Cerita ini hanya fiksi murni karangan Vie
semata... Hope you like it 💝😘😊
Jangan lupa klik tombol like, dan rating bintang 5 yak 😘
Happy Reading
***
"Apa kau siap Zee?" tanya sang Nenek saat tiba di pertigaan jalan tepat pukul dua belas malam.
"Maksud nenek?"
"Bersiaplah..."
Cahaya terang menyilaukan mata Zee datang dari arah depannya. Nenek Amelia melajukan mobilnya ke arah cahaya yang datang itu.
"Nenek awaaaasss...!!!" Zee berteriak sekuat tenaga.
"Bukalah matamu Nak." ucap nenek Amelia tersenyum pada Zee.
Caca membuka matanya perlahan dan terkejut dengan keadaan alam disekitarnya.
"HAH...? ba ba bagaimana bisa kita sampai di sini Nek, dan lagi pula mengapa matahari sudah bersinar cerah?" tanya Zee penuh heran.
"Kita sudah ada di kota Sunflower nak." ucap nenek Amelia tersenyum.
"Apa, secepat itu kita sampai disini, bagaimana bisa?"
"Tentu saja bisa, Nah kita sudah sampai di rumah kita yang baru." nenek Amelia menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah tua yang berukuran sedang tak terlalu besar namun lebih rapih dari rumahnya yang dulu.
"Aku baru tau kalau nenek punya rumah di kota ini."
"Nenekmu bisa melakukan segalanya, asal dia punya sesuatu untuk dikorbankan setiap malam Jumat di tanggal tiga belas." sahut Blue.
"Maksudnya Nek?" tanya Zee.
"Baiklah seperti yang nenek bilang, kau harus mengetahui sesuatu, lihat pergelangan tanganmu ini." Nenek Amelia menarik pergelangan tangan Zee.
"Kenapa aku punya tato hitam aneh ini nek." Zee mencoba menghapus tanda hitam itu namun tak berhasil.
"Itu nyawamu yang sudah hilang, jika titik hitam itu melingkar berjumlah sembilan makan tamat riwayatmu Nak, ini baru satu titik karena kau pernah mati sekali."
"Jadi kejadian waktu itu aku benar-benar sudah mati?"
Nenek Amelia mengangguk sambil berbenah rumah barunya kala itu.
"Bagaimana hal ini bisa terjadi padaku Nek?"
"Karena kau bukan manusia biasa, kau adalah keturunan sembilan dari keluarga penyihir Merlin, oleh karena itu kau dianugerahi sembilan nyawa untuk bertahan hidup sedangkan nenek mempunyai enam nyawa yang sekarang hanya tinggal satu."
"Penyihir? WOW hebat...!!"
"Jangan senang dulu, jika identitas kita ketauan banyak diluar sana yang akan memburu dan membunuh kita seperti orang tuamu."
Zee bergidik ngeri mendengarnya jadi ternyata orang tua Zee dibunuh, rasanya darahnya mendidih seiring dengan kemarahan dendamnya yang ingin mencari pembunuh kedua orang tuanya.
"Siapa yang membunuh ayah dan ibu ku nek? ayo katakan padaku, darahku mendidih saat mendengarnya." ucap Zee penuh dengan amarah di raut wajahnya.
"Kau tak akan mampu melawan mereka, salah-salah kau akan kehilangan semua nyawamu Zee, kau belum siap untuk tahu siapa pembunuh ayah dan ibu mu." ujar nenek Amelia dengan raut wajah penuh dengan kesedihan kala mengingat mendiang anak dan menantunya di bantai.
"Tapi nek, kau bilang aku penyihir sembilan nyawa, aku masih punya banyak nyawa kan?" tanya Zee dengan nada mulai meninggi.
"Aku sudah bilang Zee kau belum siap kau bahkan bisa kehilangan semua nyawamu." pekik nenek Amelia.
"Kaum apa yang membunuh mereka nek?" tanya Zee tak dapat menahan tangisnya.
"Tenanglah Zee, masih banyak yang harus kau pelajari untuk mengikuti jejak ibumu, tapi tidak sekarang kau tidak punya cukup tenaga dan kekuatan untuk mengatasi mereka."
Nenek Amelia menenangkan Zee yang sudah terlihat gusar.
"Aku ingin segera mencari pembunuh kedua orangtuaku Nek, apakah Nenek tau mereka tinggal dimana?"
Nenek Amelia menggeleng sambil menghela nafas panjang.
"Biarkan Paman Akbar yang akan mencoba mencari tau keberadaan mereka ini hanya kecurigaan ku semata tapi jika kecurigaan ku benar maka musuh yang mengejar kaum kita sangatlah kuat." sahut Nenek Amelia.
"Rasanya aku tak sabar ingin cepat dewasa agar bisa ku balas kan dendam ayah dan ibu ku nek." sahut Zee.
"Sudahlah, istirahatlah dulu, kamarmu sudah siap sebaiknya kau istirahat dulu karena mulai besok kau pindah ke sekolah di sini." ucap Nenek Amelia.
"Huh pindah sekolah lagi, bertemu teman baru lagi berkenalan lagi, di caci maki lagi sebagai anak baru, ah membosankan." gumam Zee menatap bingkai foto kedua orang tuanya kala ibunya menggendongnya dan ayahnya tersenyum di samping ibunya dengan senyum ceria dan lebar.
***
Satu tahun berlalu Zee sudah menginjak kelas tiga sekolah dasar di kota Sunflower. Seperti biasa Zee hanya mempunyai satu teman karena sikapnya yang tak mau membaur dengan lainnya. Teman Zee bernama Serena gadis manis yang imut dan lucu yang selalu baik hati dan mengerti dengan sikap Zee.
Kota Sunflower itu tak begitu besar meski lebih besar dari perkampungan Zee sebelumnya, dan Zee tetap saja lebih menyukai bermain dirumah membantu neneknya dan bermain dengan Blue.
Sampai terjadi kejadian mengerikan di sekolah dasar Zee di kota Sunflower.
Seorang remaja SMA yang kehilangan kewarasannya membawa senjata api dan memberi tembakan pada semua anak yang berkumpul di kantin sekolah dasar Sunflower.
Dada Zee terasa panas terkena peluru timah kala itu membuatnya jatuh tersungkur di samping Serena yang mencoba menarik tubuh Zee dari kantin namun naas pemuda itu menembak kepala Serena. Darah mengalir di lantai dari dada Zee dan kepala Serena. Keduanya berpegangan tangan, yang Zee ingat Serena tersenyum kepadanya untuk yang terakhir kali dan menutup mata. Setelah itu Zee merasakan tak bisa lagi bernafas, menarik nafas panjang dan kegelapan menyeruak ia rasakan.
Zee dan Serena merupakan korban penembakan yang dinyatakan tewas ditempat saat itu. Menurut polisi setempat terdapat dua puluh tujuh anak yang menjadi korban senapan api remaja gila itu. Sepuluh anak diantaranya dinyatakan tewas.
Klik...
Nenek Amelia mematikan siaran berita terbaru di kota Sunflower itu.
"Hah Zee kau membuatku repot lagi, sungguh ceroboh anak itu." ucap nenek Amelia.
***
To be continued...
Happy Reading... 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Yulita
cukup menegang kan alur nya👍👍👍
2022-08-14
0
Zee
caca atau zee, kak..
2022-07-28
0
Jeng Awal CCiiebundadinda
zee dh kya kucing yg ktany punya 9 nyawa
2021-07-16
0