"Toloooongg" Rinto berteriak kencang karena punggungnya sedang di urut tukang pijat langganan anggota remaja. Rinto yang sama sekali tidak suka di pijat pasti merasa sangat kesakitan.
"Pelan pakdee..!!!!" teriak Rinto lagi.
"Baru segini saja mengeluh. Masih banyak beban hidup yang lebih berat" kata Pakde Karto.
Rinto terdiam. Memang masih banyak yang lebih berat. Enam belas bulan sudah dirinya menjadi duda. Tak ada yang Vilia mantan istri tercintanya tinggalkan kecuali kenangan manis dan indah bersama gadisnya kecilnya itu.
Abang rindu bertengkar sama kamu dek. Kapan kita bisa ribut lagi???
Menahan rasa sedihnya, mata Rinto terpejam mengingat beberapa saat sebelum kejadian naas itu terjadi.
flashback on
"Hayoooo.. mau kemana?? Kamu nggak bisa lari bawa perut besarmu ini" Rinto menggelitik perut Vilia yang sudah semakin besar.
"Apa ini?? Gendang besar sekali" ledeknya yang sudah sangat rindu pada istrinya itu. Saat ini Rinto sedang IB dari test pendidikan pengawalan presiden. Maka ia tidak akan melewatkan sedikitpun masa liburnya.
"Abang ngledek iihh.. ini khan ada anak Abang" gerutu Vilia.
"Hahaha.. iya maaf.. anak Abang laki apa perempuan ya??" tanya Rinto penasaran.
"Vilia belum tau Bang. Nggak nanya juga" jawab Vilia.
"Besok kita lihat yuk.." ajak Rinto.
"Tapi sekarang papanya cek dulu donk.. sudah kangen banget"
Rinto menggendong Vilia sampai ke kamar. Mereka berdua segera melepaskan rasa rindu mereka yang sudah membuncah hebat. Tak terkira rasa rindu di hati Rinto hingga ia tidak mau menyudahi permainan nya begitu saja.
"Sudah Bang.. nanti lagi" pinta Vilia sudah kewalahan menuruti keinginan Rinto.
"Iya deh.. kasihan anak Abang" kata Rinto mengalah, lagipula rindunya juga sudah tersalurkan dan sedikit terobati.
"Vili ke kamar mandi dulu ya Bang. Gerah nih"
"Sabar dek.. tunggu Abang. Ada telepon penting ini" Rinto mengambil tissue, memakai celananya lalu segera mengangkat telepon dari Mama angkatnya.
Setelah beberapa saat kemudian, Rinto menutup panggilan telepon nya.
bruugghh...
"Aaarrgghhh... sakiiiitt" teriak Vilia dari arah kamar mandi.
"Ya Allah.. Vilia.." Rinto segera berlari menuju kamar mandi.
Betapa terkejutnya Rinto melihat Vilia tertelungkup memegangi perutnya dan menangis kesakitan. Darah segar cukup banyak sudah keluar dari sela kakinya dan itu bercampur cairan yang tidak dipahami sama sekali oleh Rinto.
"Astagfirullah hal adzim.. Tuhanku.."
"Viliaaaaa" Teriaknya dengan panik dan cemas.
Rinto segera membopong Vilia. Badan Rinto pun ikut berlumuran darah.
flashback off...
"Astagfirullah..." pekik Rinto menutupi wajahnya. Ketakutan itu kembali mendera batinnya.
"Jangan diingat lagi yang sudah berlalu" Pakde Karto berusaha menenangkan Rinto. Pakde Karto tau pasti kalau Rinto masih sering terbayang mendiang istrinya.
Sejak kejadian itu, Rinto selalu menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Vilia dengan baik. Kehilangan anak dan istri sangat menyiksa batinnya.
"Tenangkan dirimu. Jodoh.. maut.. rejeki.. sudah Allah atur" kata Pakde Karto.
"Insya Allah saya paham pakde" jawab Rinto dengan suara tercekat berat.
***
Rama dan Dinda mengantar Anye untuk meminta maaf sekaligus berterima kasih pada Lettu Rinto karena sudah menyelamatkan Anyelir dari motor bebek sial yang di tumpangi nya tadi.
"Saya pribadi memohon maaf atas kecerobohan putri saya. Saya juga mau berterima kasih karena pertolongan mu putri saya tidak cidera sama sekali" ucap Rama dengan tulus.
Setelah beberapa lama berbincang, Rama membiarkan putrinya untuk meminta maaf secara pribadi karena sejak tadi Anyelir hanya diam. Rama ingin putrinya menjadi dewasa dan bertanggung jawab mengakui segala kesalahan yang pernah di perbuat.
"Diam saja apa pita suaramu putus?" tegur Rinto.
"Aku nggak biasa bicara dengan sembarang orang. Kata ayah.. laki-laki itu buaya dan tidak bisa di percaya" kata Anyelir.
"Maksudmu??"
"Bisa saja om jatuh cinta padaku dan punya niat buruk" jawab Anyelir dengan waspada.
"Siapa yang akan melirik gadis ingusan macam kamu" nada suara Rinto sedikit meninggi.
"Jangan kegeeran ya om. Seleraku juga bukan om yang umurnya sudah melebihi Abangku"
"Haahh.. itu namanya pria matang. Kamu pasti bucin kalau jatuh cinta sama saya" ledek Lettu Rinto.
"Matang di pohon.." ledek Anyelir..
"Jangan macam-macam sama om-om kalau nggak mau celaka" ancam Rinto.
Seketika itu juga Anyelir terdiam. Tak berani menjawab ucapan pria di hadapannya. Wajah Rinto nampak tak main-main saat menatap matanya.
"Dasar.. pria kasar begini.. siapa yang suka" gerutu Anye sangat tidak suka, apalagi wajah Rinto sama sekali tidak ada niat untuk tersenyum sama sekali.
"Tanya dulu pada dirimu, apa ada pria yang mau melirik gadis bau kencur, kekanakan, urakan sepertimu. Hanya orang tidak waras yang melirikmu" ucap Rinto tak kalah menyebalkan.
Begitu jengkelnya Anye.. ia melirik Rinto dengan tatapan kesal. Anye berjalan menjauh dari pria yang terkesan sombong di matanya itu. Sebelum meninggalkan ruang unit kesehatan.. si cantik Anye mengangkat jarinya menunjuk f**k pada Rinto. Danki A Batalyon itu meradang melihat tingkah anak komandannya, ia sampai melempar dompet ke arah pintu dan hanya mendapat lidah yang terjulur dari Anyelir.
"Siiaall.. dosa apa aku bisa ketemu gadis urakan macam dia" umpat Rinto semakin kesal.
"Kenapa ngomel sendiri?? Cantik sekali itu anak komandan" kata Hengky litting Rinto.
"Apa gunanya cantik. Akhlak nggak di pakai. Mending anak Pak Ardi... Kalem" kata Rinto tanpa sadar.
"Cieeeee yang sudah bisa buka hati" ledek Hengky.
"Aku punya mata, tentu aku bisa lihat mana wanita cantik" kata Rinto menimpali.
"Iya.. Seruni.. Namanya seruni. Secantik wajahnya" Hengky memalingkan wajah menyimpan senyumnya.
"Naksir kau???" tanya Rinto melirik Hengky.
"Oraa.." jawab Hengky tersenyum simpul.
***
Anye mondar-mandir di dalam kamar. Wajah Rinto berkelebat di kepalanya.
"Jengkel kali aku lihat tampang om-om satu itu" gumam Anye berkata kasar. Temannya yang barbar semasa di bangku sekolah ini sangat mempengaruhi pergaulannya.
Ayah Rama masuk ke dalam kamar Anyelir.
"Ayah.. ketuk pintu dulu donk. Ini privasi anak gadis" ucapnya tidak terima.
"Tadi kamu sudah minta maaf yang benar atau belum" tanya Rama tidak menggubris ocehan putrinya.
"Iisshh.. pria menyebalkan" kata Anye.
"Jangan bertingkah.. Dia sudah menyelamatkanmu. Mana rasa terima kasihmu" tanya Rama.
"Terima kasiiihh" jawab Anye ringan.
Tak menunggu waktu lama. Rama menjitak ubun-ubun Anye.
"Aaawww.." pekik Anyelir.
"Untung anak ayah.. kalau bukan... sudah ayah cabein itu bibir"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 309 Episodes
Comments
Mira Lusia
tetep bang rama laaahh..
2024-06-12
0
mudahlia
wkwkwk kok persis rama
2023-01-26
0
Happyy
😍😍😍
2022-12-13
0