Hal hasil membuat lukanya semakin parah. Aku hanya bisa melihat penderitaan gadis yang malang disiksa oleh dua wanita bajingan ini. Mereka berdua benar-banat tidak mempunyai hati nurani sama sekali. Aku tak dapat menahan air mataku. Aku tak dapat menantunya sampai gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya.
"Bagaimana ini? Ia tidak sadarkan diri. Apa dia mati?" tanya wanita berambut hitam pendek itu pada temannya.
"Paling cuman pingsan. Ayok kita pergi dari sini."
Kedua gadis itu melangkah pergi dengan santainya tanpa merasa bersalah. Aku merasa geram sekali melihat dua orang ini. Ingin rasanya aku mencekik mereka berdua. Baru hendak berdiri, tiba-tiba kepalaku terasa amat sakit sekali. Aku mencengkram kuat kepalaku dan meringkuk kesakitan. Rasa sakitnya amat sangat menyiksa. Pandanganku kembali gelap. Perlahan-lahan aku melihat cahaya putih semakin terang. Aku menutup mataku karna silau.
Berangsur-angsur cahanyanya memudar, rasa sakit di kepalaku juga menghilang. Aku membuka mataku. Rasa dingin kembali terasa menusuk tulang. Aku kembali lagi ke tempat semulah, gedung sekolah tempat dimana ternyata aku pingsan. Aku merasa kebingungan, apa yang baru saja terjadi?
"Hai... Apa kau sudah sadar?"
Aku mengangkat kepalaku, melihat siapa yang baru saja menyapaku. Suaranya sepertinya pernah aku dengar. Betapa terkejutnya aku mengetahui siapa itu. Ternyata dia adalah gadis tadi. Wajah pucat, sedikit transparan dan tanpa bayangan tentunya. Ia adalah arwah gadis yang meninggal di gudang ini. Ia terlihat ramah.
"Ka.... Kau..... Kau gadis tadi," kataku gemetar. Aku tidak bisa mundur lagi karna ada pintu yang tertutup rapat di belakangku.
"Iya. Seharusnya kau sudah tahu bagaimana caranya aku matikan?"
"Apa... Apa kau yang membawaku untuk melihat kejadian tragis itu?" tanyaku memastikan.
"Bukan. Kau sendiri yang pergi ke sana. Bukankah kau dapat pergi ke masa lalu? Itukan kemampuanmu." kata gadis itu membuatku terkejut.
"Bagaimana kau tahu?" aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi barusan.
"Kami para arwah yang masih bergentayangan dapat melihat orang yang memiliki kemampuan istimewa seperti kalian."
"Aku baru tahu itu. Jadi apa yang kau inginkan dariku?"
"Hahaha...." tawa gadis itu membuatku merinding. "Tidak ada. Hanya saja apa kau mau mengantarkan surat itu pada salah satu pembunuhku?" gadis itu menunjuk ke arah surat yang tergeletak di lantai.
Aku mengambilnya. "Hanya itu?" gadis itu menggaguk cepat tanpa menghilangkan senyumnya. "Tapi aku tidak tahu siapa yang membunuhku?"
"Namanya Jenny, sekarang ini ia kelas III B"
"Ok. Aku akan membantumu. Tapi aku terkunci disini, bagaimana aku bisa keluar?"
"Em...." gadis itu melirik ke arab pintu. "Pintu ini tidak terkunci melainkan disihir."
"Disihir?"
"Iya. Dobrak saja dengan kekuatanmu itu pasti bisa."
"Apa kau yakin?" aku menari nafas panjang dan menghebuskanya perlahan melalui mulutku. Aku mengumpulkan semua tenaga yang ada dan.... Brak......!!! Sekali dobrakan pintu terbuka seketika. "Akhirnya terbuka juga. Terima kasih."
"Bukan apa-apa."
"Kalau boleh tahu, siapa namamu?"
"Linda."
Aku segera pergi ke kelas yang dimaksud dan berharap bisa bertemu dengan Jenny sesegera mungkin, karna aku tidak mau berlama-mala menyimpan benda dari orang mati ini. Walau hanya amplok kecil. Entah apa isinya dan kenapa Linda mau memberikan ini pada Jenny? Sudahlah aku tidak mau ikut campur dalam urusan mereka. Aku hanya sekedar pengantar barang saja.
Kelas yang dimaksud ada di lantai lima. Sangat melelahkan menaiki tangga menuju lantai lima. Tapi aku beruntung hari ini dapat bertemu dengan Jenny dan beberapa temannya di lantai tiga, tepat di tangga. Wajahnya tidak berubah sama sekali, rambut pirang panjang bergelombang terurai dan masih sombong.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Ariyadi
semangat kk👍
2021-04-01
4
WR ξκύαε
terima kasih dukungannya nanti diusahain up lebih banyak lagi.😊😊😊
2021-04-01
3
✹⃝⃝⃝s̊S Good Day
Lanjuutt thor. Semangat up.
2021-04-01
4