Soreh harinya, aku ke perpustakaan mencari semua buku tentang manusia serigala. Tidak ada apapun, semua kesimpulannya sama saja denga buku yang perna aku baca. Tapi aku sedikit lega bahwa aku adalah manusia serigala berdarah campuran. Tudak!! Aku tidak percaya bahwa aku adalah manusia serigala! Ini tidak mungkin. Sudah cukup dengan Nercomancy, sihir sekarang manusia serigala. Besok apa? Vampir!
Aku membaringkan diriku diantara tumpukan buku yang tidak aku baca. Aku menatap kosong langit-langit perpustakaan yang tinggi. Kesunyian menyelimutiku. Rasa dingin lantai menusuk tulangku. Rahasia apa lagi yang tersembunyi dalam keluarga ini? Semuanya masih menjadi teka-teki. Banyak hal yang belum aku tahu, tapi kemungkinan bisa saja aku sudah mengetahuinya.
"E.....!" aku meremas rambutku karna kesal. Kesal kenapa aku mengalami hilang ingatan. Dan petunjuk yang aku ada saat sebelum kejadian hanyalah suara wanita itu. Siapa dia? Aku tidak bisa melihat wajah, tubuh dan tempat ity. Semuanya samar-samar. Aku menutup mataku, mencoba menenangkan pikiranku. Otakku pusing mengurai setiap benang kusut yang semakin diurai semakin kusut.
Aku membuka mataku ketika aku mendengar suara kucing. Aku bangkit dan mencari sumber suara itu berasal dari mana. Yang pasti kucing itu tidak ada di perpustakaan ini. Dan setahuku, tidak ada kucing drumah ini. Aku melihat keluar jendela. Mungkin kucing itu ada di halaman. Dan benar aku mendapati kucing itu ada di kursi taman. Aku bergegas turun pergi ke arah kucing itu. Sampai disana aku tidak menemukannya. Aku mencari dan terus mencari di sekitar taman. Aku akhirnya menemukannya di bawah pohon ek. Kucing berwarna putih berbulu panjang dan berpita merah sebagai kalung tanda pengenal.
Aku mencoba mendekati kucing itu secara perlahan-lahan. Tapi tinggal setengah meter lagi antara aku dan kucing itu, ia mala lari masuk ke dalam hutan. Aku lantas mengejarnya tampa sadar. Aku terus masuk ke hutan semakin dalam. Hari mulai sore, sinar jingga memenuhi langit berawan. Aku tidak mempeedulikan hal itu. Aku masi saja mencari kucing tadi yang hilang entah kemana.
"Hm..... Kemana kucing tadi? Cepat sekali kaburnya."
"Mencari sesuatu?"
Terdengar suara pria dari belakangku, lantas aku menoleh. Pria tinggi dengan ranbut perak acak-acakan, mata berwarna hazel dan kulit pucat, berdiri tepat di depanku. Ia mengenakan kaos putih berjaket biru dan celana hitam panjang ditambah sepatu putih. Apa dia hantu? Aku melihat ke arah kakinya, menginjak tanah. Bukan hantu. Pria itu berjalan mendekat kearahku, sangat dekat. Ia membungkukan badannya dengan kedua tangan berada di saku jaketnya. Ia menatap mataku yang sesenti lagi dari matanya. Tatapannya membuat tubuhku tidak bisa bergerak dan aku merasa jantungku berhenti sembentar.
"Sepertinya aku mengenalmu," kata pria itu setelah meneliti wajahku dari dekat.
"Benarkah," aku segerah memalingkan muka dan sedikit mendorongnya menjauh dariku. Nafasnya yang dingin membuatku merinding.
"Hm........ Dimana ya..." pria itu menggigit kukunya mencoba mengingat sesuatu. "Oh.... Aku ingat. Kau gadis di perkemahan musim panas lalu kan," katanya sambil tersenyum.
"Iya."
"Kalau tidak salah waktu itu, kau jatuh dari jurang. Bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik sekarang."
"Kita tidak sepat kenalan waktu itu. Aku rasa sekarang waktu yang tepat. Perkenalkan namaku Onoval," pria itu mengulurkan tangannya.
"Sherina," aku menjabat tangan pria itu. Tangan yang dingin. Tapi dari semua itu ia memiliki sisi yang hangat.
"Apa yang dilakukan gadis manis sepertimu dihutan yang hampir gelap ini?"
"Tadi aku mengejar seekor kucing masuk ke hutan ini. Tapi sekarang aku kehilangan dia," jelasku padanya.
"Benarkah. Apa kucingnya berwarna putih?" tanya Onoval semangat.
"Iya."
"Berpita merah?"
"Iya."
"Oh.... Itu kucingku. Dia memang suka kabur dan sekarang pun begitu."
"Kalau memang iya, apa boleh aku membantumu? Lagi pula hari masih sedikit terang," aku menawarkan diri untuk membantunya.
"Ok. Tapi sampai matahari terbenam saja ya. Bahaya malam-malam di hutan seperti ini. Nanti ada monster ganas mengejarmu. Grr..... Gorr...." Onoval menirukan geraman monster yang biasa ada di film-film kartun.
"Hehe..... Kau lucu," kataku ketika melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.
Kami berdua mencari kucing itu bersama-sama. Sambil mencari, aku sedikit bertanya padanya soal kejadian di perkemahan. Aku baru tahu kalau ia adalah salah satu orang yang membantu evakuasi penyelamatanku dari jurang. Hanya saja ia tidak tahu bagaimana aku bisa jatuh kesana. Aku sedikit kecewa, tidak ada yang mengetahuinya selain aku dan wanita dalam ingatanku itu. Aku berterima kasih pada Onoval karna telah menolongku dan aku bersedia membantunya suatu hari nanti, jika ia membutuhkan pertolongan. Sudah cukup lama kami mencari tapi tidak kunjung menemukan kucing itu. Hari semakin gelap.
"Sudahlah sebaiknya kau pulang. Tidak perlu di cari lagi. Mungkin ia akan pulang sendiri," kata Onoval membujukku menghentikan pencarian.
"Tapi kasian. Bagaimana kalau ia tidak bisa menemukan jalan pulang?"
"Tidak apa-apa. Nanti...."
Meoww....
Tiba-tiba kami mendengar suara kucing yang sangat dekat dengan kami. Aku dan Onoval mencari sumber suara itu. Tapi kami tidak menemukannya.
"Aneh, suaranya ada kucingnya mana?"
"Onoval disana!!" kataku sambil menunjuk ke atas pohon.
"Astaga.... Pantas saja tidak ketemu, di atas pohon ternyata."
"Bagaimana cara menurunkannya? Sepertinya ia tidak bisa turun sendiri."
"Mudah, panjat saja."
Onoval mulai memanjat pohon itu. Terlihat mudah baginya. Aku rasa ia sangat ahli dalam urusan panjat memanjat ini.
"Kemarilah kuving manis," sedikit lagi Onoval hampir merai kucing itu sampai.....
Krak...!!!
"Ooou...."
Bruk....!!!!
Dahan yang Onoval pijak patah, tidak mampu menopang berat badannya. Hal hasil ia terjatuh bersama dengan kucingnya dalam posisi paling mengenaskan. Ingin ketawa ada tapi kasian.
"Kau tidak apa-apa?" kataku sambil menahan tawa.
"Apa matahari sudah terbenam? Kenapa gelap sekali?"
"Belum. Matahari belum terbenam kok," aku mengulurkan tanganku membantunya berdiri.
"Aduh..... Kepalaku sakit," ia mengusap bagian depan kepalanya yang membentur tanah duluan tadi. "Dimana kucing tadi?"
"Em...." aku melihat ke sekeliling mencari benda berbulu putih itu. "Disana," tunjukku ketika aku menemukannya.
Onoval berjalan mengendap-endap mendekati kucing itu. Sudah sangat dekat, ia dengan cepat menangkapnya. Kaget kucing itu meronta-ronta melepaskan diri. Tapi ia tidak berhasil. Pasra saja lah...
"Akhirnya tertangkap juga kau."
"Syukurlah kalau sudah mendapatkannya"
"Terima kasih atas bantuannya."
"Bukan apa-apa."
"Mari aku antar pulang," tawar Onoval ingin mengantarku pulang.
"Tidak. Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri," aku mencoba menolak.
"Bahaya berjalan sendirian di dalam hutan seperti ini."
"Baiklah."
Aku menerima tawaranya mengantarku, tapi hanya sebatas halaman belakang saja. Dia orang yang ramah, bersahabat dan sedikit lucu. Di perjalanan pulang, ia terus bercerita tentang hal-hal yang menarik. Aku tidak bosan mendengarnya, di tambah lagi tingkah konyolnya itu. Membuatku tidak bisa menahan tawa. Sampai di halaman belakang, aku pamit untuk pulang tapi ia meminta nomor telponku agar kami saling terhubung dan mungkin ada kesempatan bertemu lagi.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Retno Palupi
makhluk apa lagi ini?
2024-04-14
1
Siti Arbainah
Onoval, apa dia vampire thor
2022-12-19
2
WR ξκύαε
maaf ya beberapa minggu ini dan mungkin beberapa hari kedepan aku tidak up novel ini karna aku sedang sakit.
harap maklum🙏🙏🙏🙏🙏😉
2021-04-26
2