Sebelum membaca klik like yak...
let's vote for me boleh yak...
apalagi koin seikhlasnya juga boleh banget...
Rate bintang lima jangan lupa...
thank u so much... love u all... 😘😍😊
***
"Alena." ucap Zee terkejut.
"Wah kau kan yang tadi di toilet, emmm sebentar aku ingat dulu, Ya akuningat sekarang kau Zee bukan?"
Zee mengangguk dan tersenyum.
"Zee, minum!" perintah Theo dan Zee mengulurkan sedotan pada bibir Theo.
Melihat perlakuan manis Zee pada Theo Alena teringat pembicaraannya tadi di toilet bersama Zee.
"Jadi... pria yang kau ceritakan tadi adalah Theo, pria yang kau incar untuk menjadi pacarmu adalah Theo ku?"
Bbbbuuuahhh...
Theo menyemburkan air soda dalam botol minumnya ke wajah Zee lalu terbatuk-batuk. Alena menepuk-nepuk punggung Theo perlahan.
Zee menyeka air di wajahnya dengan selembar tissue dari atas meja kantin.
"Apa maksudmu Alena?" tanya Theo.
"Kau salah paham Alena bukan si bodoh ini yang ku bicarakan tadi, tenang lah aku tak akan merebut Theo mu ini." sahut Zee segera meluruskan salah paham ini.
"Kenapa Zee, apa kurangnya Theo ku, lihatlah dia tampan, bertubuh atletis, pintar, bahkan ayahnya seorang pengusaha. Banyak perempuan yang tergila-gila padanya di sekolahnya dulu." ucap Alena duduk di hadapan meja Theo dan Zee.
"Bukankah dia pacarmu?" tanya Zee.
Theo menoleh ke arah Zee begitu pula Alena yang kali ini tertawa terbahak-bahak karena pertanyaan Zee barusan.
"Ada yang salah ya?" tanya Zee bingung di tertawakan.
"Aku dan Theo berpacaran? hahahaha bagaimana mungkin." ucap Alena masih tertawa sementara Theo meraih botol soda dari tangan Zee dan meminumnya.
"Apa kau tak tahu Zee kalau Theo dan aku adalah sepupu?"
Zee baru paham sekarang ucapannya salah dan tersenyum malu.
"Maaf aku tak tahu." ucap Zee.
"Tak apa Zee tak apa, lalu bolehkah aku bertanya?" Alena memasang wajah penuh ingin tahu.
"Tanyalah." sahut Zee.
"Siapa pria yang kau ceritakan tadi?"
aduh bagaimana bisa sih Alena sebegitu ingin tahunya tentang pembicaraan yang Zee karang saat bertemu dengannya di toilet tadi.
"Emmm aku, aku tak bisa memberitahumu aku malu." jawab Zee mencoba mengalihkan pandangannya dari Theo dan Alena.
"Pria yang disana yang dia inginkan." sahut Theo menunjuk ke arah V yang memperhatikan Zee sedari tadi.
"Betulkan Zee? itukan V teman sekelas ku." Alena melambaikan tangannya pada V dan Rose.
"Bukan, bukan, bukan dia yang aku suka, aku tak bertemu dengan pria itu hari ini." Zee mencoba mencari alasan.
"Yah sayang sekali padahal aku ingin tahu." Alena kecewa dengan jawaban Zee.
"Kau ini tak berubah ya, masih saja ingin tahu tentang apapun." ucap Theo.
"Itulah aku, hehehe tapi ngomong-ngomong kalau aku perhatikan kalian terlihat cocok."
Zee dan Theo saling bertatapan penuh ketidaksukaan lalu memalingkan wajahnya masing-masing.
***
"Dimana ya flashdisk Joey, aku harus pergi ek danau yang semalam dan juga hutan itu." gumam Zee mengarahkan sepedanya ke arah danau.
Ternyata tempat itu sudah penuh dengan beberapa polisi, wartawan dan penjagaan akibat perbuatannya dengan Joseph semalam. Zee melihat tiga jasad pria yang terbungkus kantung jenazah sedang di evakuasi.
"Kenapa di leher mereka semua terdapat luka gigitan ya?" ucap pak polisi yang sedang mengamati mayat itu.
Zee masih mencari-cari flashdisk yang ia jatuhkan semalam namun tak berhasil ia temukan.
"Hey nona! apa yang kau lakukan di situ?" tanya pak polisi itu.
"Emmm aku hanya melihat-lihat Pak." jawab Zee
"Memangnya ini hiburan menyenangkan apa untuk di lihat? pergi dari situ!"
"Baik pak!" Zee meninggalkan danau itu dan bergegas ke hutan.
Zee menyandarkan sepedanya di sebuah batang pohon oak besar lalu melangkah ke dalam hutan.
"Apa aku harus pergi ke rumah tua itu ya? bagaimana jika penjahat itu masih disana." gumam Zee.
Tak berani melangkah lagi ia memutuskan untuk memberi tahu paman Joseph, dengan begitu mungkin saja Paman Joseph mau membantunya. Zee berbalik arah dan menabrak seorang pria.
"Apa yang kau lakukan disini?" ternyata Theo yang menabrak Zee dan bertanya.
"Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya Zee
"Aku? aku ingin melukis disana." Theo menunjukkan sketchbook dan alat tulisnya pada Zee.
"Melukis di tempat seperti ini?"
"Memangnya kenapa? banyak pemandangan bagus dari sini yang bisa ku lukis, lalu apa yang kau lakukan disini kau belum menjawab ku?" tanya Theo lagi pada Zee menegaskan.
"Aku, emmm aku sedang berjalan-jalan."
"Anak yang aneh, sendirian jalan-jalan ke hutan."
"Kau juga aneh sendirian ke hutan."
"Aku kan laki-laki sedangkan kau perempuan"
"Lalu apa hubungannya dengan laki-laki dan perempuan hah?"
"Perempuan yang sendirian lebih bahaya dan terancam nyawanya dibanding laki-laki yang sendirian di hutan."
Dia belum tau saja perempuan macam apa aku ini.
"Apa kau khawatir padaku Theo?" Zee iseng menggoda Theo dengan ucapannya terlihat pipi Theo yang putih itu merona.
"Hah percaya diri sekali kau ini, untuk apa aku peduli padamu, dungu sekali aku jika peduli padamu."
.
"Akhirnya kau mengakui juga kalau kau itu dungu."
"Maksud ku, aku akan seperti pria dungu jika menghawatirkan mu, karena aku bukan dungu jadi untuk apa aku peduli padamu huh."
"Ah kau ini memang menyebalkan." Zee hendak meninggalkan Theo pulang kerumahnya namun Theo menahan nya.
"Kau mau kemana? ingat kau pembantuku bawakan aku buku dan alat tulis ini!" perintah Theo.
"Enak saja, aku akan menuruti perintah mu jika kita berada di sekolah, kan perjanjiannya seperti itu, kau lupa yak?" Zee mengetuk kepala Theo.
Theo menepis tangan Zee.
"Bukankah perjanjian itu berlaku dimana pun?
tanya Theo
"Tidak! perjanjian itu hanya berlaku jika kita ada di sekolah! awas aku mau pulang, nenekku pasti mencari ku saat ini."
Zee menggeser bahu Theo lalu berlalu pergi tanpa menoleh ke arah Theo.
"Dasar perempuan gila." gerutu Theo memandangi punggung Zee lalu berbalik badan menuju pinggir danau di hutan itu untuk melukis pemandangan alam disana.
***
Pria yang menemukan flashdisk Joey menggenggam flashdisk itu lalu menancapkan nya pada laptop dihadapannya. Kini dia berada di sebuah ruangan yang berbeda dengan ruangan rumah tua di hutan waktu itu.
Pria itu membuka folder demi folder isi flashdisk itu mengamatinya satu persatu tanpa melewati file apapun. Sampai ia mendapati folder foto-foto liburan Joey bersama keluarganya.
"Apa yang kau lakukan di halaman rumahku nak?" gumamnya sambil menyentuh wajah Joey pada layar laptop nya.
Wajahnya menyunggingkan senyuman licik yang khas. Apakah Joey akan jadi mangsa selanjutnya?
***
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Yulita
semoga ada super Hiro dadakan,yg akan menyelamatkan joyi🤭
2022-08-16
0
Tiinaa
bukan horor setan,tapi horor manusia kanibal
2022-08-12
0
Tiinaa
jangan dong,kasian joey,,teman zee sudah beberapa yg mati
2022-08-12
1