Aku segera pergi ke kelas yang dimaksud dan berharap bisa bertemu dengan Jenny sesegerah mungkin, karna aku tidak mau berlama-mala menyimpan benda dari orang mati ini. Walau cuman amplok kecil. Entah apa isinya dan kenapa Linda mau memberikan ini pada Jenny? Sudahlah aku tidak mau ikut campur dalam urusan mereka. Aku hanya sekedar pengantar barang saja.
Kelas yang dimaksud ada di lantai lima. Sangat melelahkan menaiki tangga menuju lantai lima. Tapi aku beruntung hari ini dapat bertemu dengan Jenny dan beberapa temannya di lantai tiga, tepat di tangga. Wajahnya tidak berubah sama sekali, rambut pirang panjang bergelombang terurai dengan riasan tebal dan masih sombong ketika aku menyapanya.
Rasa geram padanya coba aku tahan dengan senyum terpaksa. Aku memberikan amplok kecil itu punya Jenny. Aku mengatakan padanya bahwa surat itu dari penggemar tersembunyimu. Jenny menerima amplok itu dengan jari melintik.
"Penggemar tersembunyi? Iyuuuu...... Amplok ini jelek sekali."
"Karna terlalu lama disimpan. Em.... Ia malu untuk mengantarkannya langsung," alasku agar gadis sombong ini mau menerimanya.
"Baiklah demi penggemar rahasia. Aku akan menerimanya."
Fhuuu.... Akhirnya selesai juga. Aku menghelang nafas lega.
"Dan kau kucing, minggir. Jangan halangi jalanku," kata Jenny mulai memancing emosiku.
"Apa maksudmu kucing?!!" bentakku kesal.
"Jangan marah kucing. Kehadiran orang miskin sepertimu itu hanya mencemari tempat ini," kata Jenny dengan sombongnya.
"Apa kau tidak bercermin hari ini gadis miskin," salah satu temannya mala ikut-ikutan. Dasar.
"Ia lihat saja pakaianmu itu kotor sekali," sambung temanya yang lain.
Aku melihat pakaianku memang kotor sih karna pingsan di gudang tadi. Tapi kalian tidak perlu bicara seperti itu juga tahu!! "Memangnya kenapa kalau bajuku kotor?! Itu tidak ada urusannya dengan kalian," aku masih mencoba menahan amaraku.
"Gadis miskin ini berani sekali membentaku!! Apa kau tahu siapa aku ini!!" Kali ini Jenny meninggikan suaranya.
"Aku tidak peduli siapa kau atau seberapa kaya orang tuamu! Itu bukan urusanku," aku menatap tajam padanya.
"Hei berani sekali kau gadis miskin. Apa kau tahu Jenny ini adalah putri dari keluarga Travolta," bela temanya yang tadi.
"Keluarga Travolta?"
"Merasa takut, kenapa masih belum minta maaf? mungkin Jenny akan mengampunimu."
"Oh... Aku akan mempertimbangkan itu jika kau membenturkan kepalamu ke lantai dan memohon ampun padaku," kata Jenny.
"Aku tidak perna mendengarnya," aku sendari tadi mencoba menggingat-ingat nama keluarga gadis sialan ini.
"Apa?!!! Yang benar saja kau tidak tahu nama keluargaku. Keluargaku itu termasuk dalam salah satu keluarga paling berpengaruh di kota ini."
"Apa benar? Kenapa orang sepertiku saja tidak mengetahuinya?" melihat Jenny marah aku tidak tahan untuk menggodanya.
"Itu mungkin kau tidak perna keluar rumah!!"
"Atau mungkin keluargamu bukanlah termasuk keluarga berpengaruh?" bisikku di telinga Jenny. Aku sedikit berjingkat karna tubuhnya lebih tinggi dariku.
"Omong kosong! Dengar ya gadis miskin," Jenny menunjuk ke arahku. "Kau jangan macam-macam denganku. Atau aku akan membuat keluargamu sangat menderita!"
"Apa kau mencoba mengancam ku?" aku mencengkram kuat pergelangan tangannya. Ia meronta mencoba melepaskan diri. "Jangan terlalu sombong. Harta yang mengelilingimu saat ini bukanlah milikmu yang sebenarnya. Itu adalah milik orang tuamu, bukan hasil kerja kerasmu. Banyak orang yang lebih muda darimu berkerja keras untuk membantu keluarganya. Merekalah yang lebih kaya jika dibandingkan dengan gadis manja sepertimu. Kau tidak memiliki apapun yang perlu di banggahkan."
"Kau...! Aku bahkan tidak mengenalmu tapi kau sudah berani bicara seperti ini padaku! Aku akan pastikan kau dikeluarkan dari sekolah ini!!"
"Oh.... Namaku Sherina Morgen. Sekarang kita saling kenal bukan," aku melangkah pergi meninggalkan mereka yang terdiam diri disana. Aku tidak peduli.
Aku pergi ke toilet untuk membersikan diriku. Tangan, kaki, semuanya berdebu. Setelah selesai aku keluar dari toilet dan segera menuju kelasku. Aku ingin mencari Leah dan membuat perhitungan dengannya. Baru sampai dilantai empat, terdengar keributan yang riuh. Semua siswa dan siswi berlari menuju jendela yang terdapat di semua kelas sebelah kanan dariku berdiri. Dari keriuhan itu sekilas aku mengetahui bahwa ada seseorang yang ingin bunuh diri di atap gedung sekolah.
Penasaran siapa yang ingin bunuh diri. Aku masuk ke salah satu kelas terdekat. Dijendela aku melihat ke bawah. Sudah sangat ramai siswa/siswi dan beberapa guru serta stap sekolah. Aku melihat ke atas. Sangat sulit karna cahaya matahari sangat menyilaukan. Memang ada seseorang berdiri di pinggiran atap sekolah. Yang mengejutkanku adalah aku sepertinya mengenali gadis itu. Aku segera berlari menuju atap sekolah. Sampai disana kudapati ada kepalah sekolah, beberapa guru dan teman-temannya. Mereka semua berdiri cukup jauh dari gadis itu. Mereka tidak berani mendekat karna acaman gadis itu akan melaompat.
"Jenny!!!" teriakku membuat semua orang menoleh. Aku berlari menghampiri Jenny tapi segera ditahan oleh salah seorang guru. Ia melarangmu untuk mendekatinya. Aku menepis tangan guru itu. Sangat tidak sopan sih tapi aku harus. "Jenny apa yang kau lakukan?!!"
"Jenny? Apa hubungannya denganmu?" suara Jenny terdengar sangat berbeda.
"Tunggu. Kau bukan Jenny. Linda apa itu kau?" tanyaku memastikan.
"Hahaha.....!!! Kau mengenali aku rupanya."
"Linda apa-apa ini?!!"
"Apa maksudmu Linda? Bukankah Linda sudah meninggal dua tahun lalu," kata salah seorang guru, sepertinya ia adalah wali kelas Linda saat itu.
"Bagaimana kalau dia kerasukan arwahnya Linda?"
"Darimana kau tahu?"
"Eh..... Untuk masalah ini...." bagaimana ini? Tidak mungkin aku memberitahu mereka bukan.
"Sudah cukup basa basinya!!" betak Linda membuat fokus ku teralihkan padanya. "Kau sudah melihatnya sendiri bukan bagaimana caranya aku mati. Jadi kau mengerti maksudku?"
"Balas dendam," kataku membuat mereka semua yang ada disini terkejut.
"Balas dendam apanya? Jelaskan pada kami?!" kata salah seorang teman Jenny. Tapi aku menghiraukannya.
"Benar kau sangat pintar."
"Tapi jangan seperti ini Linda. Jenny memiliki keluarga. Apa kau tidak memikirkan perasaan mereka?!" air mata mulai berlinang di mata ku.
"Perasaan? Apa Jenny memikirkan perasaan keluargaku?! Dia pergi begitu saja dan masih bisa sempat tertawa seperti tidak ada rasa bersalah sama sekali!!" Lidah meninggikan suaranya, air mata memenuhi pipinya.
"Aku tahu itu. Sangat sakit rasanya melihat orang yang kita cintai terluka. Tapi seharusnya kau tahu perasaan itu. Kalau seperti ini, apa bedanya kau dengan Jenny yang telah melakukan hal itu padamu. Pikirkanlah orang tuamu. Mereka pasti tidak menginginkan hal ini bukan," aku mengulurkan tanganku membujuknya turun.
Linda berpikir sejenak. "Tidak! Orang tuaku pasti sangat bahagia melihat dendam putri mereka terbalaskan."
"Tidak Linda Jangan......!!!"
Aku kalah cepat. Dengan senyum di wajahnya, Jenny yang dirasuki arwah Linda melompat terjun bebas dari atap gedung sekolah. Teriakan semua orang yang ada dibawah terdengar jelas sampai kesini. Aku hanya menangis melihat tubuh Jenny tergeletak tak bernyawa dengan darah menggenang disana. Air mata terus mengalir sampai daguku. Aku juga sedikit merasa bersalah. Kenapa aku membantunya?!! Apa isi surat itu? Semua ini tidak akan terjadi jika bukan karna aku!!
"Kenapa aku harus memiliki kemampuan ini?!!!" teriakku meluapkan semua amarah dalam diriku. "Kenapa? Kenapa? Aku tidak mau mengalami hal seperti ini lagi."
Tiba-tiba pandanganku berbayang dan berputar saat aku melihat ke bawah. Rasa sakit menyerang kepalaku. Aku hanya memejamkan mata menahan sakit. Lututku terasa lemas seketika tak sanggup lagi menopang tubuhku. Aku terduduk lemas. Aku meringkuk kesakitan sambil mencengkram kuat kepalaku.
"Sherina...!! Ini aku... Apa kau mengenali aku?!"
Ada suara menggema di telinga ku. Siapa? Aku tidak bisa melihatnya. Hanya ada bayangan hitam di depan ku.
"Tidak. Tidak!!!"
"Nak..... Nak apa kau baik-baik saja?" kali ini suara itu menghilang dan digantikan dengan suara guru tadi yang terdengar sangat cemas.
"Apa? Apa yang terjadi?" aku ling-lung dan bingung. Aku melihat ke sekeliling. Aku masih ada di atap gedung sekolah. Apa itu tadi? Apakah tadi adalah sebagian dari ingatanku?
Aku melihat ada sebuah foto tergeletak tepat di depan ku, aku mengambilnya. Ternyata itu adalah foto Jenny dan salah satu temanya yang sudah di bersih tanda silang. Tepat di wajah Jenny ada tulisan MATI. Kali ini pandanganku benar-benar menghilang.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Retno Palupi
berarti jeni bunuh diri apa tdk?
2024-04-14
1
✹⃝⃝⃝s̊S Good Day
Jejak ka.
2021-04-05
3