"Aku minta maaf, pasti kamu gak sabar banget ingin malam pertama denganku. Nanti ya!" Rey menggerak-gerakkan kedua alisnya menatapku.
Aku mengernyit. "Idih, aku itu cuma tanya semalam kamu dimana?" Ini cowok kenapa seperti tak pernah luntur tingkat kepercayaan dirinya. Aku menyangga dagu dengan tangan kanan seraya meliriknya.
"Semalam, waktu perjalanan kesini ban mobilku kempes baby."
Aku mencebikkan bibir. "Bohong. Kamu tidur sama cewek lain 'kan? Ngaku!"
"Aku 'kan pernah bilang sama kamu. Aku kalau soal nikah, gak mau main-main. Beneran aku gak punya hubungan dengan wanita lain."
Aku membuang muka. Masih belum percaya saja dengan semua ucapan reptilia itu. Tapi aku lagi malas berdebat dengannya. Perutku rasanya seperti diremas-remas, apa aku mau menstruasi ya?
Melihat kalender, ini tanggal empat. Aku menghembuskan napas gusar. Sudah pasti sebentar lagi bocor.
"Kenapa?" tanya Rey seraya memiringkan kepalanya. "Kok cemberut." Aku hanya diam meliriknya.
Rey, dia masih saja memandangiku. Aku sampai lupa bertanya pekerjaannya. "Rey, kamu belum jawab pertanyaanku tadi?"
Dia mengangkat kedua alisnya. "Yang mana?"
"Kamu itu kerja apa? Masak sebagai istri, aku gak tau suaminya kerja apa. Jangan-jangan ...."
Dia memundurkan kepalanya. "Yang penting 'kan halal. A-ku cuma bantu-bantu temanku jual mobil."
"Makelar mobil?" tanyaku. Dia mengangguk. "Coba lihat lagi jam tanganmu!" Aku menarik paksa tangan kirinya dan membaca tulisan kecil di jam tangannya. "Hah," Mulutku tenganga, bola mata rasanya seperti ingin keluar dari cangkang. "Ini patek philippe asli?" teriakku.
Dia mengangguk dengan kening berkerut. "Emang ada makelar mobil punya koleksi jam tangan harga ratusan juta?"
"Ya ada nih aku."
"Gak percaya."
Dia berdiri. "Kakekku baru bagi-bagi warisan, makanya aku beliin barang-barang mewah."
"Halah, alasan lagi."
Rey kini berjalan mendekati kulkas, mengambil minuman bersoda, bersandar di pinggiran meja dapur kemudian meminumnya. "Terus menurutmu aku ini kerja apa?"
"CEO pasti," jawabku dengan yakin. Entah kenapa di otakku hanya ada pekerjaan itu.
Dia tertawa memegangi perutnya. Menyebalkan. Dijawab malah ditertawakan. Aku mendesah kesal.
"Aku heran ya, kenapa cewek-cewek itu sukanya sama CEO?" Rey berjalan dan kini berdiri bersandar di meja makan menghadapku.
"Aku juga suka kalau dinikahkan paksa sama mereka." Ah, cowok ini masih saja tertawa. "Terus kamu kerjanya apa? Jangan nyentuh aku kalau gak mau jujur!" Aku merengut.
"Keluargaku itu pemilik hotel dan resort yang tersebar di beberapa kota." Kali ini ganti aku yang tak kuat menahan tawa. "Halu tingkat dewa!" Aku berteriak di dekat telinganya.
Dia mengernyit. "Cewek tuh aneh banget, dijawab jujur salah, bohong apalagi. Terus aku harus jawab gimana?"
Aku tak peduli dengan pertanyaan, satu yang penting. Dia punya uang. Apapun pekerjaannya sekali lagi aku tak peduli. Ujung-ujungnya bohong lagi.
"Rey, anterin aku belanja ya!"
Dia mengangguk. Ini kesempatanku belanja sepuasnya. Sudah gatal sekali tangan ini rasanya. Akan aku kerjai kamu habis-habisan, sampai terkuras habis itu dompet.
Aku berganti pakaian dan dia menunggu di dalam mobilnya. Aku meliriknya dan dia melirikku. Ah, ini membuat tersipu malu.
"Udah mulai naksir 'kan?" Lagi-lagi kepalanya membesar. Ini sangat merusak suasana keromantisan. Membuang muka dan gelengan kepala ku berikan padanya sebagai jawaban atas pertanyaannya.
"Rey emang kamu udah cinta sama aku?" tanyaku lirih hampir tak terdengar.
"Udah," jawabnya lantang.
"Ih, kok cepet banget."
"Bagiku jatuh cinta sama cewek itu bukan hal yang sulit." Memang dasarnya saja buaya. Aku mengerucutkan bibir membayangkannya.
Sepuluh menit perjalanan kami sampai di sebuah pusat perbelanjaan terbesar disini. Aku harus borong sampai mobilnya tak muat menampung belanjaan. Membayangkan rasanya sudah tak sabar. Mulai dari mana ya? Aku berpikir sejenak. Makanan, ya aku harus beli bahan makanan yang banyak. Setelah itu baju, sepatu, tas dan ....
"Malah senyum-senyum," gertaknya. Aku masih tersenyum seraya berlari mengambil troli.
"Kamu yang dorong, aku yang ambil belanjaan!" seruku. Rey berdecak seperti tak ikhlas. Aku tak peduli.
Semua yang ada di depan mata dan menggoda aku masukkan ke dalam troli itu. Mulut Rey terus terbuka melihatnya. Rasanya aku ingin memasukkan bola basket ke dalamnya.
"Udah dong! Ini troli sampai gak cukup," gerutunya.
"Aku ambil troli lagi ya?"
"Ck, mobilku gak cukup juga. Mau ditaruh mana."
Wajahku cemberut, bibirku mengerucut. "Padahal aku belum beli baju, tas, sepatu, sandal ...."
"Besok balik lagi! Kita pulang!" sambarnya.
"Ih," Aku menghentakkan kaki kesal. Dia langsung mendorong troli itu ke kasir dan membayarnya. Aku mengintip dompetnya yang penuh dengan kartu.
"Apa?" gertaknya.
Begitu saja marah. "Dasar pelit!"
"Udah dibelanjain segini banyak masih bilang pelit?" Bola matanya seperti ingin berlari keluar. Aku mendengus.
Di dalam mobil kami hanya terdiam. Perutku rasanya tak nyaman. Benar-benar mau bocor ini. Semoga tak sederas air hujan. Tahan-tahan. Malu sama Rey juga.
Aku mengerutkan kening, tiba-tiba Rey menghentikan mobilnya di salah satu mini market. "Kok berhenti?"
"Lupa beli rokok dulu!" Dia langsung membanting pintu mobilnya.
Hampir lima menit belum keluar juga. Aku mencoba mengirim pesan padanya.
Buruan!
Aku melihat ke arah dalam mini market itu. Kenapa dia malah berputar-putar. Pamitnya beli rokok. Menyebalkan.
^^^Sabar dong baby! Masih antri nih. ^^^
Apanya yang antri, orang dari tadi seperti gangsing.
Aku gak tahan ingin pulang.
Aku takut bocor kemana-mana. Kenapa cowok ini lama sekali?
^^^Aku juga gak tahan nih. Habis ini ya, kita langsung 4646. ^^^
Dasar otak mesum.
Aku lagi dapet, gak ada 4646.
Aku celingukan melihatnya sudah antri di kasir.
^^^Ya udah nanti aku minta 599 aja ya? ^^^
Apalagi ini?
Aku gak ngerti, kode apalagi itu? Buruan pulang!
Aku mendengus seraya memegangi dahi.
^^^Five nine nine baby. Baca yang cepat! Baiklah aku keluar.^^^
Aku masih tak mengerti maksudnya. Dia berlari menuju mobil dan membanting pintu mobilnya. "Lama, aku itu gak pakai pembalut," gerutuku.
"Ya mana aku tau kamu gak ngomong. Tahan, jangan di keluarin dulu ya!"
Dasar laki-laki gila. Memangnya bisa gitu ditahan. Entah kenapa emosiku bersulut-sulut hari ini. Harusnya aku senang dia pulang. Kalau dekat bertengkar, kalau jauh rindu. Jadi serba salah.
Tak butuh waktu lama Rey mengendarai mobilnya. Sesampai rumah, aku langsung berlari masuk ke kamar mandi. Ada perasaan lega, ternyata tidak jadi bocor.
Rey terlihat sibuk memasukkan semua belanjaan ke dalam rumah. "Gimana? Berdarah-darah gak?"
"Ih," Aku tak menjawabnya. "Oh iya lima sembilan-sembilan tadi apaan sih Rey?" Aku masih penasaran tapi dia malah tertawa. Aneh.
Aku mengernyit dan langsung masuk kamar. Dia mengikutiku. "Sekarang aja ya! Aku jelasin sekaligus praktek, biar kamu ngerti!"
Aku pengen jadi pala ekor tapi kalau bininya kayak gini kan jadi maju mundur maju mundur
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
jeje
cewe nya nyebelin banget
2024-09-07
0
istrinya namjoon
aku langsung searching di google baru ngerti,ap ia si Rey suka gituan ya aplg yg cuma cuma🤔🤔🤔
2023-08-14
0
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
mau jadi pelakor buat bang Rey,spek istri nya begini..
mundur alon²,bang Rey gak bakalan ngelirik aku .😂😂😂
2023-02-17
0