Sampai di rumah Rinto segera mandi dan mengguyur kepalanya. Pikirannya buyar karena terus memikirkan Anye.
"Ya Allah, aku bisa gila" batinnya dalam hati.
Setelah mandi, Rinto mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat. Ia berharap pikirannya bisa tenang. Doa kusyuk ia panjatkan untuk almarhum anaknya juga almarhumah istrinya. Rinto meminta ampun kepada Tuhan atas segala dosa yang pernah di perbuat.
"Ya Allah.. apapun takdir yang Engkau berikan, hamba hanya bisa pasrah dan ikhlas menjalaninya. Jika Anyelir jodoh hamba, tolong dekatkan lah..tapi jika dia bukan jodoh hamba.. hanya ampunan yang hamba minta sampai Engkau kirimkan yang terbaik" doa Rinto malam itu.
***
Dengan langkah tegap, Rinto mengikuti kemanapun langkah Rama pergi. Sampai Rama ke toilet pun.. Rinto mengikutinya hingga Rama jengah di buatnya.
"Sebenarnya apa maumu????" tanya Rama jengah.
"Saya hanya mau titip ini untuk Anye" kata Rinto menyerahkan lagi kotak perhiasan yang beberapa waktu yang lalu sempat di serahkan Rinto.
"Ikut saya.." Rama mengajak Rinto ke ruang kerjanya.
...
"Saya sudah bilang, Anye itu masih anak-anak. Dia labil dan masih bodoh. Apa dengan pangkat dan profesi mu, kamu tidak malu bersanding dengan anak saya. Banyak di luar sana gadis dengan latar belakang yang jauh lebih baik dari anak saya. Kamu jangan macam-macam" tegas Rama.
"Tidak ada niat saya seperti itu. Saya hanya seorang duda. Saya yang tidak sempurna bagi putri bapak. Tapi saya akan mengusahakan segala yang terbaik untuk membahagiakan nya" ucap Rinto dengan yakin.
"Saya menyadari tingkah laku putri saya. Mungkin ini juga salah saya karena terlalu memanjakan Anye"
"Dengar Rinto.. Dia lahir di truk Reo menjelang senja. Makanya dia saya beri nama Diajeng Anyelir Senja Timur. Si kecil bunga Anyelir yang saya temukan ketika matahari senja wilayah timur tenggelam. Bukan hal mudah bagi saya mempertahankan Anyelir di perut ibunya. Makanya saya sangat menyayangi Anyelir. Terlepas dari bagaimana badungnya anak saya itu" ucap Rama dengan sedih mengingat bagaimana Anyelir terlahir ke dunia.
"Jika ada niatmu seperti itu. Tanyakan saja pada Anyelir sendiri. Apakah dia mau atau tidak menerima pinangan mu. Bukankah ini artinya kamu meminang Anyelir???" tanya ayah Rama.
"Siap benar..!!"
"Lakukan saja jika ada niat baikmu..!!"
"Siap.. Saya mengerti Dan" jawab Rinto.
"Saya akan menunggu jawaban dari dek Anye. Baik itu secara resmi atau tidak dan saya akan menerimanya dengan lapang dada"
***
"Nggak mau yah.. Anye nggak suka sama Om Rinto. Anye sukanya sama Om Hengky" rengek Anyelir di depan ayahnya.
"Apa Hengky melamar mu?" tanya Ayah Rama.
"Nggak..!!" jawab Anye lemah.
"Rinto juga tidak buruk nak" Mama Dinda membantu membuka pikiran Anye.
"Tapi om Rinto kasar"
"Itu karena kamu banyak tingkah" kata Ayah Rama.
"Anye ingin lelaki yang menerima Anye apa adanya"
"Pernikahan bukan dari sifat yang sama, tapi kalian akan saling melengkapi perbedaan"
Ezhar dan Gathan mendengar 'keributan' keluarga di ruang tengah rumah mereka.
"Orang tua tidak akan menjerumuskan anaknya dek" kata Gathan.
"Itu benar. Lagipula.. Aku dengar Bang Hengky ada hubungan dengan Seruni" Ezhar akhirnya membuka suara karena ini juga akan menjadi masalah besar jika tidak di ungkapkan.
"Apaa??? Tapi Bang Hengky.. setiap hari menghubungiku, memberiku perhatian dan barang-barang indah" Anye tidak percaya Hengky hanya memanfaatkan dirinya.
"Bang Hengky sudah memberi Seruni cincin emas" kata Ezhar semakin tidak tega.
"Rinto malah menitipkan satu set perhiasan untukmu" ayah Rama mengeluarkan satu set perhiasan yang ia pindahkan dalam plastik agar mudah membawanya. Ayah Rama melemparnya di atas meja agar seluruh keluarga bisa melihatnya.
"Haahh??" Dinda menutup mulutnya karena kaget melihatnya.
"Itu asli?" tanya Anye dengan polos.
"Itu bertahta berlian" jawab ayah Rama.
"Kamu anak perempuan ayah satu-satunya. Bang Rinto sudah menanyakan mu pada ayah. Jika arah tujuannya untuk arah kebaikan, tidak ada alasan untuk menolak" kata Rama.
Anye menangis. Ia merasa tidak punya pilihan dan merasa kebebasannya di kekang. Tapi sebagai anak perempuan, tentu ia ingin membalas bakti pada orang tuanya.
"Biarkan Anye berpikir" ucap Anye, kali ini nada bahasanya jauh lebih dewasa.
"Baiklah.. kami semua menunggu..!!" jawab ayah Rama.
***
Dua minggu setelah kejadian itu, Rinto sama sekali belum mendapatkan kepastian akan hubungannya dengan Anye. Setiap Anye baru pulang dari suatu tempat, Rinto hanya memperhatikan Anye dari jauh. Ia benar-benar memberi waktu pada Anye untuk berpikir tentang apa yang akan mereka jalani kedepannya.
Tapi hari ini Rinto sudah tidak tahan lagi. Menurut Ayah Rama, Anye akan mengambil ijazahnya ke sekolah. Dengan modal nekat, Rinto ijin dari kantor dan menyusul Anye ke sekolah.
-_-_-_-
"Om Rinto..? Eehh Abang" jawab Anye tidak nyaman. Ia tidak tau kalau Rinto sampai menyusulnya ke sekolah.
"Ayo pulang..!!" ajak Rinto tapi nadanya dingin sambil menyerahkan helm ke tangan Anye.
"Nggak mau. Anye mau jalan sama teman-teman" jawab Anye dengan jengkel. Belum pernah ada nada yang benar-benar membuat Anye luluh. Anye duduk di bangku tepat di samping motor Rinto di parkir.
"Dengan rok pendek seperti itu?? Pulang..!!!!" Ajak Rinto sekali lagi.
"Apa sih Bang?? Ini Gaya Anye, siapa suruh mau lamar Anye? Anye masih suka kebebasan" ucap Anye sambil menaikan kakinya di pijakan motor Rinto membuat roknya terangkat tinggi. Jelas saja mata Rinto tak melewatkan pemandangan yang membuatnya jantungan dan pusing tujuh keliling.
Secepatnya Rinto menendang kaki Anye agar menurunkan kakinya dari pijakan motor.
"Yang sopan kamu dek..!! Masih banyak laki-laki disini. Termasuk saya. Di mana akhlak sopan santunmu sebagai perempuan?"
"Inilah Anye. Anye pecicilan, urakan, nggak sopan, nggak punya akhlak dan hanya lulusan SMA. Anye nggak cinta sama Bang Rinto"
Rinto terdiam mencerna setiap perkataan Anye. Disana Rinto baru merasa Anye seperti menguji kesabarannya saja.
Bintang memilih pulang karena merinding jika harus berhadapan dengan Rinto.
"Saya nggak mau berdebat sama kamu. Ayo pulang..!!"
"Nggak mau..!!"
"Dek..!!!!! Jangan menguji saya" bentak Rinto.
"Ya ini Anye, gadis yang Abang pilih" Anye berjalan meninggalkan Rinto.
"Ya Allah Gusti" Rinto mengusap dadanya. Rinto melepas jaketnya lalu mengikuti langkah Anye. Rinto menyampirkan jaketnya di pinggang Anye.
"Wanita jaga akhlak, pria jaga pandangan. Tolong Abang..!!" ucapan Rinto berdesir di hati Anye, tapi Anye tak paham rasa apa yang membuatnya diam dan menurut saat Rinto mengikat lengan jaket pria di belakangnya.
Dengan lembut Rinto menggandeng tangan Anye menuju ke motornya.
"Abang antar pulang"
***
Rama melihat Rinto menjemput Anyelir Perasaan Rama tidak menentu saat tau duda yang berusia sebelas tahun lebih tua dari putrinya itu sungguh berniat meminang gadis kecil kesayangannya.
...
"Terima kasih" ucap Anye singkat.
"Besok saya jemput lagi..!!"
"Nggak usah. Anye bisa berangkat sendiri" tolak Anye.
"Saya jemput atau tidak usah berangkat sekalian..!" Rinto menyalakan mesin motornya kemudian melaju kencang meninggalkan Anye yang pasti jengkel di buatnya.
Anye melepas sepatunya lalu melemparnya ke arah Rinto.
"Dasar batuuuuu..!!!" teriaknya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Yus Ys
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-02-10
0
🍀 chichi illa 🍒
wkwkwkwk kayak kucing sama tikus ...
2022-01-16
0
Diana Novita Sari
wah Anye calon Bu Danki ini
2021-08-25
0