Aku bergegas mengganti bajuku sebelum ibu benar-benar mengamuk. Dari balik kelembutan yang ibu berikan terdapat hal seram yang ibu sembunyikan. Setelah ganti baju dengan pakaian yang kering, ibu mengajakku berkeliling rumah sambil menjelaskan beberapa tempat dan ruangan. Aku seperti anak baru di suatu sekolah. Tapi memang itu yang aku rasakan sekarang ini. Aku tidak merasa lelah sedikit pun setelah berkeliling, seminggu berbaring atau duduk-duduk saja di ranjang rumah sakit sangat membosankan.
Kami melanjutkan ke halaman tengah rumah. Halaman ini jauh lebih besar dari penampakannya di atas balkon. Terdapat pohon ek di sisi paling ujung taman. Kami hanya berjalan-jalan santai mengitari taman di bawah pohon rindam yang tersebar di setiap jalan. Udara begitu segar disini. Angin sejub bertiup membawah kehangatan. Ingin rasanya aku berlari, melompat dan terbang meluapkan semua tenagaku yang sudah lama tersimpan suatu aku di rumah sakit. Beberapa hari itu aku tidak diperbolehkan melakukan apapun. Tentu saja karna ibuku terlalu menghawatirkan diriku. Aku bahkan tidak boleh menggunakan sendokku sendiri. Ini benar-benar sangat memalukan. Untung semua itu sudah berlalu. Sekarang aku bisa menjalankan kehidupanku seperti biasa walau sedikit bingung.
Selama perjalanan ibu sedikit bercerita tentang kemampuan yang aku miliki. Kemampuan ini disebut Necromancy.
"Necromancy merupakan penyihir yang memiliki berbagai mantera untuk menghidupkan kembali tubuh dan jiwa yang sudah mati hingga mengontrol pasukan kematian tersebut untuk menyerang para musuhnya. Bahkan seorang Necromancy kerap dihubung-hubungkan dengan mayat, kematian dan ritual gelap," jelas ibuku.
"Mayat, kematian dan ritual gelap. Kenapa kemampuan ini terdengar sangat mengerikan. Bagaimana kalau aku tidak bisa mengendalikannya?" kataku sedikit ketakutan dengan dampak buruk yang mungkin terjadi.
"Tenang saja sayang, itu hanya pendapat masyarakat luas. Mereka menolak pemikiran bahwa manusia dapat berkomunikasi dengan arwah yang telah meninggal dan menyatakan bahwa arwah tersebut adalah iblis yang menyamar. Karena itulah Necromancy dianggap sebagai salah satu cabang ilmu hitam paling berbahaya dan mulai menangkap semua yang mempraktekkannya." ibu berhenti sebentar dan melanjutkan.
"Necromancy bisa ditemukan dalam berbagai mitologi-mitologi, Necromancy sebenarnya adalah bentuk ramalan (divination) dimana mereka yang menggunakannya akan memanggil arwah untuk mendapatkan perlindungan atau ilmu pengetahuan. Necromancy sendiri berasal dari bahasa Yunani ; Νέρος (Nekros) mati dan Μάντεια (Manteia) ramalan. Para Necromancer di Babylonia disebut Manzazuu atau Sha’etemmu, sementara roh yang dipanggil disebut Etemmu.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Necromancy bukan merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan kejahatan. Namun sejak memasuki abad pertengahan, makna dari Necromancy itu sendiri menyimpang jauh menjadi ilmu yang digunakan untuk memanggil iblis atau membangkitkan orang mati demi tujuan buruk. Image tersebut terus melekat hingga sekarang dan membuat Necromancy dianggap sebagai salah satu ilmu hitam paling berbahaya."
"Jadi,..."
"Jadi ibu sarankan kau jangan mengunakan kekuatanmu di depan semua orang. Jika kau tidak ingin dianggap sebagai pengunah ilmu hitam dan hukum mati," kata ibuku sambil tersenyum.
"Bisa tidak ibu jangan tersenyum! Itu mengerikan!!"
"Bercanda. Kemanpuan yang kita miliki sedikit berbeda dari penjabaran Necromancy yang sebenarnya."
"Eh.... Apa yang beda?"
"Kan ibu sudah jelaskan Necromancy itu adalah salah satu ilmu sihir yang dipelajari seseorang. Sedangkan kita mendapatkan kemampuan ini sejak lahir. Kita tidak perlu mengunakan mantra atau simbol lingkaran apapun untuk memanggil arwah. Karna kemampuan mirip dengan Necromancy. Jadi ibu sebut saja begitu. Apa kau mengerti?"
"Katakan saja kalau kemampuan kita ini tidak memiliki nama. Kenapa harus menjelaskan ilmu sihir segala."
"Tidak apakan, lagi pula sama. Terlebih lagi hanya kita berdua saja yang memiliki kemampuan ini."
"What! Bukannya kemampuan ini turun-termurun? Bagaimana dengan orangtua ibu?"
"Ibu ceritakan lain kali saja ya."
"Baiklah." kataku sedikit kecewa.
Hening sebentar tidak ada percakapan lagi di antara kami.
"Apa aku harus melatih kemampuan ku ini?" kataku memecah keheningan.
"Tentu saja. Tetapi sejauh yang ibu tahu kau sudah sangat pandai mengendalikannya."
"Benarkah? Apa aku bisa memanggil orang mati? Atau membangkitkan pasukan zombie?"
"Jangan berpikir hal aneh. Sebaiknya kau tidak melakukan hal itu untuk sementara waktu."
"Aku juga tidak tahu caranya," kataku sambil menunduk. Ibu berhenti berjalan membuatku menoleh. "Ada apa bu?"
"Sherina jangan risau. Ibu pasti akan membantumu memulihkan ingatanmu kembali."
"Tidak apa-apa ibu. Aku pasti mengingat semuanya secara perlahan-lahan."
"Ibu sayang padamu," ibu mengusap lembut rambutku. "Mari kita temui Mia, sepertinya mereka sedang bersantai."
Aku melirik ke arah dimana ibu lihat. Tepat di pondok kecil depan rumah. Aku melihat Mia sedang asik bermain krayon dan kertas ditemani langsung oleh orang yang paling di percaya, ibunya. Sedangkan paman Alan sibuk dengan leptopnya. Keluarga kecil itu sedang bersantai menikmati udara yang hangat. Aku dan ibu menghampiri mereka.
"Mia gambar apa?" sapaku pada gadis kecil kuncit dua ini.
"Kakak lihat ini aku gambar kelinci," Mia menunjukan Lukisannya yang hampir selesai. Gambaranya cukup bagus untuk gambaran seusianya.
"Wah... Bagus. Mia mrmang hebat," pujiku.
"Ada apa kak?" tanya bibi Emely pada ibuku yang mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Tidak ada hanya menemani Rin jalan-jalan kecil."
Aku meladeni gadis ceria yang satu ini. Mia sangat mahir bermainkan warna-warna cerah. Hasilnya cukup memuaskan. Lukisan akhirnya selesai. Dua ekor kelinci putih dan hitam sedang asik menikmati rumput di padang penuh bunga. Mia sangat senang dapat menyelesaikan lukisannya. Ia memperlihatkannya pada semua orang yang ada disini termasuk ayahnya. Aku sedikit bingung dengan kalimat yang Mia ucapkan pada ayahnya.
"Ayah tolang hidupkan," pintak anak manis itu pada ayahnya manja.
"Hidupkan?" kata itu terdengar sangat aneh ditelingaku.
"Baiklah sayang," paman Alan meletakkan leptopnya di atas meja dan mengambil lukisan putrinya tersebut. Paman Alan mulai menirukan gaya seorang penyihir yang ada di film-film atau mala mirip pesulap. "Dengan kekuatan yang di percayakan padaku. Aku minta pada leluhurku untuk menghidupkan kelinci di lukisan ini. Σηκωθίτε (Sikotheite)"
Aku mengirah paman Alan hanya bercanda untuk menghibur putrinya. Tapi tanpa diduga setelah paman menjentikan jarinya. Kelinci pada lukisan itu benar-benar hidup. Melompat keluar dari kertas, menari-nari kesana kemari seperti holongram. Kelinci itu melayang di udara melompat mengitariku. Nampak dari raut wajah Mia sangat gembira, tertawa sambil mengejar kelinci-kelinci itu yang melompat ke halaman. Aku mengikuti Mia. Ini sangat menakjubkan. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat.
"Wah.... Luar biasa. Tapi, bagaimana bisa?" tanyaku pada Paman yang berjalan mendekat ke arah kami.
"Ups. Hampir lupa. Pamanmu yang tampan ini adalah seorang penyihir yang sangat berbakat," kata paman Alan dengan gaya aneh.
"Kenapa aku mala tidak bisa mempercayainya," kataku datar.
"Ayoklah keponakanku. Apa kau tidak mempercayai paman mu ini?" paman Alan merangkul bahuku dan mencubit pipiku.
"Tidak," jawabku tampa mengubah espresi. "Paman aku ini perempuan," aku sedikit meronta mencoba melepaskan rangkulan pamanku.
"Perempuan apanya. Paman saja tidak perna melihatmu pakai make up," paman Alan melepaskan rangkulannya. "Lihat ini," paman Alan merentangkan telapak tangannya di hadapanku tak lama muncul bola salju di telapak tangan paman hal itu membuatku melongok. "χιονόπτωση (Chionoptosi)"
Perlahan-lahan bola salju itu mengecil dan menghilang. Tapi menghilangnya bola dalju itu dibarangi dengan turunya salju di seketar kami. Aku kembali takjub dibuatnya. Ini sungguh luar biasa. Hawa yang tadinya panas kini menjadi dingin. Salju semakin tebal memenuhi rerumputan.
"Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi. Tapi aku menyukainya."
"Sekarang kau percaya kalau pamanmu ini adalah penyihir yang hebat.....," dan paman mulai lagi dengan sombongnya.
Tapi belum selesai paman berbicara tiba-tiba satu bola salju mendarat di wajahnya. Ia melirik tajam padaku. Aku langsung menunjuk ke si pelaku, Mia yang ada disamping ku. Ia hanya memalingkan muka dan menyembunyikan kedua tangan kebelakan tubuhnya. Paman pun membalas dengan melempar bola salju ke sembarang arah sampai-sampai lemparannya mengenai istinya sendiri. Tidak tinggal diam bibi Emely ikut bergabung dalam perang salju bulan agustus ini. Ibu juga ikut bergabung karna aku tidak sengaja mengenainya juga. Hihihi..... Maaf.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Retno Palupi
lucu ya kl beneran ada
2024-04-14
1
Siti Arbainah
enak kyax klo bisa sihir ya😄
2022-12-19
0
सीता
gak zombie juga dong wkwk
2022-09-04
1