"Maksudnya, kamu mau beli baju pakai uang haram?" Tangan Rey masih saja aktif meraba-raba dadaku bahkan masuk ke dalam cup bra yang ku kenakan. "Rey ini geli banget loh!"
Tangannya tiba-tiba berhenti dan mencium bibirku sejenak. "Kamu itu ngomong apa? Lupakan!" Aku mengerucutkan bibir karena tak mendapatkan jawaban.
Rey kini beranjak dari tempat tidur. Dia membuka kaos yang menutupi tubuh bagian atasnya. Aku suka melihat bentuk tubuhnya. "Kenapa senyum-senyum?" tanyanya dengan mengangkat sebelah alis. Aku malu dan menggelengkan kepala. "Mau lihat?"
"Apa?" Dia membuka resleting celananya. Aku menutupi mata dengan kedua tangan. "Rey, apa kamu gak malu?" teriakku.
Masih dengan mata terpejam, aku merasakan sentuhan kedua tangannya yang mendorong tubuhku pelan. Rey menindihku, lalu membuka rok jeans yang ku kenakan.
Sedikit demi sedikit aku membuka mata. Dia mulai meremas pelan payudaraku bergantian kemudian kedua tangannya masuk kembali ke dalam cup bra yang aku kenakan.
Aku menjerit tertahan saat dia memelintir kedua benda yang mengeras di dalam sana. Rasanya geli, ngilu, tubuh seperti tersengat kembali. Aku terus menggigiti bibir bawah menahan setiap sentuhannya.
"Kenapa? Enak?" Aku masih memejamkan mata, mendongak mengambil oksigen yang entah kenapa rasanya semakin berkurang. "Jawab dong!"
Aku mengangguk dan mulai membuka mata perlahan. "Jangan digigit bibirnya, nanti luka! Gigit saja pundakku kalau nanti sakit!"
"Aku takut Rey!"
"Percayalah padaku, hanya sebentar sakitnya. Ini akan sebanding dengan kenikmatan surga dunia yang kita rasakan malam ini!"
Ah aku terbuai lagi dengan kata-katanya. Rey membuka bra yang ku kenakan kemudian membuangnya begitu saja. Senyumnya menyeringai kembali saat melihat dua benda milikku.
Aku malu dan menutupi dengan kedua tangan. "Kenapa? Aku suka melihatnya." Dia kembali meremas perlahan. "Lihat ini pas di tanganku!"
"Bukankah laki-laki suka yang besar?" Aku takut punyaku kecil baginya.
Dia menggelengkan kepala. "Tidak semua, aku suka milikmu dan sekarang ini menjadi milikku." Aku tersenyum malu. "Aku akan memberitahumu kode kedua."
Dia memajukan wajahnya dan menghisap kuat payudaraku dengan salah satu tangannya mempermainkan payudara yang lain. Rasanya tak kuat diperlakukan seperti ini. Sprei di sampingku mulai ku cengkram kuat.
"Rey stop!" Dia menggelengkan kepala, seperti tak mau menyudahi permainannya. Napasku semakin terengah-engah menahan setiap rasa yang timbul dari semua sentuhannya.
Hisapan dan gigitan kecil di ujung payudara membuatku tak sanggup lagi. Aku menjambak rambutnya. "Reh ...."
"Heem." Dia kini menyudahi dan ganti mencium leherku kemudian berbisik, "Suka gak?" Aku tak mampu membohongi diri. Mengangguk dan menatap matanya hanya gerakan itu yang mampu menjawab pertanyaannya.
Rey tersenyum, memiringkan kepalanya dan mencium bibirku kembali. Aku kini merasakan gerakan tangannya mulai masuk ke celana dalamku. Mengusap sesuatu yang mengeras di dalam sana. Aku sungguh tidak tahan. Entah kenapa rasanya menjadi lembab. Sejak kapan aku juga tak tau.
"Kamu udah basah," bisiknya. "Ini gak akan terlalu sakit percayalah!" Aku mengangguk pasrah. Dia memasukkan jarinya ke dalam sana. Aku menggigit kembali bibir ini. "Sakit?"
"Dikit," jawab singkatku.
Rey mulai menggerakan jarinya keluar masuk secara perlahan namun semakin lama semakin dia percepat. Aku tak mampu mengendalikan perasaan apa ini. Rasanya bergetar dan ingin meledak.
"Rey stop!" Dia tak menghiraukanku.
"Keluarkan!"
"Apanya?" Dia semakin mempercepat ritme jarinya. "Rey udah, aku mau pipis. Aku gak tahan!" Aku mencengkram kuat bahunya saat rasa ini tak tertahankan.
"Udah?" tanyanya seperti tanpa dosa.
"Tadi 'kan aku bilang stop, jadi basah 'kan spreinya."
Dia terkekeh seperti tak merasa bersalah. "Besok aku lihatin film jordy dan ibu tirinya biar kamu ngerti?"
Dahiku berkerut. "Film apa itu?" Aku tak tau dan tak pernah mendengarnya.
"Udah kita lanjutkan lagi!" Dia memegang kedua pipiku kemudian mencium bibirku kembali. "Dibuka agak lebar kakinya, biar gak sakit!"
"Aku takut Rey!"
"Rileks! Kalau sakit gigit pundakku!" Lagi-lagi dia hanya bisa bicara seperti itu.
Jantung semakin berdegup tak wajar. Aku memejamkan mata seraya mencengkram bahu laki-laki yang kini mempunyai hak penuh atas diriku. Dia menekan perlahan miliknya, hingga aku merasakan sedikit perih di dalam sana.
"Reh ...."
"Tahan, cuma bentar!" Dia menenggelamkan wajahnya ke leherku dengan tangan yang sibuk memainkan payudaraku. Hentakannya semakin lama semakin dalam. Aku pun juga mendesah kuat. Rey mengusap lembut peluh yang kini membasahi dahi.
Dia mengulum telingaku dan berbisik, "Masih sakit?" Aku menggelengkan kepala tak tau rasa ini perih, geli, nikmat tak tertahankan menjadi satu persatuan.
"Berapa jam kita seperti ini?" tanyaku dengan napas terengah-engah.
"Gak akan lama bentar lagi!"
"Haah,"
"Tahan!" Di menghentakan cepat dan menekan kuat pinggulnya. Aku bisa merasakan kehangatan mengalir di bawah sana. Dia juga menenggelamkan wajahnya ke dadaku. Sedikit perih di dada ternyata Rey memberikan tanda merah di sana.
"Sudah," ucapnya seraya mencabut miliknya.
"Kok udah?" Aku mengerutkan kening dan melihat jam di dinding. "Kamu bilang sampai pagi? Ini belum ada sepuluh menit."
Dia menggaruk-garuk kepalanya seraya memberi senyum setengah. "Nanti lagi! Aku takut kamu kelelahan!"
"Aku gak lelah!"
"Ini malam pertama kita, aku tak sanggup lebih lama nahan keluarnya. Kasih waktu aku istirahat satu jam!" Dia melihat jam di dinding. "Nanti kita ulangi lagi!" lanjutnya.
Aku hanya mengangguk bingung. Kemudian melihat di pangkal pahaku yang masih sedikit perih. "Rey berdarah!" rengekku pelan.
Dia langsung memelukku. "Gak apa-apa!"
Rey menatap mataku seraya memiringkan kepalanya. "Aku mencintaimu." Dia mencium dahiku. Aku tersipu malu.
"Mau minum!" Aku mengangguk dan Rey mengambilkan segelas air yang ada di meja untukku. Aku meminumnya kemudian menyerahkan kembali padanya. "Tidurlah!"
Dia memelukku, memejamkan mata merasakan hangatnya tubuh yang menyatu berdua dan hanya selimut yang menjadi penutupnya. Aku bahagia, rasanya ingin terus mengulang. Ternyata tak sesakit yang ku pikirkan seperti cerita orang-orang. Atau, mungkin karena setiap wanita berbeda-beda? Entahlah.
-
-
-
-
Aku terbangun saat merasakan sesak. Rey, ternyata dia tidur di atas dada ini. Aku mengelus kepala dan mencium rambutnya. Tangannya melingkar kuat di perutku. Sebenarnya tak nyaman namun suka.
Kepalanya tiba-tiba bergerak, dia kini menatap dengan mata setengah mengantuk. Rey langsung mencium bibirku. Kali ini aku mendengar decapannya sangat menggema, apa ini karena tengah malam? Bisa jadi, tapi ini membuat gairah kami muncul kembali.
"Aku menginginkannya lagi!" pintanya. Aku mengangguk. "Baiklah, naiklah ke atas tubuhku!" Aku menggelengkan kepala tak mengerti maksudnya. Namun dia menarikku hingga terduduk di atasnya.
Rey memasukkan kembali miliknya ke dalam sana. Aku sedikit ragu. "Ini gak akan sakit!" Aku menurutinya. "Bergeraklah sesukamu, tubuhmu sangat indah jika dilihat dari bawah."
Aku membuang muka malu. Dia meremas pelan kedua payudaraku bahkan sekarang mulai memelintir ujungnya. Aku tak mampu menahan lagi. "Lebih cepat lagi gerakannya! Kamu akan merasakan sensasi seperti tadi!"
Aku menurutinya, tak butuh lama tubuh rasanya bergetar hebat dan Rey, dia malah menghisap kuat puncak payudaraku. Aku menjerit tertahan. Astaga semoga tetangga tak mendengarnya. Sumpah tak mampu menahan rasa ini.
Napasku terengah-engah tidur di dadanya dengan tak melepaskan persatuan kami di bawah sana. Dia mengelus lembut kepalaku. Menunggu energiku terkumpul kembali.
"Udah?" tanyanya. Aku mengangguk malu. Dia merubah posisi menjadi di atas dan mulai memegang kendali. Tangannya kanannya melingkar di atas kepalaku dengan tangan kiri memainkan payudara yang kini sedikit kemerahan karena ulahnya.
Untuk yang kedua ini sedikit lama, aku sampai mengaduh. "Sakit?" tanyanya.
"Aku capek."
"Ya udah aku percepat!"
Semakin cepat perih gesekan di bawah sana. Menekan kuat pinggulnya dan menenggelamkan wajahnya di leherku. Kehangatan itu muncul kembali. Yakin, besok aku harus mengganti sprei yang sudah tak berwujud dan basah ini. Dia tersenyum dan mencium bibirku.
❤
❤
❤
❤
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
fieth92
perjaka ya rey....ga bakal kuat lama...
2023-06-01
0
Qaisaa Nazarudin
Waaahhh Udah MP aja Rey dan Kinan…
2022-12-13
0
muhamad nurdin
rey pengalaman bgt
2021-12-03
0