"Emang kamu cinta sama aku?"
Dia melirikku. "Ya kamu aja gak mau aku ajak bercinta, gimana bisa cinta?"
Aku merengut kesal mendengarnya. "Kalau aku mau, kamu bakal jatuh cinta sama aku?" Entah aku juga bingung dengan pertanyaan yang begitu saja keluar dari mulut ini.
Dia mengambil air di gelas itu dan meminumnya seraya menatapku. "Tergantung servismu. Belum di sentuh aja udah nangis minta dicintai."
"Eh aku gak nyuruh kamu cinta sama aku ya! Aku tuh cuma tanya."
"Heleh. Kelihatan ngarep banget gitu." Dia memajukan bibir bawahnya sembari membuang muka. Benar-benar menyebalkan. "Aku ngantuk banget, tidur siang dulu ya!" Dia berdiri dan menggeser kursinya.
"Nanti sore jadi gak?" Aku berharap dia menepati janjinya. Intinya aku suntuk di rumah ingin jalan-jalan melepas kepenatan memikirkan hutang.
"Iya." Dia berjalan menuju kamarku.
Aku mengikutinya dan duduk di tepi ranjang. Rey menatapku dengan tangan kanan sibuk melepas jam di tangan kirinya.
Brak
Astaga, itu jam tangan ratusan juta dibanting begitu saja di meja. Benar-benar gila cowok ini. Mulutku terus ternganga melihatnya.
"Rey, jam tangan bagus gini kok dibanting. Nanti rusak gimana?" Aku mengambil jam itu dan meraba-rabanya. Oh tidak, ini bagus sekali. Yakin ini asli.
"Rusak beli lagi," jawabnya santai. Dia kini berbaring di tempat tidur seraya menatapku.
"Aku suka jam tanganmu."
"Itu 'kan jam tangan cowok."
Ya, tidak masalah yang penting dijual laku mahal. Aku memberikan senyum palsu. Berharap semoga dia mau memberikan padaku. Otomatis hutang lunas dengan menjualnya dan aku tak sakit kepala setiap hari memikirkan cicilan.
Aku kini duduk mendekatinya. "Boleh ya?" rayuku. Aku harus bagaimana merayunya. Masak iya harus menggoda imannya. Sama saja memasukkan diri kembali ke lubang buaya.
"Boleh, tapi sini tidur di sampingku!" Dia menepuk-nepuk tempat tidur di sebelahnya.
Aduh, ini sama saja jual diri lagi. Tidak, aku belum siap. "Jangan sekarang!"
"Terus kapan?" Wajahnya berubah datar. "Aku besok harus pergi lagi."
"Apa pergi lagi?" dengusku. Menyebalkan. Baru juga pulang.
"Jangan cemberut dong!" Dia mencolek daguku. "Kamu lama lagi perginya?" Aku benci menunggu. Siapapun juga pasti benci menunggu.
Rey mengangkat kedua bahunya. "Aku gak bisa mastiin."
"Katanya besok mau cari kerja." Aku menekuk muka.
Rey duduk mendekatiku. "Ini juga cari kerja." Bohong aku tidak percaya. Kenapa cari kerja pakai acara tidak pulang ke rumahku pula? Dasar laki-laki aneh.
Aku menghentak-hentakan kaki. Rey hanya terkekeh. Aku keluar kamar membereskan piring di meja makan kami tadi.
Setelah selesai aku masuk kamar kembali. Duduk di tepi tempat tidur. Melihatnya tertidur kenapa rasanya nyaman sekali. Terus memandanginya membuatku ikut terlelap juga.
-
-
-
-
Aku terlonjak kaget saat satu kecupan mendarat pipi ini. Rey tertawa geli menatapku.
"Kamu cium aku?" tanyaku geram. Sebenarnya tak apa-apa juga. Aku hanya berpura-pura tak rela saja karena dia tak izin padaku. "Jam berapa? Jadi ke pantai 'kan?" Aku duduk mengucek mata. penglihatanku belum jernih rasanya.
"Jam setengah lima sore?"
"Apa?" Mataku langsung melebar. "Ayo buruan nanti keburu matahari terbenam Rey!" Aku menarik-narik tangannya, lalu berlari menuju kamar mandi. Namun, kembali lagi ke kamar karena bajuku tertinggal. Rey masih saja berdiam di atas tempat tidur menatapi layar ponselnya.
Bahkan selesai aku mandi pun dia tak mau bergerak juga. "Rey ayo!" rengekku kesal. Bibirku mengerucut.
"Kamu lihat tuh mendung!" Dia menunjuk arah jendela. Aku menurut arah tangannya. Awan memang berubah menjadi hitam.
Aku mendengus kesal. Ku usap gusar wajah ini untuk menghilangkan frustrasi dalam diri ini. Keluar kamar dan duduk menyangga dagu di meja makan. Dasar alasan saja.
"Bilang saja pelit." Aku menggerutu sendiri. Dia tiba-tiba memelukku dari belakang. Menempelkan pipinya ke pipiku.
"Aku gak pelit," bisiknya. Bukannya melebih-lebihkan, ini rasanya memang seperti tersengat listrik. Rey menyibakkan rambutku dan menciumi tengkuk leher ini. Sangat terasa hembusan napasnya mengenai kulit. Astaga bisa-bisanya terlena. Tidak, aku tidak mau.
Mencoba melepas pelukannya itu tak mudah. "Ya udah jam tanganku, buat kamu."
"Yang benar?" Aku menyungging senyum.
"Tapi di rumah aja, hujan."
Tunggu! Jangan-jangan dia memberiku jam tangan karena ingin meminta malam pertama lagi. Dan sekarang harga diri naik seharga jam tangan. Aku sedikit menghelakan napas.
"Kenapa?" tanyanya seraya melirikku. "Ya udah,, aku mandi dulu. Kamu tolong buatin kopi dong! Dikasih camilan apa gitu 'kan enak! Nyamilin kamu juga gak boleh."
"Ih,"
Dia mencium pipiku lagi. Aku tak peduli dia kadal, buaya atau hewan reptilia lainnya. Yang pasti ini membuat perasaan dalam dada bahagia. Oh inikah yang namanya cinta. Tapi, ini cinta apa gila harta? Entahlah yang pasti aku suka.
"Malah senyum," ledeknya. Dia melepaskan pelukannya. "Aku mandi dulu ya!" Kali ini dia benar-benar beranjak.
Aku menuruti keinginannya membuatkan kopi. Selesai mandi Rey kembali sibuk menghisap rokoknya seraya memainkan ponsel kembali. Duduk di sofa seraya menyandarkan punggung.
"Ngeselin!" Aku membanting pelan kopi itu di depannya.
"Apa?" Dia menatap dengan wajah datar. Aku memasang wajah cemberut. Menghentak-hentakan kaki di lantai masih saja tak membuatnya mengejarku.
Hari sudah benar-benar malam. Dia besok pergi lagi, tapi tak mau sedikit pun mendekatiku. Aku hanya duduk di meja makan seraya menatapnya menghembuskan asap rokok yang tak terhitung lagi sudah berapa batang yang dihisap.
"Rey ...." Aku harus menyudahi aktivitasnya. Dia hanya berdehem. Menatapku sebentar lalu kembali lagi ke ponselnya. "Aku lapar."
"Ya masak dong!"
"Aku gak punya bahan makanan," teriaku kesal. Dia mematikan puntung rokok yang masih setengah di asbak. Kemudian berjalan mendekatiku.
"Ya udah, ayo cari makan di luar." Ini yang aku harapkan. "Tapi masih hujan gak?" tanyanya.
"Rey, kamu 'kan bawa mobil. Kita gak akan kehujanan. Aku lapar sekali," rengekku.
Rey mengangguk, masuk dalam kamar, tak lama kemudian dia keluar dan ternyata berganti pakaian. Aku 'kan hanya ingin makan nasi goreng di ujung jalan sana. Kenapa seperti akan pergi ke restoran?
"Ayo!"
Kami berjalan keluar rumah. Aku tak menyangka dia membukakan pintu mobil yang katanya punya saudara itu untukku. "Makasih."
"Makasih." Dia menirukan ucapanku dengan mulut dimajukan. Aku merengut kesal. Rey menutup pintu dan berlari memutar.
"Rey, aku suka mobil ini."
"Kalau aku sukanya sama kamu."
"Idih, pinter banget ngrayunya." Dia terkekeh kecil. "Rey aku mau makan nasi goreng ya?"
Rey mengangguk. "Kamu nyidam ya?"
"Rey," rengekku panjang. Aku malu sekaligus bahagia, bagaimana jika aku kelak hamil anaknya? Aku menutupi mulut dengan tangan. Dia memulai menginjak pedal gasnya. Berjalan menikmati jalanan malam.
"Eh, di depan situ jualannya!"
"Disitu? Benar mau makan di pinggir jalan seperti itu?" Rey seperti ragu. Namun aku langsung mengangguk tiga kali. Dia menghentikan mobilnya dan berlari kembali membukakan pintu dan menggandeng tanganku. Benar-benar fasih sekali merebut hati wanita. Tapi aku suka.
Aku memesan dua porsi nasi goreng beserta minumnya. Kami duduk berdua di kursi pinggir jalan seraya menikmati keindahan malam yang penuh kerlap-kerlip lampu jalanan. Harum udara setelah hujan menambah kesegaran.
Cukup lama kami di tempat ini, rasanya tak bosan walaupun sepanjang obrolan dia terus menggodaku. Aku suka, dia cowok yang menggemaskan. Apa seperti ini rasanya pacaran sama laki-laki buaya?
"Rey aku ngantuk! Pulang yuk!"
Dia membuka tangannya sebelah. "Kemarilah!" Aku mendekati dan memeluknya. Ada perasaan nyaman di dalam sana. Aku suka aroma parfum ini. Begitu menenangkan jiwa. Pasti bukan parfum biasa. Baiklah, aku akan ganti mengerjainya!
Aku kasih visual nih karena baru up! Gimana suka gak?
Respon dong! Coment kek, like kek 🤗❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Susi Andriani
guanteng🤭🤭🤭
2023-09-23
0
I Gusti Ayu Widawati
Di bbrp novel yg kubaca banyak bernama sama Reyhan semua nya tampan baik hati suka humor romantis dan......crazy rich.
Sungguh aku penggemar novel yg ada di noveltoon...
2022-08-06
1
I Gusti Ayu Widawati
Thanks Author, saya terus kasi like dak pernah lupa.
2022-07-14
0