Kring................. Kring.................
Jam istirahat dimulai, aku mengemasi barang-barangku dan hendak keluar. Baru selesai menyimpan buku di laci. Aku dikejutkan dengan kehadiran Nic yang tiba-tiba sambil menepak meja.
"Selamat datang kembali Rin!!"
"Astaga, Nic.....!!! Apa kau selalu seperti ini?!"
"Apa maksudmu?"
"Em...." aku baru sadar apa saja yang barusan aku katakan.
"Sudahlah. Ayok ikut aku, karna kau baru kembali ke sekolah. Aku akan mentraktirmu hari ini," tampa basa basi Nic menarik tanganku menuju kantin sekolah.
"Hei....." ya sudahlah. Lagi pula aku tidak tahu kantin ada dimana.
Sampai di kantin yang berada di lantai dasar. Ruangan besar dengan salah satu sisi dinding adalah kaca transparan. Jadi saat makan, kami dapat menikmati pemandangan luar yang berupa taman. Terdapat sekitar 20-25 baris meja panjang berderetan. Setiap meja panjang itu terdiri dari 12 kursi yang saling berhadapan. Di sisi kiri dari pintu terdapat tempat pemesanan makanan. Cukup banya menu yang disediakan kantin ini. Jadi kami tidak akan merasa bosan dengan menu yang sama. Setelah selesai memesan makanan. Aku, Nic dan Sofia yang tidak berbicara sepata katapun dari tadi. Aku tidak menghiraukannya karna mendengar celotehan Nic yang tiada henti.
Kami mencari tempat kosong. Sangat sulit mencari kursi kosong di ruangan seluas ini dengan semua murit sebanyak ini. Seluruh meja sudah penuh. Kami sedikit ling-lung mencari tempat. Sampai ketika ada seseorang memanggil kami.
"Nic! Sherina! Sofia! Disini!" teriak seorang pria mrlambaikan tangannya pada kami. Ia adalah Kevin. Kami segerah menuju ke arah mereka. Terdapat dua kursi kosong disamping Evan dan satu di samping Kevin.
"Kalian baru sampai," kata Evan setelah meminum minumannya.
"Ayoklah masih mending kami datang," Nic mengambil tempat duduk dismping Evan, aku duduk di samping Nic sedangkan Sofia duduk disamping Kevin, berhadapan dengan Nic.
"Rin bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Kevin.
"Seperti yang kau lihat. Aku sangat baik."
"Kau membuat kami takut saja. Kami kira kau tidak akan kembali," celoteh Evan tanpa pikir panjang.
"Apa maksudmu, tidak akan kembali? Kau mendo'akan aku mati ya!" tatapku tajam pada Evan.
"Eh..... Bukan. Aku tidak bermaksud begitu. Tapi wajar sajakan, kondisimu saat itu..... Kemungkinan terburuk bisa terjadi."
Satu pukulan mengenai kepala Evan, membuat ia merintih kesakitan. Pukulan itu berasal dari Nic. "Sama saja!!!"
"Aduh... Kau kejam sekali sih," Evan mengelus kepalanya yang sakit.
"Tidak apakan Rin, aku mewakilimu?"
"Aku tidak menyetujuinya."
"Aha... Sherina memang teman baikku. Kau lihat itu Nic, Rin saja tidak mempersoalkannya," kata Evan senang. Ia masih memegang kepalanya.
"Kenapa kau tidak memukulnya lebih keras?!!" aku mengepalkan tanganku dihadapan Evan.
"Maafkan hambamu ini yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik," Nik menoleh ke arah Evan dengan senyum menyeringai.
"Wah.....!! Yang benar saja! Dasar kau Rin! Aku kira kau sudah berubah setelah jatuh dari tebing!" teriak Evan ketakutan sambil bersembunyi di balik kursi. Kami hanya tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.
"Aku sudah selesai. Aku duluan ya," kata Sofia tampa ekspresi. Ia beranjak dari kursinya.
"Sofia mau kemana?" tanya Kevin.
"Ada beberapa buku yang harus aku kembalikan ke perpustakaan," jelas Sofia dan berlalu pergi.
"Ada apa dengannya? Sekarang ia jadi pendiam," kata Nic.
"Eh.... Apa dia orang yang ceria?" tanyaku tampa sadar membuat mereka menoleh padaku.
"Ha......? Kau kan teman masa kecilnya. Masa tidak tahu?" Nik melirik padaku bingung.
Gawat aku lupa kalau mereka tidak tahu keadaan ku seperti apa. "Eh..... Hehe.... Aku ke toilet dulu. Dah....." aku bergegas pergi meninggalkan mereka. Karna terlalu tergesah-gesah dan tidak memperhatikan jalan. Aku tidak sengaja menabrak seseorang. Hal itu membuat kami berdua terjatuh. Aku menyadari bahwa yang aku tabrak tadi adalah seorang pria. Pria yang tampan, membuatku tidak bisa berkedip olehnya.
"Apa memang kau suka menabrakku Rin?" kata pria itu membuatku sadar.
"Maaf maaf aku tidak sengaja. Apa kau tidak apa-apa?" aku menyatukan kedua telapak tanganku meminta maaf padanya. Tunggu. Apa dia bilang aku sering menabraknya. Astaga ini memalukan. Aku merasakan wajahku memerah saat itu.
"Kau bercanda? Ditabrak oleh gadis sepertimu memang bisa melukaiku," ia mengulurkan tangannya membantuku berdiri.
"Sekali lagi maaf. Aku akan berhati-hati lagi nanti."
"Sudahlah. Lain kami kau memang harus hati-hati. Jangan sampai menabrak orang lain," pria itu menepuk kepalaku sekali dan berlalu pergi dengan senyum manis.
Aku termenung memandangi pria itu yang melangkah pergi. Pria yang manis. Tidak aku sangka ia mengenalku. Itu berarti aku mengenalnya juga. Aku tersadar ketika pria itu sudah menghilang di antara keramaian. Aku segera pergi. Aku merasa malu karna melamun di kerumunan siswa yang lalu-lalang. Aku mencari tempat yang agak sepih dari siswa/siswi untuk mengatur nafasku yang tidak teratur. Apa yang terjadi? Kenapa wajahnya tidak mau hilang dalam kepalaku.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Aku menggangkat wajahku melihat siapa itu. Ternyata hanya seorang siswi. Ia membawah beberapa buku ditanganya. Gadis yang cantik. Rambut pirang keemasan terurai bergelombang dan memiliki mata berwarna hijau lembut. Aku belum perna melihat seseorang memiliki mata berwarna hijau sebelumnya.
"Tidak ada, hanya berkeliling." alasku
"Sudah keduga. Kau tidak mungkin datang kesini untuk ke perpustakaan," kata gadis itu dingin.
"Perpustakaan?" aku melihat tanda nama yang ada di atas pintu. "Benar! Ini tempat yang aku cari," tampa memperdulikan gadis itu. Aku berlari masuk ke dalam perpustakaan.
"Gadis ini pasti mengalami gangguan otak yang serius."
Perpustakaan yang besar, dengan dua lantai yang saling terhubung. Terdapat kaca jendela warna-warni memantulkan cahaya matahari. Seperti perpustakaan pada umumnya. Perpustakaan sekolah ini dipenuhi dengan buku yang tersusun rapih di rak buku sesuai kategori. Aku datang kesini bukan untuk mencari buku pelajaran atau buku pengetahuan lainnya. Aku hanya ingin menggunakan komputer yang ada di perpustakaan ini saja. Apa yang aku cari tidak terlalu penting. Aku hanya ingin mengetahui daftar nama murit di kelasku dan mungkin aku bisa tahu nama pria tadi.
Sangat mudah mengakses data nama sisiwa di kelasku. Tapi untuk mencari nama seseorang hanya berdasarkan wajahnya, itu sangat sulit. Dari ratusan mungkin sampai ribuan siswa di sekolah ini. Bagaimana mencarinya? Kalau aku tidak mengetahui nama atau kelasnya. Hm...... Sudahlah cepat atau lambat aku pasti akan mengetahuinya. Sebaiknya aku kembali ke kelas karna jam pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bell terakhir dibunyikan menandakan pelajaran hari ini selesai. Aku mengemasi barang-barangku dan beranjak pulang. Di depan gerbang aku lihat mobil ibuku sudah menunggu. Aku segera menghampirinya. Mobil mini berwarna biru sangat mudah di kenali dari deretan mobil lainnya. Aku membuka pintu dan melangkah masuk.
"Bagaimana harimu disekolah?" tanya ibuku ketika aku melangkah masuk.
"Menyenangkan. Hanya saja sebagian dari temanku aku tidak mengetahui namanya."
"Tenang saja kau akan mengetahuinya seiring berjalanya waktu," ibu hanya sesekali melirik padaku. Pandanganya fokus tertuju pada jalanan yang ramai kendaraan. Jam seperti ini memang selalu ramai.
Aku melirik ke kursi belakang, terdapat dua kardus berisi buku disana. "Ibu buku apa itu?"
"Hanya beberapa buku lama. Rencananya mau disumbangkan besok."
"Oh.........." aku melepaskan sabuk pengamanku dan pindah ke kursi belakang.
"Rin! Kalau mau pindah bilang-bilang dulu. Bahaya tahu."
"Maaf."
Aku melihat-lihat isi kardus itu. Hm..... Tidak ada yang menarik. Isinya hanya buku-buku cerita dongeng dan beberapa buku pengetahuan dasar. Tapi tunggu dulu, ada satu buku menarik perhatianku. Buku bersampul hitam dengan tulisan berwarna emas. Terdapat simbol zodiak di sampulnya. Jelas buku ini menceritakan tentang ke 12 zodiak. Anak-anak tidak memerlukan buku inikan. 12 zodiak? Menarik. Zodiakku...... Sial tanggal lahir saja aku melupakannya. Yang benar saja.
"Ibu boleh aku minta buku ini," aku menunjukan buku tersebut pada ibu.
"Eh... Tumben mau baca buku?"
"Tidak apa-apakan."
"Baiklah."
"Yah.... Terima kasih bu," aku mengecup pipi ibuku.
"Rin....!" ibu sedikit terkejut. "Kalau kau benar-benar berminat dengan buku. Ibu bisa membawahmu ke perpustakaan kota tempat ibu berkerja," tawar ibuku.
"Boleh. Kapan?"
"Akhir pekan ini. Bagaimana?"
"Baiklah sepakat."
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Retno Palupi
apa Rin merupakan orang yang dihidupkan kembali?
2024-04-14
1
💞Amie🍂🍃
aku nyicil dulu ya kak, ditunggu feedbacknya
2022-08-07
4
miss N
Aku curiga kalau Sofia yang menyebabkan kecelakaan itu he..he..itu penerawangan aku saja sih..😅😅
2022-07-21
2