Di Ujung Peluru 2 & 3 (Hati Sang Prajurit)
Rumah itu terasa sepi tanpa bayangan sang istri. Rinto membuka ponselnya dan melihat wajah jenazah sang putra yang ada dalam galeri fotonya.
"Papa rindu kamu nak, rindu Mama. Semoga kalian berdua bahagia disana" gumamnya sambil menghapus air mata.
***
"Anyeeeeeeee... ayah sobek rok kamu kalau sependek itu...!!!!!!!" teriak keras yang tidak di pedulikan Anyelir sama sekali.
"Iihh.. ayah... ini khan seragam jaman sekarang. Ayah kuno..!!"
"Haduuhh.. mati aku.. " Rama memegangi dadanya melihat tingkah pecicilan anak gadisnya. Rambut di ikat dua macam tanduk kerbau, belahan kancing baju seragam yang rendah.. membuat Rama terkena serangan jantung mendadak.
"Baaangg... Abang.." Dinda cemas saat Rama bersandar di sofa karena syok melihat tingkah putrinya.
"Anye.. jangan buat ayahmu cemas" kata Mama Dinda menasehati putrinya.
"Maaf ya ayah.. Tapi ini trend saat ini. Ayah nggak ikutin mode" protes Anye.
"Tapi yo nggak gitu juga ndhuk.. " Rama stress sekali melihat putrinya.
"Ini kalau Abangmu lihat pasti kena tabok ndhuk . Duuhh gustiiii"
"Sabar Bang.. Nanti Dinda yang bilang sama anak-anak" bujuk Dinda.
"Jangan sampai anakmu pergi dengan penampilan seperti itu. Awas aja kamu dek" ancam Ayah Rama pada Mama Dinda.
"Iya Bang" Mama Dinda mengusap dada suaminya.
Rama merogoh sakunya lalu mengambil ponselnya.
"Assalamualaikum yah" sapa seseorang di seberang sana.
"Wa'alaikumsalam.. kapan kamu kembali?" tanya Rama pada Ezhar putranya.
"Insya Allah besok sore yah. Tapi Aku mau ke tempat Papa dulu ya. Boleh khan yah?"
"Boleh..!! Ya sudah.. kamu segera handle perusahaan yang di Semarang. Papa nggak bisa keluar kota" perintah ayah Rama.
"Siap yah. Beres..!!" jawab Ezhar.
"Abang mau pulang yah?" tanya Anyelir.
"Iya, tapi besok sore"
"Horeeeeee.. mau palakin Abang. Mau nonton.. makan malam" kata Anyelir sambil berteriak kegirangan di samping telinga ayah Rama.
"Astagfirullah... inilah kalau lahir di Reo. Suaramu sudah seperti sirine kebakaran" jawab ayah Rama tak kalah heboh dari putrinya.
"Yah.. Abang Gathan kapan pulang?" tanya Anyelir masih tetap setengah berteriak.
"Anyeeeee.. ayah nggak tuli"
"Dua minggu lagi pelantikan. Ayah ke Jakarta sama mama.. Kamu jangan berulah selama papa disana" Rama berjalan menuju luar rumah dan akan kembali ke Markas.
***
"Besok ada kegiatan menembak dari tiap Batalyon. Bergabung dengan kesatuan sebelah. Apa dari kesatuan batalyon mu sudah siap semua?" tanya Rama pada Rinto.
"Ijin Komandan. Semua sudah siap"
"Lettu Rinto Dirgantara.. Kamu ikut menembak nggak?" tanya Rama lagi.
"Ijin.. Saya ikut menembak" jawab Rinto.
"Ya sudah apel siang dulu. Hari ini apel gabungan" ajak Rama pada Rinto.
"Kamu ambil apel siang..!!"
"Siap laksanakan..!" jawab Rinto tegas.
***
Rama sedang memberikan arahan pada saat apel siang. Tak disangka dari arah kesatrian melaju kencang sebuah motor bebek berwarna merah menerobos barisan para pasukan yang berbanjar rapi mendengar arahan Rama. Tak ayal ulah penerobos itu membuat barisan para pasukan itu berlari kocar kacir tidak karuan tak terkecuali Rinto. Pengemudi motor itu sedang berboncengan dengan kawan sekolahnya.
"Anyeliiiiiiiiiiiirrrrr.....!!!!!!!!!" teriak Rama di depan podium dan mic sampai memekakkan telinga seluruh pasukan hingga terdengar sampai ke jalan raya.
"Ayaaahh.. motornya nggak bisa berhenti" pekik Anyelir ketakutan.
"Astaga.... cepat rem..!!!" teriak Rama langsung melompat dari podium.
Melihat semua kalang kabut, Rinto secepatnya mengejar motor tersebut.
"Kamu tau rem apa tidak??" teriak Rinto.
"Nggak tau om" teriak Anye.
"Aaiisshh.. siapa dia ini?? Beraninya menerobos markas dan membuat keributan seperti ini" batin Rinto.
Saking takutnya, kawan Anyelir sampai melompat dari motor. Para anggota disana segera menyelamatkan gadis itu agar tidak tertabrak motor yang sedang di kemudikan Anyelir.
Tak menunggu waktu lama.. tangan Rinto sudah bisa menggapai tangan Anyelir dan segera menarik gadis itu ke dalam pelukan Rinto. Tepat di samping lapangan itu ada sedikit lembah menuju lapangan tembak dan mereka berdua berguling disana. Tangan Rinto melindingi kepala Anye agar tidak terantuk batu.
"Anyee.. Rintoo.." Rama berteriak mengejar anak dan anggotanya yang berguling sampai ke bawah lapangan.
buughh....
"Allahu Akbar.. sakit sekali punggungku" gumam Rinto. Anye dan Rinto tersangkut ke dalam semak dalam keadaan saling memeluk. Rinto berusaha bangkit tapi rasa punggungnya sakit luar biasa. Rinto melirik ke bawah kakinya. Rok Anye sobek tinggi sekali. Anye menangis sesenggukan karena ketakutan. Tubuhnya gemetar dalam dekapan Rinto.
"Pak Rinto.. Bagaimana disana"
"Aahh.. Iya.. kami baik-baik saja" jawab Rinto berusaha menutupi paha Anyelir. Tapi karena sobeknya tidak beraturan, ia pun bingung bagaimana cara menutupinya.
Dengan usaha keras, Rinto berhasil mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Anye.
"Lain kali pakai pakaian yang sopan. Baju kurang bahan begini masih di pakai" tegur Rinto sambil tangannya menutup paha Anyelir yang terbuka dengan menyelipkan bagian pinggir rok Anye ke sela pinggang seragam sekolahnya.
"Anyeeeeeeee.. kamu nggak apa-apa??" tanya Rama yang sudah tiba di sana dengan nafas masih putus sambung.
"Ayaaahh.. sakit semua" tangan Anye meminta tolong pada ayahnya dengan manja.
Astaga.. anak komandan.
Rinto menggeleng menatap manjanya Anyelir pada sosok komandan yang ternyata adalah ayah dari gadis manja itu.
"Tolong bantu Danki mu..!!" perintah Rama pada anggotanya.
Para anggota membantu Rinto yang sepertinya susah untuk berdiri.
"Aarrgghh.. Astagfirullah..!!!!" Rinto mengerang kesakitan tak sanggup berdiri. Punggungnya terantuk batu karena melindingi Anyelir.
"Bawa ke unit kesehatan.." perintah Rama lagi.
"Rinto.. terima kasih banyak sudah menyelamatkan putri saya" ucap Rama pada Rinto.
"Siap Komandan.. sama-sama"
***
"Kamu ini....!!!!! Bisa-bisanya menerobos barisan..!!!" tegur Rama mendudukan Anyelir dan Bintang di ruangannya. Mama Dinda sampai harus di panggil juga.
"Mau di taruh mana muka ayah????????" bentak Rama.
"Maaf yah. Anye nggak sengaja" jawab Anyelir takut.
"Kenapa nggak Bintang saja yang kendarai motornya???" tanya Rama.
"Bintang khan nggak bisa kendarai motor yah..!" jawab Anyelir.
"Ya salaam.. memangnya kamu bisa kendarai motor?????" suara Rama semakin meninggi karena tidak sabar dengan kelakuan putrinya.
"Nggak bisa yah.."
"Terus kenapa kamu pakai motor itu??? itu motor siapa.. Munaroh???????" otot leher Rama rasanya menegang semua jika berhadapan dengan Anye putri satu-satunya ini.
"Dua orang nggak bisa kendarai motor tapi berboncengan masuk markas???? Anak hebat.. Luar biasa.. Anak siapa??????"
"Anak ayah Rama Satria"
"Haduuhh maaaa.. Mamaaaaaa.... jantungku nggak kuat iniii. Tukar saja anak ini sama bebeknya pak RT ma..!!!!" Rama duduk memijat pangkal hidungnya dengan jengkel sampai ke ubun-ubun.
"Sabar Bang.. Sabaarr..!!" kata Dinda mengusap dada Rama sambil menahan tawanya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
Lala Kusumah
🤣🤣🤣🤣🤭🤭
2024-09-27
0
Danik Kuswardani
udah pernah baca..ini baca ulang lg..soalnya seru bgt
2024-07-05
0
Mira Lusia
mbak nara..aku dah sampek sini juga lho😊😊😘
2024-06-12
0