Rinto melipat sajadahnya. Ia baru saja melaksanakan sholat subuh. Hari masih sangat pagi tapi perutnya sudah sangat kelaparan.
"Beginilah duda, pagi begini sudah harus perang melawan rasa lapar" gumamnya.
Rinto berjalan ke dapur dan membuka lemari es. Tidak ada apapun disana karena ia lupa belanja. Jam dinding masih pukul lima pagi, ia melongok melihat lemari makan. Tersisa dua bungkus mie instan dan dua butir telur disana.
"Berhubung lambung pejantan. Dua mie, dua telur cukuplah mengganjal perut" gumamnya lagi.
Bagai koki handal, Rinto memasak mie instan itu di pagi buta. Setelah cukup lama berkutat dengan panci, akhirnya jadi juga mie instan buatan Lettu Rinto Dirgantara.
Pagi ini.. Rinto bangun sendiri, masak sendiri, makan sendiri, dan melakukan apapun sendiri.
"Sebaiknya aku jogging saja"
***
Hari semakin siang, entah disadari atau tidak.. Rinto berlari hingga ke kota. Kakinya lelah, tenggorokannya terasa kering. Ia membeli minum di pinggir jalan. Saat meneguk air mineral.. Rinto melihat toko emas yang lumayan ramai disana. Ia segera membuang kemasan botol itu ke bak sampah. Kakinya melangkah memasuki toko emas itu.
Mata Rinto menyisir mulai dari ujung ke ujung etalase perhiasan emas tersebut.
"Bapak mau cari apa?" tanya seorang pegawai toko dengan ramah.
"Apa ada perhiasan keluaran terbaru. Yang bentuknya jarang di jumpai..??"
"Untuk apa ya pak??
Rinto tersenyum penuh arti.
***
Senin telah tiba. Apel baru saja dilaksanakan. Rinto menatap Ruang komandan bertuliskan nama Rama Satria.
Rinto menarik nafas panjang.
"Bismillahirrahmanirrahim.." Rinto mengusap wajahnya.
tok..tok..tok..
...
"Mohon ijin Komandan.. Jika berkenan saya ingin titip sesuatu untuk dek Anye" ucap Rinto.
"Apa?" tanya Rama.
Rinto menyerahkan kantong kecil pada Rama. Dengan ragu Rama menerimanya. Rasa penasaran Rama semakin besar hingga dia mengintip isinya.
"Haahh.. Apa kamu sudah gila?? Ini satu set perhiasan" Rama mengembalikan kantong kecil itu pada Rama.
"Saya mohon ijin untuk bisa lebih dekat dengan dek Anye"
"Nggak.. Anye masih terlalu kecil. Dia juga masih mau kuliah" tolak Rama.
"Saya akan membebaskan dek Anye memilih keinginannya" ucap Rinto.
"Anye masih anak-anak. Dia akan menyusahkanmu saja" Rama tak ingin menanggapi permintaan Rinto.
"Saya masih banyak pekerjaan Rin" usir Rama secara halus sambil menyerahkan kotak perhiasan itu kembali.
"Siap..!! Saya akan kembali lagi nanti" jawab Rinto sambil berdiri dan meninggalkan tempat.
***
HT para Danki berbunyi, ada keresahan warga karena ada konfoi kelulusan sekalian melaksanakan tawuran di daerah yang tidak jauh dari Batalyon sebagai wujud aksi menunjukan kedewasaan karena sudah lulus.
"SMA 55 itu SMA adik ku Bang" Kata Gathan segera mengambil perlengkapan nya.
"Bukannya Anye sudah nggak sama Argan??" tanya Rinto.
"Tapi masih ada Gilang. Gilang itu wakil Argan juga" kata Gathan.
"Astaga.. bocah tengik" Rinto membuka lacinya lalu mengambil pistol dan ia selipkan di belakang pinggangnya.
***
Baju seragam sudah terlukis tinta spray dan Corat coret tradisi sesat kelulusan yang tidak penting dalam sejarah penyelesaian sekolah. Tawa Ria Anye dan bintang terdengar riuh di telinga. Saling berboncengan mereka mengelilingi kota menuju satu titik pusat.
Dengan beraninya para anak Genk motor itu mengeluarkan alat dari dalam tasnya. Anye terganga karena tidak menyangka mereka membawa alat seperti itu.
"Gilang.. Argan.. kenapa kalian membawa alat itu?? Kalian mau melukai orang lain??" tanya Anye.
"Kamu pulang saja kalau tidak berani. Tidak ada yang membutuhkan mu disini" ucap Argan datar.
Mendengar itu Anye semakin kesal. Ia memang sudah tidak ada hubungan dengan Argan, tapi ia ikut arakan kelulusan ini hanya sesuai ajakan Gilang untuk berjalan-jalan terakhir kalinya di kota.
Ketua dan ketua saling berhadapan.
"Aku serahkan Anye sebagai tanda damai kita. Sekarang mana yang kamu janjikan?" tanya Argan menagih.
Ketua sekolah lain segera menyerahkan Hesti pada Argan. Dengan genitnya Hesti mendekati Argan. Anye terpaku, Argan mendorongnya hingga Anye terjungkal.
Deru truk tentara datang. Para murid berandalan itu kemudian menyerang para tentara disana.
Rinto melihat Anye di seret karena tidak mengikuti perintah. Lelaki itu menampari pipi Anye sampai memukulnya karena Anye berusaha kabur. Para Genk semakin brutal karena tidak ingin tertangkap.
"Lepaskan dia..!! Kamu ini laki atau bukan.. bisanya menyerang perempuan" bentak Rinto.
Anak sekolah lain itu malah menjadi dan menganiaya Anye. Terpaksa Rinto mengeluarkan pistol dan menembak kaki lelaki itu.
doooooorr...
"Hwaaaa.." Anye menjerit ketakutan. Ia terlepas dari genggaman lelaki itu. Tubuh Anye gemetar, ia menangis.
Tembakan itu juga menjadi peringatan agar tidak ada perlawanan lagi. Para anggota segera meringkus kawanan Genk motor beserta polisi.
Rinto segera mendekati Anye. "Apa tidak bisa pikiran mu sedikit terbuka??? Apa kamu tidak bisa membayangkan yang akan terjadi karena ulah manusia labil macam kalian???" bentak Rinto.
"Anye nggak tau niat mereka Om. Mereka bilang hanya keliling saja" ucap Anye dengan nada keras.
"Masih bisa berteriak juga kamu????"
"Ikut saya sekarang..!!"
"Anye nggak bisa jalan." kata Anye.
Rinto pun segera mengangkatnya.
-_-_-_-
Rama menyiram putrinya dengan berember-ember air.
"Maaf yah.." ucap Anye memohon. Ia sudah menggigil kedinginan.
"Keterlaluan kamu Anye. Sebagai anak perempuan.. tingkahmu sudah kelewatan..!!!!!" suara ayah Rama sudah murka.
"Kalau bukan anak perempuan.. sudah ayah hajar kamu" Rama membanting ember yang dibawanya hingga pecah.
"Abaaaanngg.. sudah Bang..!!!" pekik Dinda sambil memeluk Rama. Tiba-tiba dada Dinda terasa sesak luar biasa. Dinda pingsan tak tahan melihat Rama memarahi putrinya.
"Dindaa.. dek"
"Aarrhh.... " Rama kelabakan melihat istrinya pingsan dan segera membawanya ke kamar.
Rinto berjongkok di hadapan Anye.
"Kalau saya mampu, saya pasti akan membantumu. Tapi kita tidak ada ikatan apapun. Kamu menangis..saya sesak di dada. Kamu terluka...saya tersiksa" seperti waktu itu, Rinto membuka seragam luarnya dan menutupkan di tubuh Anye.
"Saya antar ke kamarmu. Ganti pakaianmu..!" Rinto mengangkat tubuh Anye.
"Jangan om. Nanti ayah marah"
"Saya yang tanggung jawab" ucap Rinto.
Anye sudah lemas dan tidak ada tenaga lagi untuk berdebat. Ia bersandar pasrah pada Rinto.
Kalau kamu tenang seperti ini cantik sekali dek.
...
Rinto berbalik badan menemani Anye yang sedang mengganti pakaiannya. Tadinya ia ingin meninggalkan Anye, tapi keadaan Anye yang cemas justru membuatnya bingung dan memutuskan hal di luar dugaan. Menemani Anye berganti pakaian di dalam kamar.
Rinto sangat cemas saat satu persatu Anye menanggalkan pakaiannya. Disisi sebelah kanan ada sebuah kaca besar yang jelas mengekspose tubuh Anye yang membuat biji matanya nyaris melompat. Jantungnya berdetak tidak karuan, memprotes si pemilik tubuh yang seakan beruji nyali dengan keadaan. Tangannya mengepal dan membuka tidak tenang. Keringat dingin bercucuran.
Kalau disini terus aku bisa mati lemas.
Tubuhnya merespon pergolakan dalam diri yang sungguh menyiksa batin. Disana ia berdiri dan berusaha tetap sadar menenangkan hati. Rinto memilih memejamkan matanya.
Abang rindu kamu Vi. Tapi sekarang Abang sadari dunia kita sudah berbeda. Saat seperti ini adalah nomer kesekian dari ratusan bahkan ribuan alasan mengapa Abang tak sanggup kehilanganmu. Jujur Abang butuh belaian hangat seorang istri. Mungkin jika suatu saat nanti Abang temukan pengganti dirimu.. Abang harap kamu tidak mengutuk Abang jika suatu saat Abang lemah dan memilih menghalalkan wanita lain dalam hidup Abang. Abang tidak akan menyebut 'ibadah' sebagai tameng saat Abang menyentuh wanita lain. Tapi Abang tidak ingin mengulang kesalahan yang sama dalam memperlakukan wanita. Abang akan mencintainya karena Allah.. bukan karena nafsu seperti Abang memandangmu dulu. Maafkan Abang ya Vi...
"Om.. Anye sudah selesai"
Suara Anyelir menggoyahkan suara hatinya. Perlahan Rinto membuka matanya. Ia berbalik memandang wajah cantik Anyelir. Di bukanya pintu kamar Anyelir lebar-lebar agar Rama tidak salah paham.
"Saya obati lukamu..!!" ucap Rinto lembut.
Tanpa Rinto dan Anye sadari. Rama sudah melihat Rinto yang menemani Anye di dalam kamar. Hatinya sungguh kesal. Rama ingin menghajar Rinto jika saja Danki itu tidak memejamkan matanya.
Ikhlaskah hatiku jika menantuku seorang tentara?.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Mira Lusia
ikhlasin aja bang rama..
2024-06-12
0
🍀 chichi illa 🍒
ikhlas kan ayah ...
2022-01-16
0
Aden Boy
Haruskan cerita rama dn dinda terulang dlm versi terbalik, untuk anye dn rinto?😁relakn sjalah abangggg😅
2021-11-14
0